"Lo deket sama cowo?" tanya Kenan yang menyambut kehadiran Keisha dari atas tangga. Nampaknya ia sedang ingin turun kebawah.
Keisha kaget mendengar pertanyaan tersebut, padahal biasanya tidak ada yang memperhatikan dirinya. "Enggak."
Kakak pertamanya itu hanya membulatkan mulutnya dan menganggukkan kepala. Ia pun melenggang pergi.
Gadis itu menghela nafas. Mungkin jika keluarganya mengetahui dia sedang dekat dengan laki-laki, mereka akan marah. Karena itulah ia berbohong.
Keisha menggelengkan kepalanya. Ia memutuskan untuk naik dan masuk ke kamarnya.
...****************...
'Brukk'
"Hah. Cape banget gue, sosial energi gue udah habis," keluhanya menatap ke arah langit-langit. Sedetik kemudian tatapannya menjadi sendu.
"Yang tadi itu ... temen Papa?" tanyanya pada diri sendiri. Ia tak cukup yakin, walaupun papanya bilang bahwa dia memang hendak pergi dengan temannya.
"Aku harap cuma temen Papa," gumamnya sembari menutup mata pelan. Lama-kelamaan ia terlelap dalam tidurnya.
...****************...
Jam terus berputar, kini waktu kian malam. Keisha yang sedari tadi tidur itu menguap dan perlahan membuka matanya. Ia melirik jam di atas nakas. "Jam 9 lebih?"
Gadis itu bergegas untuk mandi dan mengganti bajunya. Ia sudah cukup lapar, meskipun ini sudah malam ia memutuskan akan makan setelah ini.
Setelah mandi dan berganti baju, Keisha mengambil handphonenya dan turun kebawah.
'Ceklek'
Pintu utama terbuka. Keisha bisa melihat Radhitiya baru pulang. "Papa baru pulang?"
"Hm," dengan nada dingin Radhitiya hanya menjawabnya dengan deheman saja.
"Papa tadi pergi sama temen Papa?" tanya Keisha lagi. Ia benar-benar penasaran. Siapa wanita itu?
"Iya." Tanpa pamit Radhitiya melenggang pergi menuju kamarnya.
Keisha menghela nafas, padahal masih ada yang ingin ia tanyakan. Entah Radhitiya akan menjawab atau tidak. Gadis itu tak ingin memikirkannya lagi.
Keisha melenggang ke meja makan dan mengambil makanan. Mereka tidak punya pembantu, jadi makanan semua ini dibeli oleh kakaknya.
Keisha mulai menyuapkan sesendok demi sesendok makanan itu ke mulutnya. Ia mendengar seseorang yang sedang berbicara mendekat.
"Iya, kamu mau bicara sama anak saya?" tanya Radhitiya dengan seseorang diseberang sana. Ia mendekati Keisha dan menyerahkan telepon genggamnya.
"Ambil, ada yang mau bicara," perintah Radhitiya datar.
Mendadak jantung Keisha berpacu dengan cepat. Ada urusan apa sekiranya dengan Keisha?
📱"Ini anaknya Radhitiya?"
Keisha ragu menjawabnya. "I-iya."
📱"Saya Tania, nama kamu siapa?"
Keisha melirik Radhitiya yang sedari tadi memantaunya. "Keisha."
📱"Keisha? nama kamu bagus sekali."
Mendengar pujian itu Keisha tersenyum canggung. Tolong hentikan ini, ia tidak ingin menjawabnya lagi.
📱"Oh ya Keisha, kalau Papa kamu nikah lagi kamu izinin gak?"
'Deg'
Pertanyaan ini. Pertanyaan yang paling ia benci dalam hidupnya. Ia tidak menyangka akan ada kalanya seseorang menanyakan hal ini kepadanya.
Keisha menelan salivanya kasar. Mulutnya terasa kelu, ia tidak bisa membuka suara sama sekali. Tatapannya menjadi kosong, walaupun sosok yang di telepon memanggil namanya.
📱"Halo? Keisha? Kei?"
Gadis itu menjauhkan ponsel papanya dari telinga. Iya menatap nanar Radhitiya. "Matiin, Keisha mau bicara sama Papa."
Baru kali ini ia melihat ekspresi anaknya yang sangat sendu itu. Mau tak mau Radhitiya mengakhiri panggilannya dengan Tania. "Maaf Tania, saya ada keperluan dengan anak saya."
Setelah Radhitiya mengatakan itu ia langsung mematikan sambungan telepon. "Mau ngomong apa?"
Keisha menatap wajah Radhitiya dengan tatapan penuh intimidasi. "Papa ada hubungan apa sama tante Tania? Kenapa dia bisa sampe tanya gitu ke Keisha?"
Radhitiya menatap wajah anaknya datar. "Apa urusan kamu?"
Gadis itu bertambah tidak menyangkan dengan jawaban Radhitiya. "Pa, aku anak Papa. Aku berhak tau."
"Papa mau serius sama Tania," jelas Radhitiya tanpa memikirkan perasaan anak bungsunya.
Keisha menitihkan air mata. Bagaimana bisa? Ia tidak akan setuju sampai kapan pun. "Gak! Papa gak boleh punya hubungan sama wanita manapun!"
Radhitiya yang mendengar itu nampaknya marah. "Kamu gak berhak atur Papa!"
