“Lo ngga pulang?” tanya Keisha kepada temannya yang masih betah duduk di bangkunya, padahal bel pulang sudah berbunyi sedari tadi.
“Belum, nunggu jemputan, lo katanya ada janji?” Laura menatap Keisha bertanya.
Keisha mengangguk, “Iya, ini gue mau ke depan. Ngga apa-apa gue tinggal?”
“Ngga apa-apa kok, santai. Sana lo pergi siapa tau udah ditungguin.”
“Ngusir lo?” Keisha menatap sinis, namun itu hanya sebuah candaan. Ia tau maksud baik temannya.
“Iya! Gue ngusir, sana lo jauh-jauh ngga usah balik!” karena kesal dengan temannya, Laura pun memilih untuk mendalami peran saja. Ia berlagak seperti orang yang tengah mengusir.
“Haha, iya-iya bawel banget lo. Bye, awas ada nenek lampir!” Keisha pun tertawa dan meninggalkan temannya yang menatap nyalang dirinya.
“Dasar bocah,” gumam Laura menatap punggung temannya yang menghilang dari balik pintu.
Sepeninggalan orang yang sudah dianggapnya teman terdekat, ia termenung. “Kapan lo bisa terbuka ke gue Kei ...?”
Laura segera menggelengkan kepalanya cepat. Tidak-tidak, dia bukan sosok yang dramatis. Ia menepuk pipinya sedikit keras menyadarkan dari lamunan.
...**********...
Keisha memasuki cafe yang terletak di depan gedung sekolahnya yang hanya berbatasan jalan raya. Ia sudah memarkirkan motornya di parkiran.
Matanya menelusuri sudut-sudut ruangan itu, nampak punggung seseorang yang dikenalnya. Ia pun berjalan menghampiri, menepuk pundak orang tersebut.
“El,” sapanya tersenyum manis. Ia pun duduk di kursi depan gadis yang disapa ‘El’ itu.
Adine Elvina Allison. Gadis itu kerap disapa El, Elvina adalah sahabat Icha semenjak ia duduk di bangku SMP, meskipun sekarang mereka berbeda sekolah namun hubungan mereka masih terjalin dengan sangat baik.
“Icha! Apa kabar lo? Tumben banget lo ngajak main, biasanya kan omong doang,” sapa sahabatnya itu dengan omongan yang sedikit nyelekit.
“Baru juga gue duduk El, udah dikatain aja gue.” Keisha memutar bola matanya jengah. “Gimana sekolah lo?”
Elvina mengangkat bahu acuh, “Biasa aja, ada si beberapa temen, Cuma ya lo tau sendirilah, gue juga kan udah sering cerita.”
“Bilang aja ngga ada temen yang sebaik gue and seperfect gue,” sahut Keisha bersolek dengan nada bicara sombong. Ia hanya bermaksud bercanda.
Elvina menatap sinis sahabatnya itu, “Idih najis, bisa-bisanya gue punya sahabat kayak lo.”
Keisha hanya menanggapinya dengan tawa renyah. Senang rasanya saat berbicara dengan orang terdekat, sudah lama ia tidak sesantai ini.
“Oh ya, lo masih sering ngerasain cemas?” tanya Elvina yang mengetahui gangguan yang dialami temannya.
Keisha terdiam sejenak, “Ngga. Gue udah ngga pernah ngerasain cemas lagi.”
El menatap sang empu kemudian mengangguk paham, “Bagus deh.”
“Lo sendiri, gimana sama keluarga lo?” ...
Beberapa jam berlalu. Hari pun sudah gelap. Banyak sekali cerita yang baru sempat mereka sampaikan. Hingga tatapan dari sekitar mulai membuat mereka risih.
“Pulang yuk Kei, kita belum ganti baju. Malas sama tatapan orang lain,” risih Elvina yang merasakan tatapan kurang suka dari orang-orang disekitar.
Keisha yang turut menyadarinya pun mengangguk setuju, “Lo pulangnya gimana?”
