Dhizar

...Happy reading...

"Tuan, anda harus dirawat setelah ini!" Gio, assisten pribadi Dhizar, sekaligus sekertaris nya dikantor, mendekati Sang Bos dengan raut wajah khawatir.

"CK, kau ini cerewet sekali"kesal Dhizar.

Dhizar menatap sekeliling, ia lihat Reva juga suaminya, Awan.

"Jadi, anda yang telah mendonor kan darah untuk anak saya?"tanya Reva.

"Hmm"Dhizar mengangguk.

"Terimakasih atas bantuannya tuan, saya tidak tau harus bagaimana membalas kebaikan anda" ucap Reva.

"Sesama manusia harus saling menolong"

Deg!

Awan seperti tercubit akan kata kata Dhizar, dia yang Ayah dari Daffion malah tidak bisa memberikan darahnya untuk putra nya sendiri, justru orang lain yang rela mendonorkan darah nya, apa masih bisa disebut seorang Ayah?.

"Kalau boleh tau nama anda siapa tuan?"tanya Awan.

"Dhizar"

"terima kasih sudah membatu putra saya tuan"

Dhizar mengangguk paham.

"Gio, apa mobil sudah di siapkan?"tanya Dhizar melirik gio.

"Sudah tuan"

"Bagus"

"Saya masih ada urusan lain, saya permisi"Dhizar pamit pada Awan dan Reva untuk meninggalkan rumah sakit, diikuti oleh Sang assisten.

"Reva"panggil Awan.

"Apa"

"Maafkan aku rev, aku nggak bisa donorin darah ku buat Anak kita"sesal Awan.

Kalau saja tadi Anye tidak merengek meminta pergi ke mall, mungkin ia masih bisa mendonorkan darah nya, Awan sangat menyesal.

"Tidak perlu meminta maaf, Karena kau memang tidak layak menjadi Ayah Daffion."

"Apa maksud mu Reva, sampai kapanpun Akulah Ayahnya!"

"Cih,"Reva berdecih.

"Reva"

"Mari kita bercerai Awan, ini terakhir kalinya aku memohon padamu, Tolong lepaskan aku dan Daffion"

Awan menggeram "jangan harap Aku akan mengabulkan permintaan mu itu!!"

"Kenapa? Kenapa kau tak mau melepaskan aku, kenapa!!!"geram Reva.

"Reva, mengerti lah, aku sangat mencintaimu dan Daffion"Awan menyentuh Pipi Reva.

"Cih, cinta?"Reva menepis tangan Awan.

"Kau bukan cinta pada ku Awan, kau hanya terobsesi, bukan benar benar mencintai ku, kau sudah berubah Awan."

Awan menggeleng,"itu tidak benar Reva, aku sangat mencintaimu, Daffion, juga Anye."

Reva tertawa sinis"bahkan kau menyebutkan Wanita itu, Awan"

"Bila matipun, aku nggak akan pernah menceraikan mu Reva."

"Kau tidak lelah Awan, seperti ini terus-menerus?"

"Reva..."

Mata Reva berkaca kaca ingin menangis"aku lelah Awan, Tolong lepaskan kami, aku ingin hidup tenang bersama Daffion, ku mohon Awan, tolong!!"Reva memohon kepada Awan, berharap pria itu mau mendengarkan.

Awan membisu dibuatnya, Awan dilanda bingung, Awan begitu cinta pada Reva dan sang Anak, tapi ia juga mencintai Anye, Awan tak mungkin mau melepaskan salah satunya, sungguh pria yang egois.

"Mas Awan!!!"panggil Anye.

Wanita dengan perut besarnya, berjalan tergesa-gesa menuju Ke tempat Awan dan Reva berdiri.

"Anye"

"Wanita itu"batin Reva.

"Mas, kenapa kamu kesini, bukanya pulang!"kesal Anye.

Pulang tadi, Anye kira Awan Sudah dirumah duluan karena pulang lebih dulu, sedangkan Anye pergi bertemu teman-teman nya, Rupanya malah kesini, untung Anye memasang alat pelacak dimobil Awan.

"Aku lagi jenguk putra ku dirumah sakit, kalau Reva tidak SMS, aku tidak akan tau kalau dia tadi telfon, Apa kau berusaha menyembunyikannya dariku"Awan menatap tajam Anye.

Anye gelagapan, gugup karena takut pada Awan.

"Mmmmm....itu......"

"Sudahlah sana kamu pulang mas, Sama istrimu, biar Daffion aku yang jaga" Ucap Reva mengusir Awan dan Anye.