Keisha tersenyum remeh. "Aku gak berhak?! PAPA ANGGAP AKU APA PA?! PAPA ANGGAP AKU ANAK PAPA ATAU BUKAN?!"
"KEISHA! BERANI KAMU TERIAK DI HADAPAN PAPA, KAMU BENER-BENER NUNJUKIN KALO KAMU KURANG ATTITUDE!" Bentak Radhitiya dihadapan anak gadisnya.
Bagai tertusuk pisau kala ia mendapat bentakan itu. Meskipun itu sudah sering terjadi, namun lukanya pasti akan bertambah. Air matanya bertambah deras.
"HANYA KARENA KAMU DITINGGAL MAMAMU DARI KECIL BUKAN BERARTI KAMU TUMBUH DENGAN KURANG DIDIKAN SEPERTI INI!!!" Radhitiya sangat marah nampaknya dengan anak bungsunya itu.
Keisha tertegun. Ia benar-benar kecewa dengan sikap Radhitiya. "Papa gak usah bawa-bawa mama Pa, disini harusnya Papa yang bertanggung jawab. Papa sekarang gak pernah perhatiin Keisha. Mana kasih sayang yang Papa tunjukin dulu? Mana?! Semuanya hilang Pa!!!"
Gadis itu sudah tak bertenaga, sialnya air mata itu tak mau berhenti mengalir di pipinya.
"ICHA, LANCANG KAMU!" Seru Radhitiya menunjuk Keisha dengan wajah merah padam dan nafas yang tak beraturan.
Mendengar Radhitiya mendengar nama kecil yang ia rindukan itu, membuat Keisha mengacak rambutnya frustasi. "Icha kecewa sama Papa."
Keisha langsung berlari menaiki tangga. Ia mengusap air matanya dengan cepat. Ia sekilas melihat Kenan yang terburu-buru untuk turun.
"Keisha? Ada apa Kei?" tanya Kenan yang tidak diindahkan oleh adiknya itu. Keisha malah berlari dan menutup pintunya dengan kencang.
'Blam!'
Kenan semakin tidak mengerti apa yang sedang terjadi disini. Ia turun ke bawah mendapati papanya yang sepertinya tengah marah besar. "Pa, ada apa sebenarnya? Kenapa sampai teriak-teriak gitu?"
Sebagai Kakak tertua, Kenan tak ingin terjadi apa-apa diantara keluarganya. Namun ternyata ia terlambat menyadari.
Radhitiya tak menjawabnya, melainkan ia langsung melenggang pergi. Dari sudut kelopak matanya, nampak sebulir mutiara yang hendak terjatuh. Entah mutiara kemarahan atau mutiara kesedihan.
"B*ngs*t! Kenapa pada susah ditanyain semua?!" Karena ia juga cukup kalap dan panik ia jadi tidak bisa mengontrol emosinya. Kenan memutuskan untuk menghampiri adik bungsunya.
...****************...
Di kamar Keisha menangis sepuas-puasnya. Ia meringkuk di atas kasur, merintih pedih mencurahkan isi hatinya saat ini, sembari memeluk album foto dengan wajah wanita yang tersenyum lembut ke arah kamera.
"Ma, Papa jahat sama kita Ma. Keisha udah kecewa sama Papa," rintihnya bersama air mata yang tak mau berhenti menetes.
'Brakk'
Karena panik, Kenan tanpa sengaja membuka pintu kamar dengan kencang. "Icha, Lo kenapa Cha? Ada apa antara lo sama Papa?"
Ia menghampiri adiknya yang sudah tidak karuan itu, ia menepuk-nepuk punggung adiknya.
"Apa peduli lo, Kak?"
Mendengar suara Keisha yang serak dan terdengar penuh kepedihan membuatnya terdiam. "Gue peduli sama lo Cha. Sorry kalo emang gue terkesan dingin ke lo beberapa waktu lalu, tapi gue masih tetep peduli sama lo."
Keisha terkekeh miris. Ia seperti orang gila sekarang. "Gak Kak. Kalian semua gak pernah peduliin gue! Lo keluar Kak, gue gak mau diganggu."
Mendengar keadaan adiknya ia sangat tidak tega. Ia menatap sendu Keisha yang wajahnya tertutupi anak rambutnya. "Iya, gue gak bakal ganggu lo. Lo istirahat gih."
Sebelum pergi Kenan membenarkan rambut Keisha dan mengelus lembut kepalanya. Terlihat mata Keisha yang sembab serta hidungnya memerah.
Kenan pun bangkit. Dia berjalan keluar kamar Keisha.
'Ceklek'
Kenan menutup matanya ia bersandar di depan pintu kamar adik kecilnya. "Maaf kalo selama ini gue mangabaikan lo Cha, maaf karena gue terlalu sibuk sampai gak sadar kalo adik kecil gue butuh perhatian lebih."
Ia menyesal. Selama ini ia meninggalkan Keisha sendirian. Padahal ia tahu, adik kecilnya itu baru remaja, bukan dewasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Fenti
satu 🌹 mendarat kak, semangat terus kak💪💪😊
2023-10-05
0
Buna Seta
keren kak
2023-01-01
1
mom mimu
satu iklan untukmu kak, semangat terus ya 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-12-31
1