“Gampang gue mah, nanti minta jemput,” jawab Elvina.
“Ngga mau bareng gue? Atau ke rumah gue biar nunggunya di rumah gue aja,” tawarnya kepada sang sahabat. Ia merasa tidak enak meninggalkan sahabatnya sendirian disini.
“Lebay deh lo, ngga apa-apa kali lagian belum selarut itu,” jelas Elvina. Ia tau niat baik temannya, namun arah rumah mereka berbeda ia tidak ingin merepotkan.
“Yaudah, gue pulang duluan ya,” pamitnya kepada Elvina. Sang empu pun mengangguk.
Keisha melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Ia pun melangkahkan kakinya keluar dari cafe tersebut. Keisha langsung menuju parkiran.
Ia pun menyalakan motornya sesaat setelah membayar parkir. Jalanan malam yang tampak ramai, lampu-lampu jalan dan gedung pun terlihat sangat indah.
Keisha melajukan kendaraannya dengan santai. Namun ditengah perjalanan motornya terasa tidak seimbang, ia hampir jatuh dibuatnya. “Eh! Eh! Motornya kenapa?!”
‘Cittt!’
Ia pun mengerem motornya dan memberhentikannya di pinggir jalan. Sungguh sial dirinya, ia mengecek apa yang salah dengan motornya. “Ih kok bocor si bannya? Terus gue pulangnya gimana dong.”
Jarak dari sini ke rumahnya masih cukup jauh, mungkin ia bisa mendorong motornya sampai rumah. Tapi mungkin ia akan pingsan setelahnya.
Keisha mengambil ponselnya dari dalam tas dan mencoba menyalakannya, “Yah ayo dong handphone, jangan mati sekarang. S**t!”
Umpatnya saat handphone miliknya mati karena low baterai. Keisha menepuk jidatnya, dia benar-benar panik sekarang. “Padahal tadi ngga kenapa-kenapa."
“Eh cantik, ada yang bisa gue bantu?” tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang mendatangi dirinya, menawarkan bantuan tetapi dengan tatapan yang membuatnya risih.
“Maaf, saya bisa sendiri,” jawabnya acuh, ia sebenarnya membutuhkan bantuan. Namun sepertinya laki-laki di hadapannya ini bukanlah orang baik-baik.
“Idih sok jual mahal banget si, sini gue bantu, tapi ngga gratis,” tawarnya dengan tatapan nakal.
Keisha semakin risih dibuatnya, ia tidak tau harus berbuat apa, dirinya benar-benar panik sekarang. “Maaf, saya udah bilang saya bisa sendiri!”
“Udah sini, kita ke bengkel,” ajaknya sembari menarik pergelangan tangan Keisha.
Keisha pun reflek memberontak, ia tidak menyangka ada orang yang lancang seperti itu, “Lepasin!!! Lancang banget lo narik-narik tangan gue!”
“Udah deh ngga usah sok jual mahal!” orang tersebut ingin menarik Keisha pergi dari sana.
Dengan sekuat tenaga ia melepaskan tangan laki-laki jahat tersebut, “Eh gila kali lo! Kalo mau yang murah sana lo nyewa! Lagian kalo lo mau bantuin, harusnya lo bantu dorong motornya bukan malah lo narik-narik tangan gue b*go!!!”
Saking kesalnya ia dengan orang itu, ia pun tidak bisa mengontrol nada bicaranya, maaf saja jika ia membentak dan berlaku tidak sopan, namun orang itu terlebih dahulu berlaku tidak sopan kepadanya.
‘Broom! Broom!’
Motor berwarna hitam tiba-tiba berhenti didepan mereka. Orang yang mengendarainya langsung turun dan mencekal tangan laki-laki kasar itu.
“Eh lo siapa?!” tantang laki-laki yang menarik tangan Keisha tadi.
Kini Keisha sudah terbebas, ia pun berlindung di balik punggung orang yang baru datang sembari menunduk.
“Yang jelas gue bukan cowo kayak lo!” sentak laki-laki yang masih mengenakan helm tersebut. “Kalo ngga mau tangan lo patah, lebih baik lo pergi sekarang!”
Mendengar suara yang berat dan terkesan sangat marah tersebut, laki-laki yang tadinya menantang seketika nyalinya langsung menciut. Ia berdecak dan langsung pergi dari sana.
“Lo baik-baik aja?” tanyanya berbalik badan dan menghadap Keisha sepenuh, ia pun melepaskan helmnya. Keisha nampak menundukkan kepalanya.
“Iya, makasih,” jawabnya dengan nada lemah. Ia sangat shock sekarang, kejadian ini sangat cepat otaknya masih mencerna.
Keisha mengatur nafasnya, perasaan panik, marah, kesal, takut bercampur padu dalam benaknya. Ia menarik nafas panjang.
“Mau ke bengkel?” tawarnya kepada Keisha. Meskipun orang tersebut menawarkan bantuan, nada dan tatapan orang tersebut sangat datar.
“Apa masih ada bengkel yang buka?” Keisha ragu jika ada bengkel yang buka, karena ini sudah malam.
“Ada,” jawabnya singkat, dengan nada yang terkesan cuek dan acuh tanpa ingin menjelaskan lebih detail.
Keisha tersenyum miris, ia jadi bingung. Orang tersebut seperti ingin tak ingin membantunya. “Eum, dimana?”
Laki-laki tersebut tak menjawabnya, ia mengambil benda persegi panjang berlayar dingin dari saku jaketnya, menelepon seseorang disana.
📱“Halo bos, kenapa? Tumben banget malam-malam nelpon.”
“Kesini.”
📱“Ya dimana bos? Gue kan ngga tau lo dimana sekarang.”
“Depan taman. Sekarang.”
‘Tut’
Ia mematikan sepihak sambungan teleponnya. Laki-laki itu membuka room chat seseorang yang dikenalnya, ia membuka kamera dan memotret motor milik Keisha dengan caption ‘Ambil’.
Setelah menekan tombol ‘send’ ia pun memasukkan kembali ponselnya kedalam saku jaket.
Ia menatap Keisha. “Gue anter pulang.”
“Eh makasih sebelumnya, tapi gue mau nunggu motornya jadi aja,” tolaknya dengan halus. Ya meskipun begitu, Keisha pun tidak tau motornya kapan jadi, bahkan sekarang pun belum di ambil oleh pihak bengkel.
“Besok baru jadi,” jelas laki-laki itu singkat. Ia memakai helmnya kembali dan menaiki motornya.
Seketika hatinya terasa tertimpa batu. S**t! Terus bagaimana sekarang?!
“Naik!” perintah dari laki-laki tersebut. Keisha ingin menolak namun bagaimana lagi? Tidak ada pilihan lain.
Ia pun menuruti perintah seseorang yang menolongnya itu, meskipun orang tersebut tidak hangat namun dia sudah baik dengan Keisha, mungkin dia harus membalasnya.
‘Broom! Broom!’
Motor tersebut melaju dengan cepat, membuat Keisha memejamkan matanya takut. Tanpa sadar tangannya memegang erat ujung jaket laki-laki yang memboncengnya
...*************...
Klarifikasi, walaupun info update tidak ada kejelasan. Tapi author berusaha agar setiap hari bisa update minimal 1 chapter. Walaupun di jam yang tidak menentu. Waktu normal update author itu jam 00.00 atau jam 04.00 pagi... jadi kalau belum update jam segitu berarti ada kendala🖤
Sebelumnya terimakasih atas dukungan kalian semuaaa. Love you all🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
虞书欣 Vííҽ🦂
aq jg pny tmen kek gni, udh jauhan tp ttep care😊
2023-12-22
0
Senajudifa
favorit dan sekuntum🌹untmu thor biar semsngat...aku mampir y
2023-05-29
0
Diah Fiana
semangat kkak 🥰
2023-05-27
1