BAB 8

Namun setelah di pikir-pikir kembali. Shinta memiliki cara tersendiri untuk membalas Rosi, dan tidak perlu berprilaku kasar terhadap seorang wanita lemah, yang sama sekali bukan tandingan untuknya.

"Selamat siang semua!" sapanya, hingga membuat kedua insan itu langsung tersadar, dan Andika pun dengan segera menghentikan aksi ciuman Rosi yang terus menuntut padanya.

"Shinta?" gumam pria itu menatap tak percaya.

Sementara Shinta hanya bisa mengulas sebuah senyuman manis. Dan memilih untuk duduk di salah satu sofa.

"Untuk apa kau datang kesini? Tidak cukup kah kau mengganggu waktu kami berdua pada saat itu?" tanya Rosi merasa sangat tidak senang atas kehadiran Shinta disini.

"Ck, ck, ck!" Shinta lantas menggeleng. "Mengganggu waktu kalian berdua? Tapi Andika suamiku? Lalu siapa kau?" Tantang nya sambil sedikit tertawa. Merasa begitu lucu ketika mendengar ucapan dari wanita itu barusan. Dasar tidak tau malu, pikirnya!

Andika yang sejak tadi terdiam, akhirnya memutuskan untuk bangkit dari kursi kebesarannya.

"Pergilah, nanti aku akan kembali menghubungimu." ujarnya kepada Rosi.

"Tapi_" Wanita itu tidak lagi melanjutkan perkataannya, akibat sudah terlanjur kesal ia pun langsung mengambil tasnya, dan pergi keluar.

Kini hanya tinggal tersisa mereka berdua. Andika pun memutuskan untuk menghampiri Shinta, dan duduk di samping istrinya itu.

"Kenapa kau bersikap seperti itu kepada Rosi?" tanya Andika, membuat Shinta yang tadinya sudah berusaha keras memendam amarah. Namun kini sudah mulai tepancing kembali. "Memangnya kenapa jika aku bersikap seperti itu kepadanya?" Bukannya menjawab, Shinta malah kembali melayangkan pertanyaan yang mampu membuat perhatian Andika langsung teralihkan. "Tidak heran dengan sikap wanita ini yang sangat keras kepala." batin Andika.

"Karena dia adalah tunanganku Shinta!" tekan pria itu.

"Tapi aku adalah istrimu. Status ku sebagai istri lebih berhak dari pada dia!" jawab Shinta yang tidak mau kalah, dan mereka berdua pun saling melayangkan tatapan sengit sudah layaknya seorang rival yang saling membenci.

"Sejak kapan kau menjadi istriku? Apa kau lupa, jika aku pernah mengatakan bahwa aku tidak pernah menganggapmu sebagai istri? Apa perlu aku mengatakannya sekali lagi?" tanya Andika.

"Tidak, semua itu tidak perlu!" jawab Shinta cepat.

Wanita itu pun langsung membuang wajahnya ke samping.

"Lupakan, sekarang katakan padaku apa tujuan mu datang kemari?" tanya Andika.

"Tidak ada, aku hanya ingin mengusir wanita jal*ng itu dari sini. Dan sekarang dia sudah pergi, maka aku harus pulang." Shinta langsung bangkit, dan sudah bersiap untuk pergi.

"Tunggu dulu!" cegah Andika yang spontan menahan tangan istrinya.

"Jangan berbohong karena aku tau isi pikiranmu." sambung pria itu lagi.

"Cih," lantas Shinta langsung berdecih. "Memangnya siapa kau? Peramal? Sampai bisa membaca pikiran seseorang." cela wanita itu, namun sama sekali tidak di hiraukan oleh Andika.

Ia langsung menarik kuat tangan istrinya itu, hingga membuat Shinta kini sudah berganti posisi menjadi duduk di pangkuannya.

"K-kau!" Tunjuk wanita itu geram tepat pada wajah Andika.

"Kenapa? Bukannya kau suka di saat sedang berada di posisi seperti ini?" tanya pria itu, hingga membuat Shinta menjadi sangat malu sekarang.

Entahlah pria itu memang sengaja ingin menggodanya, namun terasa sangat aneh karena wajah Andika yang sama sekali tidak memiliki ekspresi, dan sangat dingin ketika mengucapkan kalimat tersebut.

"Aku ingin pulang!"

"Tidak akan ku biarkan!" tolak Andika. "Katakan terlebih dahulu apa tujuanmu datang kemari?" tanya nya lagi, membuat Shinta hanya bisa memutar bola mata malasnya.

"Aku hanya ingin mengajak mu makan siang, tapi setelah melihat ada Rosi di kantormu. Membuat ku sudah tidak bernafsu lagi, dan seperti nya aku harus pulang sekarang. Sudah! Lupakan saja semuanya. Aku akan makan sendiri di rumah." balas Shinta.

"Memangnya kenapa dengan Rosi? Apa kau cemburu?" pancing Andika.

"Iya, aku cemburu! Memangnya tidak boleh? Mana mungkin ada seorang istri yang tidak cemburu ketika melihat suaminya berciuman dengan wanita lain." jawab Shinta jujur.

"Sejak kapan kau mencintaiku?" Lagi-lagi Andika bertanya, dan itu membuat Shinta merasa heran, sekaligus tak percaya ketika Andika yang begitu penasaran tentang perasaannya.

Karena biasanya untuk berbicara saja pria itu pun bahkan sangat pelit. "Sejak lama, memangnya ada apa? Kau pasti tidak akan percaya tentang itu. Tapi satu hal yang pasti, jika itu adalah suatu kebenaran yang selalu kau tolak."

