#18, Nongkrong [ARCTURUS]

Keisha yang baru saja hendak tidur kini berada di dapur karena teko di kamarnya habis, ia mengambil air minum lagi untuk jaga-jaga kalau tengah malam ia kehausan.

Ia mendapati Radhitiya masih terjaga di ruang televisi, lelaki itu juga tengah berada dalam sambungan telepon dengan seseorang. Entah siapa seseorang itu membuat Keisha penasaran.

'Papa akhir-akhir ini telepon sama siapa?' Pikirnya dalam hati kala melihat wajah yang sangat ia hormati dari jauh.

Nampak raut segar yang memancarkan bahagia, entah berapa lama ia tidak melihat wajah itu. Karena yang ia lihat setiap kali adalah wajah marah.

"Udah lama aku gak liat wajah bahagia Papa," gumamnya kecil. Melihat itu hatinya terenyuh, tetapi juga terselip kegundahan dalam hati. Apa yang akan terjadi kedepannya.

Keisha tak ingin mengganggu Radhitiya, meskipun keberadaannya ini mungkin tidak di dirasakan olehnya. Ia lebih memilih untuk kembali ke kamarnya.

Tanpa ia sadari, lelaki yang merupakan ayahnya itu menatap punggung putri bungsunya yang kian menjauh, dengan tatapan datar.

...#############...

Burung berkicau menandakan pagi sudah datang. Sinar mentari pun mulai masuk dengan malu-malunya melalui kaca jendela.

Keisha yang sudah bersiap dengan seragam pun kini mengambil tasnya dan menuruni anak tangga. Ia melihat hari ini semuanya berkumpul di meja makan.

"Papa hari ini pulang telat?" tanya Dafira kepada ayahnya. Ia sudah mengetahui urusan papanya itu.

Radhitiya menganggukkan kepalanya. "Iya, Papa mau pergi dulu sepulang kerja."

"Sama siapa Pa?" tanya Kenan penasaran.

Keisha yang mendengar itu pun mengerutkan alisnya, karena ia juga penasaran. Dia yang baru datang menarik satu kursi dan duduk di kursi tersebut.

Ia langsung mengambil piring dan nasi goreng yang telah tersedia. Tidak ada sapaan selamat pagi disini.

"Sama temen Papa," jawab Radhitiya untuk pertanyaan Kenan tadi.

Tak ada percakapan lagi setelahnya. Hanya suara dentingan garpu, sendok dan juga piring yang bersinggungan. Sesekali Keisha melirik wajah kakak-kakaknya beserta papanya.

Rasanya jarang sekali mereka sarapan bersama seperti ini. Mungkin kakaknya itu sedang libur, karena jika bekerja mereka pasti tidak bisa sarapan bersama seperti ini.

************

Keisha masuk ke kelasnya disambut oleh sahabatnya yang sudah duduk di bangku sampingnya.

"Eh plis deh nanti jangan langsung pulang ya, gue boring level max kalo langsung pulang," pinta Laura memelas.

Keisha menghembuskan nafasnya, mungkin sesekali ia bermain di luar tidak apa-apa, ia juga jenuh jika harus belajar terus-menerus di rumah sendiri. "Ya udah, mau kemana emang?"

"Ke cafe depan aja deh, biar gak terlalu jauh," ujar Laura dengan rasa pengertian kepada temannya itu.

"Ya udah okey," final Keisha.

Laura yang mendengar itu langsung kegirangan dan bertepuk tangan seperti anak kecil. "Yeiyyy."

'Kringgg' 'Kringgg'

Bel masuk berbunyi, siswa siswi pun dengan perasaan senangnya memulai pembelajaran.

...###########...

"Huft cape banget gue hari ini, gila banget pelajarannya kek pembunuhan berencana," keluh Laura mengingat beberapa pelajaran hari ini yang isinya fisika dan kimia.

Mereka sedang berjalan menuju parkiran bersama untuk mengambil motor Keisha. Karena bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Nah itu tau cape, gak jadi ya?" tawar Keisha dengan senyum polosnya. Ia hanya bercanda.

Teman gadisnya itu menatap dirinya kesal. "Enak aja! Lo udah bilang mau ya tadi."

Keisha terkekeh pelan. "Iya iya bercanda gue."

Saat berjalan menuju parkiran, mereka melihat Barra dan teman-temannya yang juga sedang di parkiran, namun mereka di parkiran kelas 11.

"Eh dedek-dedek gemes, mau pada kemana?" tanya salah satu dari mereka dengan centil, Fabian.

Keisha tersenyum simpul. "Mau ambil motor lah kak."

Danial tertawa pelan mendengar jawaban gadis itu. "Haha gitu doang pake ditanya, emang bodoh banget lo."

Fabian mengerutkan kedua alisnya. "Ya gue tau dek, maksud gue kalian abis ini mau kemana?."

"Kita mau ke cafe depan, Kak," jawab Laura menjelaskan.

Fabian membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O'. "Eh boleh ikut gak? sekalian mempererat pertemanan kita, siapa tau bisa lebih dari temen."

Dan ucapannya itu dihadiahi jitakan di kepalanya. "Enteng banget tuh mulut. Mau nikung lo?"

Fabian merungut menatap orang yang menjitaknya. "Eh Nial, maksud gue lebih dari temen itu sahabat. Negatif thinking aja lo, sini gue balikin jitakannya."

'Takk'

Dan benar saja kini berganti Fabian yang menjitak Danial. Karena keduanya sedang duduk di atas motor yang bersebelahan, jadi mempermudah perjitakan yang dilakukan.

Kedua gadis yang sedari tadi memperhatikan itu terkekeh pelan. Mereka rasa persahabatan laki-laki tersebut sangat unik, ya itu lah bedanya teman dan sahabat.

Keisha melirik Barra yang sedang berbincang dengan Raka, entahlah ia tidak tau mereka membicarakan apa karena jaraknya cukup jauh.

"Jadi gimana dek, kita boleh ikut gak?" tanya Fabian sekali lagi.

Keisha tersenyum simpul sembari mengangguk. "Boleh kok Kak, kita mah welcome aja, ya gak Ra?"

Laura mengangguk setuju. "Yoi Kei."

Fabian mengacungkan jempolnya, Danial pun turut tersenyum. Fabian menghadap ke arah Barra. "BARRA, GUE MAU NONGKRONG SAMA GEBETAN LO NIH, BOLEH YA?!"

Barra yang sedang berbincang dengan Raka pun menatap ke arah sahabatnya. Ia baru menyadari ada Keisha dan temannya. Ia hanya berdecak. "Ck."

"Lo pulang aja dulu," ujar Barra kepada Raka, karena sahabatnya itu memiliki urusan yang penting.

"Ok, gue duluan ya," pamitnya kepada Barra.

Barra tersenyum tipis sembari menepuk pundak sahabatnya itu. Keduanya pun kembali ke tempat Fabian dan Danial berada. Raka langsung mengambil dan menyalakan motornya.

"Mau kemana lo, Ka?" tanya Danial yang melihat Raka sedang mengenakan helmnya.

"Biasa," jawab Raka yang di angguki para sahabatnya.

"Oh ok, mau kita temenin?" tawar Fabian.

"Gak, kalian have fun aja. Gue duluan." Raka pun langsung menjalankan motornya dan pergi meninggalkan area parkiran itu.

"Mau kemana?" tanya Barra, karena sedari tadi ia tidak di sana jadi ia tidak tau sebenarnya mereka akan pergi kemana.

"Ke Cafe depan," jelas Fabian.

Barra menganggukkan kepalanya mengerti.

"Ya udah, kita ambil motor dulu ya Kak," izin Keisha kepada ketiga orang itu dan langsung di angguki oleh ketiganya.

Keisha dan Laura pun melenggang pergi, karena parkiran kelas 10 ada di area paling belakang.

Tak selang berapa lama, Keisha sudah mengendarai motornya dengan Laura yang diboncengnya. Ia mengklakson untuk sinyal agar mereka menyusul.

Ke tiga pemuda yang sudah menyalakan motornya itu pun mengikuti motor Keisha dari belakang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...