BAB 9

Andika kembali lagi ke Perusahaan setelah selesai mengantarkan Shinta pulang ke rumahnya. Dan saat ini ia sedang berada di dalam ruangan pemimpin perusahaan dan tengah berdiri di dekat jendela kaca.

"Apa yang di pikirkan wanita itu? Dia memintaku meninggalkan Rosi? Dan cemburu?" tanya Andika kepada dirinya sendiri. Seketika barulah dirinya ingat tentang kejadian pada saat Rosi datang ke ruangannya, dan mencium bibirnya secara tiba-tiba.

Tak lama kemudian barulah Shinta datang, dan Andika yakin pasti karena hal itulah. Sampai membuat wanita itu nekat dan berani menyuruhnya untuk meninggalkan sang tunangan.

"Itukah yang di maksud kau sedang cemburu? Aku akan menurutinya sesuai kemauanmu." gumam Andika sembari tersenyum miris.

...----------------...

"Iya aku memintanya untuk meninggalkan perempuan itu, dan akhirnya Andika pun mau menurutinya, dan memberiku kesempatan."

Di sebuah ruangan kamar, seorang wanita yang tak lain adalah Shinta sedang berbicara dengan Helen lewat sambungan teleponnya.

"Kesempatan? Kesempatan apa?" tanya Helen. Shinta hendak menjawab, namun sudah keduluan Helen. "Aku takut Andika akan semangkin berfikir bahwa kau adalah wanita yang tidak tau diri. Dengan berencana menyingkirkan wanita yang sangat di cintainya itu."

"Memangnya siapa yang peduli Helen? Biarkan saja dia berfikir seperti itu, karena selama ini aku memang terlihat buruk di hadapannya. Yang terpenting dia mau memberikanku kesempatan, itu saja!" jawab Shinta.

"Ya, ya, ya! Semoga saja kau berhasil membuatnya jatuh cinta, dan otomatis semua keinginanmu terpenuhi. Lagipula aku tidak pernah menyangka wanita sadis sepertimu bisa tobat juga dari kejahatan, hanya karena setelah bertemu dengan pria yang begitu tampan dan juga kaya raya." ujar Helen, hingga membuat Shinta langsung tersenyum.

"Entahlah, lagi pula ini keputusan yang tepat bukan?"

"Oh, tentu saja! Sayang sekali jika wajah mu yang cantik itu namun harus menjadi seorang pembunuh. Lupakan masalalumu, dan pokus pada masa depanmu. Ingat tujuan mu saat ini hanyalah satu, yaitu Andika! Aku sangat bahagia dengan kehadiran pria itu, karena semenjak pada saat itu kau mulai mau menginjakan kaki di taman bunga mawar. Karena sebelumnya kau selalu menolak dan ingin tetap berada di taman bunga bangkai yang menjijikan itu." sahut Helen terdengar begitu semangat dari sana.

Membuat Shinta tak bosan-bosannya untuk terus mengembangkan sebuah senyuman pada bibirnya itu, ketika mendengar perkataan dari sahabatnya yang begitu sangat menghibur hatinya.

"Oh ya, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu." ujar Shinta setelahnya.

"Apa?"

"Kau tidak takut berteman dengan seorang pembunuh sepertiku?" tanya Shinta, karena Helen dan juga Samudra yang begitu tulus kepadanya selama ini. Tidak peduli meskipun dirinya adalah seorang pembunuh sekalipun.

"Oh, ayolah baby! Aku percaya kau adalah orang yang sangat baik. Buktinya kau hanya menerima tawaran untuk membunuh seorang pengkhianat yang sama seperti ibumu. Aku tau kau melakukan ini karena memiliki sebuah alasan besar di baliknya, maka dari itu aku selalu mendudukungmu di saat ingin keluar dari zona berbahaya ini. Hay cantik! Semuanya sudah berakhir,"

"Belum Helen, semuanya belum berakhir!" kata Shinta, hingga membuat sahabatnya sampai terheran-heran.

"Kau belum keluar dari pekerjaan kotormu? Atau kau masih bekerja sebagai seorang pembunuh bayaran? Bagaimana mungkin bisa Shinta? Kau sudah berjanji kepada dirimu sendiri kala itu, kenapa kau mengingkarinya? Ayolah, jangan menjadi bodoh. Dendam tidak akan membuat mu bahagia. Tidak kah cukup ketika melihat ayah mu di penjara Shinta? Karena itu sangat merugikan bagi dirimu sendiri." Celoteh Helen panjang lebar.

Shinta langsung di buat tertawa ketika mendengar wanita itu yang sedang protes kepadanya. "Bukan! Bukan karena aku mengatakan semuanya belum berakhir, sama dengan berarti aku masih melakukan pekerjaan itu. Semuanya tidak sama dengan yang kau pikirkan!"

"Lalu?" tanya Helen. "Kalau begitu syukurlah, karena aku sangat tidak ikhlas melihat mu menjadi jahat hanya karena ulah ibumu di masalalu. Begitupun juga dengan ayahmu."

"Ada hal lain, dan itu rahasia. Tenang, sekarang aku sudah benar-benar keluar dari pekerjaan itu, dan aku menyesalinya karena pernah menjadi orang yang sangat jahat. Oh, ya apa kau sudah makan siang?" tanya Shinta.

"Tentu saja sudah, yang benar saja ini sudah pukul 3 sore." balas Helen. "Oh ya kau mengatakan apa tadi? Rahasia? Rahasia apa?" tanya wanita itu merasa sangat penasaran.

"Tidak ada, kau hanya salah dengar mungkin. Aku memang sempat berbicara dengan pelayan tadi." jawab Shinta.

"Oh!"

Setelah lamanya mereka berdua bertelponan, dan membahas tentang hal-hal yang tidak penting. Akhirnya sambungan pun terpaksa Shinta putus ketika tak sengaja mendengar ada suara keributan di luar.

Dan wanita itu memutuskan untuk keluar rumah, guna ingin mengetahui secara jelas apa yang sedang terjadi.

"Shinta, keluarlah!!!" teriak seseorang.

Bugh!!! Bugh!! Secara berulang kali Andika terus menghajar habis-habisan seorang pria yang dengan beraninya datang ke rumahnya dan mengatakan bahwa pria itu memiliki hubungan spesial dengan Shinta istrinya.

Membuat kemarahan Andika langsung tak terkontrol, dan hampir saja membuat pria itu tewas jika seandainya Shinta tidak datang dan memberhentikan aksi gilanya tersebut.

"Adipati, Adipati..!" seru Shinta sambil menepuk-nepuk kedua pipi pria itu.

Melihat kejadian dimana istrinya yang begitu khawatir dengan pria yang ia dengar namannya adalah Adipati. Membuat Andika semangkin marah besar, dan langsung menarik dengan sangat kasar nya tangan Shinta, lalu mencengkram dagu wanita itu dengan begitu kuat.

"Dia selingkuhan mu kan? Katakan jika pria itu adalah selingkuhanmu?" bentak Andika yang langsung menghempaskan begitu saja tangan dan juga dagu Shinta secara bersamaan, hingga membuatnya langsung terjatuh ke tanah.

"Stop, dan berhentilah mengada-ngada Andika!" Wanita itu langsung bangkit, dan kembali berjalan ke arah Adipati. Membuat Andika semangkin bertambah yakin jika omongan yang di ucapkan oleh pria itu bukanlah hanya sekedar bualan semata.

Tanpa memberikan celah, Andika kembali lagi menarik tangan Shinta. "Dasar wanita murahan, dan tidak tau diri." ucapnya, dan langsung menyeret istrinya itu agar masuk ke dalam.

Padahal niat hati sebelumnya, Shinta ingin menyuruh Adipati pergi supaya tidak terjadi kesalah pahaman antara ia dan juga suaminya. Namun ternyata dirinya salah besar, karena Andika sudah lebih dulu di buat marah dan langsung menghempaskan dirinya begitu saja di lantai kamar yang begitu keras, hingga membuat tangan nya menjadi terkilir.

Shinta mencoba untuk menahan tangisnya, dan memandang ke arah sang suami dengan tatapan tidak mengerti.

"Aku akan menghukum mu setelah ini, tunggu aku! Karena akan ku selesaikan terlebih dahulu pria brengsek itu." ucap Andika yang setelah nya langsung pergi dan menutup pintu kamarnya dengan sangat kuat.

Shinta tak bisa lagi mencegah aksi suaminya, dan memilih untuk menunggu kembali kedatangan Andika. Lalu dirinya akan meminta penjelasan kepada pria itu atas kemarahan yang tidak berlogika ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!