Enam ( Last )

...Happy Reading 💚...

...Episode 06...

Aluna terusik karena tiupan angin yang menerpa wajahnya. Gadis itu menggerutu kecil dalam hati, memutar tubuhnya mengganti posisi tidurnya menjadi menyamping.

" Aluna~ ayo bangun. Kita bisa terlambat sekolah." Bisikan halus tepat mengenai telinganya. Mata Aluna sontak terbuka lebar.

Baru hendak berteriak, mulutnya sudah di tutup sebuah telapak tangan yang besar.

" Jangan teriak."

Mata Aluna berkedip menatap wajah tampan di depannya. Merasa devaju, ia segera melepaskan lengan kekar yang menutup mulutnya.

Ia pikir semalam hanya mimpi, ternyata mimpinya masih berlanjut dan belum usai.

" Ayo bangun, kita harus sekolah. Kamu harus pulang dulu ambil seragam." Ucap Garvan menyadarkan Aluna. Matanya berkeliaran mencari jam hingga menemukan waktu yang masih pukul 5 pagi.

" Ini masih pagi." Gumamnya, namun dia tetap bangun karena malu.

Tanpa kata melarikan diri ke arah kamar mandi. Garvan tersenyum tipis, ikut bangkit dan keluar dari kamar.

" Baru kali ini tidur berdua sama cowok. Mana cowoknya spek unreal gini, mimpi apa gue semalam?" Gumam Aluna di depan cermin. Matanya memandang lekat wajahnya, berdecak kagum.

Wajahnya ini sangat luar biasa. Dulu wajahnya sudah tergolong cantik untuk seumuran dirinya tapi ini?

Katakan berlebihan. Wajahnya mulus tanpa jerawat atau beruntusan, putih yang terlihat segar, badannya tinggi juga langsing, cocok sekali untuk menjadi model.

Netra mata yang merah memang sangat cocok untuk antagonis, benar juga sih, aluna kan memang antagonis. Tapi di antara semua bentuk kesempurnaan itu, yang paling ia sukai adalah bibir. Sangat seksi dan tebal.

Aluna mengulum bibirnya menahan senyum senang. Rambut hitamnya ia kibaskan. Lupakan antagonis atau apapun itu.

Sekarang mari kita nikmati peran gadis cantik yang memiliki kekasih tampan. Bukankah itu lebih baik?

Terlebih Garvan terlihat manja kepadanya.

Aluna tersenyum menyeringai, hehe mari kita lihat pertunjukan nya!

My Enemy Love

Novel ini tidak terlalu terkenal, namun seingatnya novel tersebut menarik karena memiliki plot hole yang banyak. Bisa di bilang juga memiliki ending yang menggantung, pasti sebagian pembaca merasa kesal, begitu juga dengannya.

Mari kita jelaskan secara singkat. Ceritanya berawal dari female lead yang merupakan murid beasiswa yang tengah sibuk dengan dunia kerasnya. Hidup berteman dengan kesengsaraan, female lead berusaha dengan sungguh-sungguh melawan kerasnya hidup.

Female menjadi tulang punggung keluarga, di mana ada sesosok wanita rentan yang sakit-sakitan memerlukan perawatan dan obat obatan. Kemudian ada adik kecilnya yang harus menempuh pendidikan sama sepertinya, hanya berbeda 4 tahun dengannya.

Jelas Female lead memerlukan banyak uang untuk kelangsungan hidup dan keluarganya, banyak usaha yang ia lakukan demi mendapatkan uang. Seperti melakukan kerja part time di beberapa toko, lalu mengajar les pada bocah smp, menjadi penjaga perpustakaan, dan banyak hal lainnya.

Di samping itu, ada hal buruk yang menimpanya. Ini benar benar buruk. Beasiswa nya terancam. Itu karena peringkat di semester kemarin turun. Bukan. Bukan dia yang kurang belajar. Selama ini dia mati matian untuk mempertahankan nilainya.

Semua itu karena dia sekelas dengan male lead yang terkenal dengan kepintaran nya. Di sekolahnya ada sistem perpindahan kelas, semuanya di atur oleh guru guru. Setiap naik kelas, semuanya akan kembali berbeda.

Female benci itu, terlebih male lead meremehkannya dan menginjak injak harga dirinya karena dia dari keluarga yang ekonomi nya kekurangan.

Male lead sendiri, anak konglomerat yang keluarga terkenal di mana mana. Anak tunggal namun tidak lagi sejak ayahnya kembali menikah dengan seorang janda anak satu.

Tampan? Wanita mana yang tidak menyukainya kecuali dia yang memiliki penyimpanan. Kaya, sudah pasti, tujuh turunannya sudah pasti hidup terpenuhi dengan harta yang dimiliki keluarga. Pintar? Bukannya sombong, beliau ini pemegang peringkat satu paralel sejak smp. Belum lagi dia kerap mendapatkan juara dari kompetisi yang ia ikuti.

Selama ini hidupnya tidak ada yang menarik dan terasa hambar. Sampai dia bertemu dengan sosok female lead yang menurutnya naif. Menganggu sudah menjadi kebiasaannya sejak saat itu.

Tak bisa mengelak, lama kelamaan perhatiannya hanya tertuju pada gadis itu. Dia mulai menaruh hati, mencoba mendapatkan hati female lead.

Perhatian mulai male lead berikan, mencoba menyadarkan bahwa dia menyukai female. Sikap, dan segala semua tentang female lead.

Sayangnya, female lead terlanjur benci. Dia menganggapnya sebagai musuh untuk di kalahkan. Banyak rintangan yang male lead hadapi demi mendapatkan female lead.

Tak lupa di bumbui oleh tingkah antagonis yang bikin greget. Juga ketidakpekaan female lead dengan segala perjuangan male lead.

Sampai puncaknya, male lead membawa female lead ke sebuah tempat. Di sana dia mengungkapkan segalanya. Tentang dia yang menyukainya dan segala perjuangan, semua titik beratnya tidak membuahkan hasil.

Karena female lead sangat benci bahkan menjurus ke dendam pada male lead. Alasan? Alasannya sangat tidak terduga.

Male lead adalah sumber segala kesengsaraan nya selama ini. Ayahnya yang meninggal, ibunya menjadi sakit sakitan. Itu ulah male lead.

Sadar, male lead pun ingat kejadian kecelakaan beberapa tahun lalu yang menewaskan seseorang. Ternyata itu adalah ayahnya female lead.

Male lead pun memutuskan untuk membayar apa yang telah ia lakukan. Dia menyerahkan diri pada polisi dan akhirnya di hukum penjara. Sedangkan female lead melanjutkan studi nya dan fokus merawat ibunya.

Lalu di manakah peran Aluna saat ini?

Aluna sendiri adalah saudara tiri male lead yang bernama Arthur Rein Wiston. Pria yang bicara seperlunya dan memiliki tatapan tajam yang menakutkan.

Berhadapan dengannya membuat Aluna tidak bisa berkutik. Entah apa yang seharusnya di lakukan, apakah dia harus menyapa dan sok akrab atau pura pura tidak melihat dan langsung masuk kedalam?

Aluna bingung dalam bersikap. Baru sampai di rumahnya setelah di antar Garvan, dia sudah di sambut tatapan tajam pemuda yang sudah berseragam rapih.

Setahunya hubungan Aluna asli dengan Arthur tidak lah baik layaknya sepasang adik kakak. Arthur dia tidak menerima sosok Aluna dan ibunya, karena menurutnya mereka hanya memanfaatkan ayahnya untuk mendapatkan keluar. Itu yang tertera di novel.

Tapi, aluna mendadak ragu.

" Kenapa nginep di apertement dia? Lo ga takut dia macam macam sama lo? Luna, seharusnya lo lebih berhati hati walaupun dia pacar lo."

Omelan yang ia dapat dari Arthur membuatnya terperangah. Pria itu menatap tajam garvan di belakangnya yang nampak santai.

" Meksi lo udah izin sama papa, seharusnya lo izin dulu dari gue." Tekannya. Tangannya menarik Aluna menjauh dari Garvan.

" Sayang, aku tunggu setengah jam untuk ganti pakaian ya." Ucap Garvan mengelus rambut Aluna yang di pelototi oleh Arthur.

" Lo jangan deket deket sama dia, walau dia keliatan baik, itu gak tentu. Kemarin gue liat dia sama cewek main main asal lo tau-"

Merasa percakapan Arthur tidak akan berakhir Aluna segera menahannya. " Nanti lagi ya ceritanya, ini sudah siang. Kita harus berangkat sebelum kesiangan. Aku mau ganti baju dulu,"

Dengan tergesa Aluna menaiki anak tangga menuju lantai dua. Melihat itu, Arthur menghela nafas, memutar tubuhnya hingga matanya bisa melihat keberadaan Garvan yang tersenyum lebar kearahnya.

Arthur berdecih, memalingkan wajah segera masuk ke dapur. Ada papa dan ibunya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan.

" Luna sudah pulang, nak?" Tanya Aina di angguki oleh Arthur.

" Di antar Garvan?" Kini giliran papanya Aksa yang bertanya.

" Iya." Sahut Arthur malas. Malas sekali jika sudah mengungkit pacarnya Aluna itu.

" Kenapa tidak di ajak sarapan bareng?" Tanya Aina heran.

" Dia udah sarapan di rumahnya." Jawab Arthur setengah kesal. Aina geleng geleng, tidak heran dengan sikap arthur yang terlihat benci pada Garvan.

Bukan tanpa alasan, Arthur tidak suka perhatian Aluna teralihkan pada sosok pacarnya itu. Padahal dulu, Aluna sering manja manja kepadanya. Tapi semenjak ada pacar, jangankan manja, menyapa saja sudah jarang.

Sosok Aluna datang dengan tergesa menuju dapur.

" Ma, pa, luna berangkat dulu ya." Pamitnya mencium pipi mereka secara bergantian.

" Gue engga?" Tanya Arthur karena tidak mendapatkan kecupan pipi dari sang adik.

Aluna menatapnya aneh, " minta aja sama pacar sana." Ucapnya berlalu pergi. Meninggalkan Arthur yang semakin kesal. Aksa dan Aina terkekeh melihatnya.

" Arthur juga berangkat." Pamitnya menyusul Aluna dengan terburu buru.

" Garvan, ayo!" Ajak Aluna begitu menaiki motor milik pemuda itu.

" Iya." Garvan segera memakai helmnya dan bersiap menjalankan motornya. Dari dalam rumah, Arthur berlari mengejar.

" Tungguin gue!" Teriaknya.

Terlambatnya. Garvan sudah menarik gas dan melenggang pergi dari kompleks rumahnya. Tanpa berlama lama dia mengambil motornya dan mengendarai motornya.

Adiknya harus di jauhkan dari Garvan!

...To Be Continued...

...Jangan lupa tinggalkan jejak ya 🤗...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!