Lantas Andika langsung tertawa setelahnya. Membuat wajah Shinta kini berubah menjadi masam, dan sudah bisa menebak apa yang akan terjadi setelah ini.

"Kau tidak pantas untuk di percayai, wanita murahan seperti mu mana mungkin memiliki perasaan. Jika seandainya memang kau jatuh cinta denganku, itu hanya karena uang yang aku miliki bukan? Lebih tepatnya kau lebih mencintai seluruh harta ku." ucap Andika tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Terserahlah apapun itu yang kau pikirkan tentangku! Aku tidak akan peduli." balas nya sudah terlanjur merasa jenuh dengan sikap Andika.

Lagi pula ia tidak perlu marah, karena apa yang di ucapkan oleh pria itu ada benarnya juga. Selain mencintai Andika, dirinya juga sangat terobsesi atas kekayaan yang di miliki oleh suaminya. Apalagi selama ini dirinya memang tipe wanita yang gila akan harta, dan sudah terbiasa hidup mewah.

Sudut pandang seperti inilah yang di lihat oleh Andika dari dirinya. Tak pernah percaya bahwa dirinya memiliki perasaan yang tulus kepada pria itu. Dan selalu memandang rendah tentangnya, sebagai wanita murahan dan juga matre.

"Ikutlah bersama ku!" Tanpa berbasa-basi lagi, Andika pun langsung menarik tangan Shinta untuk mengajak wanita itu makan siang.

Singkat cerita...

Setelah pesanan mereka datang, Andika langsung menyantap makanan miliknya, dan mengabaikan begitu saja tatapan dari istrinya.

"Kau sangat lapar?" tanya Shinta di sela-sela melihat suaminya yang terlihat begitu lahap.

Posisi keduanya saat ini sedang duduk saling berhadap-hadapan.

"Hm, makanlah! Bukannya kau juga lapar?" balas Andika.

Wanita itu tersenyum tipis, dan memilih untuk segera memakan makanan yang sudah tersaji di hadapannya.

Setelah mereka berdua selesai makan siang di Restoran itu. Andika dan juga Shinta lebih memilih untuk tetap berada disana, dan saat ini Shinta hanya bisa memperhatikan suaminya yang sedang sibuk bermain handphone.

"Sayang!" panggil Shinta, namun pria itu hanya menoleh sesaat. Membuatnya merasa kesal atas respon yang sangat tidak memuaskan.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Shinta dengan cukup ragu-ragu.

"Apa? Katakanlah!" Andika langsung meletakan hpnya di atas meja dan beralih pokus kepada istrinya.

"Hm, pendengar yang cukup baik!" batin Shinta sambil tersenyum.

"Apa kau mencintai Rosi?" tanya wanita itu.

Sedetik kemudian, Shinta langsung di buat melotot. "Apa yang kau lakukan? Dasar bodoh! Tentu saja pria itu mencintainya. Kalau tidak mana mungkin mereka sampai bertunangan. Sudah jelas-jelas kau melihatnya sendiri disaat mereka sedang berciuman tadi." batin Shinta merasa sangat bodoh dengan pertanyaan yang ia berikan barusan.

"Itu bukan urusanmu! Memangnya kenapa?" tanya Andika dengan melayangkan tatapan tajam ke arah istrinya itu. Ada sedikit rasa curiga di dalam hatinya.

"Bisakah kau tinggalkan dia, dan maukah kamu memulai hidup baru denganku? Aku tidak suka ada orang masalalu di antara kita berdua." pinta nya dengan bersungguh-sungguh.

Membuat Andika sangat tidak percaya akan hal itu. "Aku tidak bisa karena aku sangat mencintainya." jawab pria itu dengan tegas.

BRAK! Spontan Shinta langsung menggebrak meja, hingga membuat seluruh perhatian orang-orang langsung tertuju ke arah mereka berdua.

Wanita itu langsung menelan ludahnya secara kasar, dan kembali duduk. Karena tidak ingin membuat keributan di tempat umum.

"Maafkan aku, karena reflek jadi aku_"

"Jangan melewati batasan mu Shinta." potong Andika sekaligus memberi peringatan.

"Aku tidak melewatinya, karena aku hanya ingin agar kau meninggalkan dia. Tidak bisakah sedikit pun kau memberiku kesempatan? Aku sangat mencintaimu, dan aku cemburu ketika melihat dirimu bersama dengan wanita lain." balas Shinta dengan mata yang berkaca-kaca, menatap kedua bola mata pria itu dengan menyimpan banyak harapan di dalamnya.

"Ku mohon jangan kecewakan aku, aku sudah menemukan jalan keluarnya , dan jangan menutup jalan itu kembali Andika. Karena mu aku bisa terlepas dari kehidupan ku yang sebelumnya. Karena mu aku sudah tidak pernah melakukan tindakan keji lagi, dan terbebas dari pekerjaan yang tidak masuk akal itu." ucap Shinta di dalam hatinya.

"Kau begitu lucu Shinta! Dari awal kaulah yang telah merebut aku dari Rosi, dan dengan tidak berperasaan nya kau malah memintaku untuk meninggalkannya sekarang." ucap Andika, membuat Shinta langsung menggelengkan kepalanya, dan bergegas meraih tangan pria itu. "Aku hanya meminta sedikit kesempatan dari mu, tidak bisakah kau mengabulkannya? Aku_" Shinta menejeda ucapannya sejenak. "Ya Tuhan bagaimana ini?" batin Shinta merasa bingung ketika ingin menjelaskannya.

"Baiklah, lakukan semau mu!" Tiba-tiba saja pernyataan dari suaminya membuat Shinta merasa sangat terkejut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!