#5, Bolos [ARCTURUS]

Keisha memasuki kelasnya dengan langkah gontai, jaketnya sudah ia lepas semenjak turun dari mobil. Ia tidak bersemangat hari ini, bahkan dirinya berpikiran untuk membolos.

"Males banget gue, Ra. Bolos yuk." Keisha mengajaknya dengan nada tanpa dosa.

Laura mendelik, tumben sekali anak ini mengajaknya bolos, pikirnya. "Tumben banget lo. Kenapa?"

"Males idup." celetuknya membuat Laura reflek menjentikkan jarinya ke dahi Keisha.

'Ctak ...'

"Jahat lo, Ra!" marahnya pada teman yang menjitaknya itu.

"Lagian lo ngomongnya!" seru gadis itu memarahi temannya.

Keisha tersenyum kecut. Memang itu nyatanya, namun biarlah ia terus bersandiwara dalam hidupnya, bahwa ia baik-baik saja.

"Ini gue serius ngajak lo bolos, tapi jangan deng. Nanti dosanya ke gue semua soalnya gue yang ngajak," jelasnya yang menanggapi ajakannya sendiri.

Laura berdehem sebentar dan berpikir, "Eum, sebenernya gue juga males ikut pelajaran si. Terus bolosnya gimana?"

Keisha mendekatkan bibirnya ke samping telinga Laura dan berbisik lirih, "Pura-pura sakit."

Laura sumringah, ia mengacungkan jempolnya, "Ok gass!"

Mereka berdua pun mulai menjalankan peran masing-masing, yang satu sakit perut yang satunya lagi memegangi kepalanya.

"Pak ketu, kita izin ke UKS ya. Perut gue sakit banget nih, Keisha juga kepalanya pusing." rintih Laura dengan wajah teramat memelas.

Sang empu yang di panggil 'Pak ketu' itu pun menatap kasihan dan tak tega, akhirnya ia pun mengizinkannya. "Yaudah deh, kalian ke UKS aja."

Laura dan Keisha mengangguk. Nampaknya tipu muslihat keduanya berhasil mengelabui sang ketua kelas. Mereka pun segera keluar dan menuju ke UKS dengan wajah senang.

"Ya ampun merasa berdosa gue udah bohongin si Ardian," ujar Laura namun dengan wajah senang. Ardian yang dimaksud adalah sang ketua kelas.

"Merasa berdosa tapi merasa seneng juga lo," celetuk Keisha yang memang benar adanya. Teman gadis itu pun hanya menunjukkan cengiran kudanya.

...*************...

...~Skip di UKS~...

"Kayaknya sia-sia deh kita bolos, dari tadi ngga ada guru yang masuk ke kelas manapun coy!" kesal Laura yang masih melihat-lihat update story dari kelas lain.

"Coba deh lo tanya Ardian," pinta Keisha. Ia masih berbaring sembari men-scroll sosial medianya.

Laura mengangguk menuruti, ia pun membuka room chat ketua kelas, dan mengetikkan beberapa pertanyaan disana. Selang beberapa menit pesan tersebut terbalaskan.

"Tadi cuma ada guru masuk ngasih tugas. Katanya hari ini dipulangin cepet karena guru ada urusan, hari ini juga bakalan jamkos, paling cuma ada tugas dari guru."

Alisnya mengkerut saat membaca satu persatu balasan dari ketua kelas. Sesaat kemudian dirinya tersenyum lebar, "Wah gila, sebuah keajaiban disekolah ini bisa pulang cepet!"

Keisha tersenyum simpul. Benar memang, "Daripada di UKS mending di perpus aja yuk, sekalian ngadem di sana."

"Yuk, ngga jadi bolos kita, orang emang ngga ada guru," timpal Laura. Berbeda dengan Keisha, hari ini suasana hati Laura nampaknya sangat bagus.

Keduanya pun bangkit dan meninggalkan UKS beserta brankar yang terasa nyaman bagi mereka. Namun sayang, AC lebih menggoda.

...**********...

Di sebuah ruangan dengan banyak rak yang berisikan buku-buku berbagai macam genre.

Suara kebisingan yang memenuhi ruangan tersebut membuat sang penjaga mendengus kesal, pasalnya ia sendiri sudah menegur berkali-kali. "Hei mana janji kalian yang katanya mau diam?!"

Mendengar teguran dari penjaga perpustakaan yang kesekian kalinya membuat mereka meringis merasa bersalah. "Hehe iya-iya, Bu. Maaf, ngga ribut lagi deh kita. Janji."

'Janji'. Kata itu lagi yang ia dengar, padahal ujung-ujungnya sama saja seperti ini. Guru yang menjadi penjaga perpustakaan 'Bina Ilmu' tersebut hanya menghembuskan nafas sabar.

Tak ingin lagi menghiraukan keberadaan keempat remaja yang membuat kebisingan tersebut, ia lebih memilih untuk kembali ke kesibukannya sendiri.

"Janji yang terakhir, ngga usah ribut!" Ternyata selain penjaga perpustakaan, ada juga yang sebal dengan mereka. Ia yang sedang membaca buku menjadi tidak fokus.

"Janji ga yang terakhir?" tanya Fabian dengan menggunakan nada yang sangat menyebalkan, dimana nada tersebut sekarang banyak dipakai di kalangan remaja.

"Janji ngga ribut?" Raka ikut menimpali perkataan Fabian dengan logat yang sama. Ia sendiri cukup memendam dendam pada Danial.

Karena biasanya Danial lah yang seringkali bising dan mengganggunya. Namun saat ia berada di tempat ternyamannya dan membaca buku maka ia akan diam seribu bahasa.

"A*j*ng kok lo bisa gitu Ka?" Danial tidak menyangka. Orang cuek seperti Raka ternyata bisa juga membuat dirinya kesal. Padahal biasanya Raka hanya akan diam.

"Iya." Ternyata masih sama saja, meskipun terkadang Raka sesekali bercanda namun dia tetaplah Raka yang irit dan seperlunya bicara.

Terdengar helaan nafas dari seseorang yang sedari tadi diam. Dia sudah terbiasa dengan situasi dimana sekitarnya berisik. Namun dia tidak merasa terganggu.

Seseorang membuka pintu perpus, membuat Barra menoleh dan melihat seseorang yang baru masuk, tepatnya dua siswi. Seseorang yang tidak asing baginya.

"Ke sana aja yuk Kei," ajak Laura kepada Keisha untuk memilih tempat paling pojok dari ruang perpustakaan tersebut.

Keisha hanya mengangguk menurut.

Tatapan lekat dari laki-laki itu tidak terlepas dari gadis yang menggerai rambut panjangnya. Dirinya menyimpan rasa penasaran dengan yang ada di balik mata gadis yang baru-baru ini menarik sedikit perhatiannya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***