"Kenapa dia?" gumam Andika bertanya-tanya di dalam hatinya. Namun setelah itu akhirnya ia memutuskan untuk pergi saja, dan mengabaikan kejadian yang baru saja di lihatnya.
Sementara di lain sisi..
Shinta tiada habis-habisnya untuk terus mengeluarkan air mata. Sepanjang perjalanan dirinya menangis, hingga akhirnya taksi yang di naikinya sampai di sebuah Rumah Sakit.
Bergegas Shinta turun, dan membayar ongkosnya terlebih dahulu.
Singkat cerita! Saat ini dirinya sedang berada di sebuah ruangan rawat inap, tempat di mana ayahnya yang sedang terbaring lemah tak berdaya di ranjang pasien.
Melihat wajah yang sudah sangat tua itu, serta di penuhi oleh luka lebam. Semangkin membuat wanita malang itu menangis dan merasa sangat bersalah atas kejadian ini.
"Maafkan Shinta ayah! Seharusnya dari awal Shinta mendengarkan ucapan ayah sewaktu itu. Dan mungkin ayah tidak akan seperti ini sekarang." Hanya kalimat itu lah yang dapat terlontar dari bibirnya, sembari terus menggenggam dengan erat tangan sang ayah yang begitu sangat di sayanginya.
Hingga akhirnya tak lama kemudian tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk pundaknya hingga membuat wanita itu langsung reflek menoleh ke belakang.
Adipati langsung mendekat, dan berusaha untuk menenangkan Shinta. Namun wanita itu langsung menolaknya secara mentah-mentah.
"Apa kau tidak mengingat apa yang ku katakan Adipati? Jangan pernah muncul di hadapanku lagi, atau kau akan mati!" bentak Shinta dengan penuh amarah.
Emosinya benar-benar tak terkontrol pada saat ini.
"Shinta dengarkan aku dulu! Mereka lah yang telah menghabisi ayahmu, bukan aku!" ucap pria itu memberitahu.
Sejenak Shinta langsung terdiam mencoba untuk tenang, dengan cara mengatur nafas nya yang terasa ngos-ngosan.
...----------------...
Saat ini Andika sedang mencari-cari keberadaan tunangannya di Bandara. Sesuai info jika pesawat yang di tumpangi oleh Rosi sudah landing sejak beberapa menit yang lalu.
"Sayang!" Tiba-tiba saja suara seseorang mampu mengagetkan pria itu, dan ternyata suara teriakan Rosi lah penyebabnya.
Terlihat wanita itu sudah bersiap dengan merentangkan tangannya, dan akhirnya kedua pasangan itu lantas berpelukan di tengah-tengah keramaian.
"Aku sangat merindukanmu sayang!" ucap Rosi masih belum mau melepaskan pelukannya dari tubuh kekar Andika.
"Ya, ya! Aku juga merindukan mu, I Love You!" balas pria itu yang akhirnya mampu membuat Rosi langsung tersenyum senang.
Mereka pun memutuskan untuk segera pergi dari Bandara menuju ke Butik untuk melakukan fitting baju.
...----------------...
"Ini," kata Adipati sembari menyerahkan sebotol air mineral ke arah Shinta.
Barulah pria itu ikut duduk bersama di kursi tersebut. Saat ini mereka berdua sedang duduk di bawah pohon besar yang ada di dekat bagian rumah sakit tempat ayahnya yang sedang di rawat.
Setelah tadinya Shinta mengajak Adipati untuk pergi ke Kantor Polisi. Wanita itu pun langsung saja memarahi seluruh polisi itu. Melampiaskan seluruh kemarahannya, bahkan tak jarang banyak kata kasar yang spontan keluar begitu saja dari mulutnya. Ia memaki habis-habisan mereka semua, tidak peduli bahkan Shinta sempat beradu mulut dengan pimpinan kepolisian. Namun akhirnya tetap wanita itu lah yang menjadi pemenangnya.
Para polisi langsung meminta maaf atas kejadian yang menimpa ayahnya tersebut.
Dari awal memang Adipati lah yang menghubunginya dan memberitahu tentang kabar mengejutkan bahwa ayahnya masuk ke dalam rumah sakit akibat jatuh pingsan karena di aniyaya oleh beberapa polisi yang bertugas.