"Aku akan ikut kamu menjaga putra kita"

Mata Anye melotot hampir keluar dari tempatnya.

"Maksud mu apa mas? Kau ingin aku dan Calon Anak kita sendirian dirumah? Kamu nggak mikir nanti anak kamu kesepian sama aku?mas, Ada Reva yang jaga Daffion, kamu juga harus mikir Calon Anak kamu yang lagi aku kandung dong!!!"Anye tak terima kalau Awan akan menemani istri tuanya dirumah sakit.

antensi orang disekitar mereka bertiga tertuju pada tiga orang itu, Kepala Awan berdenyut, beginilah resiko punya Dua istri.

"Sudahlah mas, mata istri kamu udah melotot, kamu pulang saja sama istri kamu, aku nggak mau ada keributan di rumah sakit ini"Reva lebih baik mengalah, daripada timbul keributan.

Awan pun menarik tangan Anye pergi, Anye bikin malu!, Awan sangat malu akan kelakuan Anye. Kalau bikin malu, kenapa dinikahi bang? Herman kadang kadang.

...***********...

Dhizar baru saja sampai di rumah, disofa, sang mommy tengah duduk, menanti kepulangan sang Anak.

"Lama sekali"

"Tadi ada urusan sebentar mom"

Dhizar melepaskan jas hitamnya lalu duduk disamping sang Mommy, Owh iya, Dhizar adalah anak pertama dari dua bersaudara, Dhizar punya adik laki laki, dan sekarang sudah kuliah di luar kota, Awalnya Dhizar ingin sang adik bisa kuliah di luar negri, tapi adiknya tidak mau, alasan nya nggak mau jauh dari keluarga, takut Mommy nya hanya sendiri, Dhizar orang yang sibuk dan belum tentu pulang tiap hari jadi tidak bisa menemani Mommy, terlebih sejak kepergian sang Daddy, Mommy Dhizar hidup seorang diri menjanda.

"Dhizar"

"Hmmm"

"Kapan kamu akan menikah nak?"

Dhizar memutar malas kedua matanya, lantaran jengah.

"Sudah 1347 kali Mommy katakan, dan jawaban ku tetap sama mom"

"Dhizar, mommy dah tua loh, carilah Wanita yang baik, tidak peduli dengan status nya, yang penting kamu suka dan cinta, mommy pasti merestui mu."

Tiba tiba Dhizar teringat akan wanita yang anaknya ia donorkan Darah, Seketika Itu Dhizar menggeleng.

"Jangan konyol Dhizar, dia sudah bersuami"

"Zar..."

"Mom, bersabarlah, aku pasti akan memberikan mu menantu"

"Ck, itu terus yang kau ucapkan setiap kali Mommy singgung kapan nikah, tapi mana? Sampai sekarang belum kamu wujudkan"ketus sang Mommy.

Dhizar terkekeh kecil, ia memeluk erat tubuh ibu yang melahirkannya itu.

"Sabar mom, apa mommy mau kalau aku terburu buru nanti aku tidak bahagia gimana? Mommy mau itu?"

"Ya, carinya yang bener dong!"

"Makanya mommy harus sabar, pasti ada kok waktunya untuk Dhizar menikah"

"Keburu mommy makin tua Dhizar!"

"Siapa bilang mommy tua? Mommy selalu cantik Dimata Dhizar kok"

"Bisa aja nyenengin hati Mommy"Sang Mommy mengecup rambut Dhizar.

Sebesar apapun Anak nya sekarang, bagi Aliana, Dhizar tetap putra kecil yang masih suka merengek Dimata nya.

Aliana bersyukur mendapatkan kedua putra yang begitu menyayanginya.

"Fioz, andaikan kamu masih hidup, kamu pasti akan bangga pada kedua putra mu itu, putra yang dulu selalu kau gendong gendong karena merengek menangis, kini dia sudah beranjak dewasa, menjadi sosok pria tampan, kau pasti akan cemburu bila tau ketampanan mereka berdua, karena kau kalah tampan"

Aliana teringat mendiang suaminya.

......to be continued......

komen, like and share y

terima kasih udah mampir, kasih hadiah juga y, karena hadiah dukungan dari kalian semua, author jadi semangat Nulis, jangan sungkan sungkan...

Terpopuler

Comments

WJ

WJ

bagus novel ini gk ketemu typo

2023-10-05

0

Hari Supatmi

Hari Supatmi

kesel banget pnya suami kyk si awan,,jadi laki koq serakah

2023-07-29

0

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Kalimat sweet ini mah.... Serius, bener-bener cinta mati banget nih orang ke Reva....

2022-09-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!