Mendengar kabar itu, benar-benar membuat Shinta merasa emosional dan dengan sendirinya ia langsung menangis. Ketika mengetahui tentang keadaan ayahnya yang sedang tidak baik-baik saja.
Wanita itu sampai-sampai melupakan pertengkaraan antara dirinya dan juga suaminya itu. Tidak peduli lagi tentang Andika, Shinta lebih memilih untuk segera pergi ke tempat ayahnya di rawat, di bandingkan jika harus ribut untuk masalah Rosi. Biarlah jika memang suaminya ingin menjemput sang tunangan di bandara, karena keadaan ayahnya lah yang paling terpenting untuk saat ini.
Karena kalau boleh jujur Ayahnya adalah satu-satunya kelemahan bagi Shinta. Melihat keadaanya sekarang semangkin membuat wanita itu merasa sangat bersalah, dan merutuki kebodohannya di masalalu.
"Sudahlah, jangan menyalahkan dirimu sendiri atas kejadian ini. Kau tidak bersalah Shinta, ini memang keputusan beliau!" ucap Adipati yang seolah mengetahui isi pikirannya saat ini.
"Apa maksudmu?" tanya wanita itu serius.
"Ayah mu pernah bilang! Bahwa masa depanmu masih sangat panjang, sementara beliau sudah sangat tua dan kemungkinan besar lambat laun pasti akan mati di dalam penjara. Maka dari itu berhentilah untuk mengingat kejadian masalalu!" balas Adipati.
"Pak Herman sebenarnya sangat ingin menyuruhmu untuk berhenti dari pekerjaan itu,(Pembunuh Bayaran) Tapi beliau tidak berani mengatakannya padamu. Karena bagaimana pun kau terjebak ke dalam dunia kelam ini karenanya." sambung Adipati lagi, membongkar rahasia yang begitu sangat mengejutkan bagi Shinta.
"Tunggu! Jadi kau tau siapa aku sebenarnya?" tanya wanita itu merasa sangat tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Bahwa Adipati mengetahui dirinya yang bekerja sebagai seorang pembunuh bayaran. Karena selama ini ia pikir Adipati sama sekali tidak tahu menahu pasal itu.
"Iya," jawab Adipati dengan mengangguk.
"Kau tau! Aku dan Pak Herman sudah kenal sejak lama, sejak ibumu masih belum meninggalkan kalian. Sehingga membuat kalian berdua menjadi sangat dendam seperti sekarang." Lagi-lagi Adipati mengucapkan sebuah kalimat yang sama sekali tidak di duga-duga olehnya.
"Aku mengenalimu sangat jauh dari pada suamimu! Dan juga aku tau pernikahan macam apa yang sedang kau jalani bersama pengacara hebat itu. Aku tau semuanya Shinta! Tak lain adalah karena kekuasaan bukan?" tanya Adipati sehingga membuat Shinta reflek langsung menggelengkan kepalanya.
Wanita itu memutuskan untuk menghapus air matanya sejenak. Karena entah mengapa semenjak belakangan ini dirinya benar-benar berubah dan sangat cengeng. Ia pun sama sekali tidak mengerti dengan situasi ini.
"Tidak! Kau salah besar Adipati, tapi aku juga sangat mencintainya dan tidak ada salahnya aku menginginkan pria itu menjadi suamiku." sangkal Shinta merasa tidak terima.
"Ya, tapi Andika sama sekali tidak mencintaimu Shinta. Dia sudah memiliki tunangan, seharusnya kau berpikir panjang untuk itu. Dan juga aku tidak bisa membayangkan respon yang akan di berikan oleh ayahmu setelah mengetahui fakta tentang putrinya yang rela menikah dengan orang yang sama sekali tidak memiliki rasa cinta. Hanya demi sebuah kekuasaan! Sementara bahkan ayahmu sudah bilang kepadamu waktu itu bahwa Pak Herman sudah memilih akan menghabiskan sisa hidupnya di dalam penjara." balas Adipati yang tidak mau kalah, memberikan sebuah argumen kepada Shinta agar wanita itu tidak egois.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments