"Shinta!" panggil seseorang.
Seorang pria yang tengah memakai seragam coklat itu ternyata adalah Polisi yang baru saja datang, dan tak sengaja melihat ada wanita yang sangat di kenalinya.
Pria itu pun langsung mendekat ke arah Shinta. "Sudah lama tidak bertemu, kamu apa kabar?" Adipati berbasa-basi dan langsung duduk bersama mereka.
"Baik," jawabnya singkat.
Dirinya memang sangat tidak suka berbasa-basi, apalagi dengan pria yang sangat ia tidak suka. Ya, Shinta dan juga Adipati sudah saling kenal sebelumnya. Tapi kepribadian pria itu membuatnya sangat muak dan jenuh.
Berulang kali Adipati selalu mengutarakan cinta kepadanya, tapi Shinta selalu menolak karena ia sama sekali tidak mencintai pria itu. Apalagi setelah kejadian penipuan para oknum tersebut yang begitu merugikan untuknya. Membuat Shinta semangkin benci ketika melihat seorang yang berprofesi sebagai polisi, termasuk Adipati.
"Kau ada waktu luang? Makan sianglah bersamaku."
"Tidak!" tolak nya cepat.
"Kenapa?" tanya Adipati.
"Stop! Berhentilah berbasa-basi, aku muak denganmu. Sudah ku katakan aku tidak mencintaimu, jadi jangan mencari celah untuk mengambil hati ku lagi. Lebih baik kau pergi dari hadapanku sekarang!" bentak Shinta secara sengaja.
"Nak, jangan berkata kasar seperti itu." tegur Herman yang merasa tidak enak, karena bagaimana pun, selama berada di dalam penjara Adipati selalu memperhatikannya, dan juga bersikap baik. Sangat berbeda dengan polisi-polisi lain yang akan selalu memperlakukannya dengan kasar.
"Tidak apa-apa pak! Saya akan pergi dari sini. Maaf jika saya ada mengganggu sebelumnya." ucap Adipati yang akhirnya memilih untuk pergi saja, dan tidak ingin menimbulkan masalah lebih besar lagi.
"Kenapa kau berkata kasar seperti itu?" tanya Herman.
"Aku melakukannya agar Adipati tidak mengganggu ku terus menerus. Aku muak dengan mereka!" balasnya, berbicara dengan nada sedikit ketus.
Herman yang paham pun hanya bisa mengangguk. "Tapi, tidak semua polisi itu buruk. Adipati tidak lah sama dengan yang kau pikirkan."
"Tetap saja ayah, aku sangat membencinya dan tidak ingin melihat wajahnya mulai sekarang. Dan juga, aku sudah memiliki suami. Apa ayah mau, putri ayah berkhianat pada suaminya?" tanya Shinta dengan mentap intens kedua bola mata ayahnya. Ingin melihat respon yang akan di berikan oleh pria itu kepadanya.
"Pesan ayah hanya satu! Jangan pernah mau meniru kelakuan ibu mu itu. Cukup belajar dari kesalahan masalalu saja! Lihat, karena ibu mu, ayah jadi seperti ini. Ayah sudah gagal menjadi ayah yang baik untukmu." ucap Herman dengan bersungguh-sungguh.
"Shinta tidak akan sama seperti ibu!" jawab wanita itu sangat tulus.
"Baguslah!"
"Oh, ya apa ayah sudah makan siang?" tanya Shinta ketika tak sengaja melihat jam yang sudah menunjukan pukul 12 siang.
"Belum nak! Semua tahanan akan makan di saat pukul 2 nanti."
"Apa mereka semua gila?" bentak Shinta kuat, hingga tangannya reflek ikut menggebrak meja.
Salah satu petugas datang, dan segera menarik tangannya, membuat Shinta benar-benar terkejut dan langsung memberontak.
"Lepaskan! Berani-beraninya kau menyentuhku." Tunjuknya geram pada wajah polisi itu.
"Hh, memangnya siapa dirimu? Kau hanyalah anak dari seorang pembunuh yang tidak punya sopan santun, dan juga bodoh."
"Tutup mulutmu!" bentak Shinta yang langsung memotong ucapan pria itu. "Katakan padaku sekarang! Apa maumu?" tanya Shinta.
"Nona, apakah anda tidak melihat jam di dinding itu? Sudah lewat 15 menit anda menjenguk pembunuh ini. Jadi silahkan keluar, karena waktunya sudah habis."
Rasanya Shinta benar-benar sangat marah, dan hendak memukul wajah polisi ini. Namun sayangnya Herman langsung mencegah aksinya, dan meminta agar Shinta pergi meninggalkannya.
Dengan berat hati, wanita itu pun akhirnya menuruti permintaan dari sang ayah, dengan melewati beberapa polisi yang sedang bertugas. Namun sebelum keluar dari pintu utama. Wanita itu berhenti sejenak di hadapan salah satu pimpinan polisi dan menatapnya dengan sangat tajam.
"Hh, dasar bodoh dan tidak berguna! Sayang sekali Negara mau membayar orang-orang seperti kalian. Yang kerjanya sama sekali tidak becus, dan hanya mementingkan uang. Cuih!" Setelah mengatakan kalimat tersebut, Shinta langsung pergi begitu saja.
Wanita itu benar-benar menyimpan sebuah dendam yang begitu sangat dalam. Bagaimana mungkin tidak! Selama dirinya menjenguk sang ayah, pasti akan ada saja sebuah luka yang di temukannya pada bagian tubuh pria parubaya itu.
Seperti saat tadi, bahkan dirinya menemukan sebuah luka bakar pada betis sang ayah. Dan di yakini itu pasti karena ulah dari oknum-oknum tersebut.
Percuma saja jika seandainya Shinta menanyakan tentang luka itu. Ayahnya pasti tidak akan mengaku, dan terus menyembunyikannya, lalu berkata bahwa pria itu sedang baik-baik saja. Shinta mengerti ayahnya melakukan semua itu, karena tidak ingin membuat nya khawatir.
"Ini semua karena dialah yang menjadi penyebab utamanya. Kalau bukan karena kau berkhianat kepada ayah, kami tidak akan gelap mata, dan memutuskan untuk menjadi pembunuh bayaran seperti sekarang. Tunggu sampai aku menemukanmu, wanita pengkhianat. Dan akan ku balas perbuatan mu setelah itu." gumam Shinta sambil berjalan dan memandang lurus ke depan. Wanita itu mengabaikan begitu saja tatapan dari semua orang yang memandang ke arahnya, dan fokus pada arah tujuannya.
Sesampainya di sebuah tempat di mana ia memarkirkan mobilnya. Shinta pun langsung masuk, dan melesat pergi sebelum ada oknum polisi yang mengetahui bahwa saat ini dirinya sedang membawa mobil mewah.
Bisa di pastikan para penjilat itu akan segera menagih denda senilai 40 Miliyar kepadanya, dan mengira bahwa ia masih memiliki banyak uang. Padahal sekarang ini dia sudah benar-benar miskin, dan telah bergantungan kepada Andika. Maka dari itu sebelumnya, Shinta pun memilih untuk memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari lokasi kantor polisi.
Jika saja seandinya ia memiliki uang senilai tersebut, maka Shinta harus memikirkannya sebanyak 100x untuk memberikannya kepada para polisi itu. Jika di total maka nilainya akan mencapai 80 Miliyar, dan itu semua belum tentu menjamin bahwa ayahnya akan di keluarkan dari dalam penjara.
Belajar dari kesalahan sebelumnya, Shinta takut para oknum tersebut hanya akan memanfaatkan dirinya saja, seperti yang lalu-lalu.
Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba saja ada seorang wanita parubaya yang sedang menyebrang.
Ciiiiit!! Suara rem berdecit, dan hampir saja mobil nya menabrak ibu-ibu tersebut, jika seandainya ia tidak mengambil langkah cepat.
Bergegas Shinta turun dan menghampiri wanita parubaya itu. "Apa ibu tidak bisa menyebrang dengan benar? Jika tidak minta lah bantuan pada petugas. Jangan sampai menyusahkan para pengendara yang melintas." Marah Shinta, karena sudah terlanjur emosi akibat ulah dari ibu-ibu ini.
Sementara di lain tempat, seseorang baru saja keluar dari dalam Restoran, dan melihat ke arah wanita yang saat ini sedang menggunakan pakaian berwarna kuning, dan juga kacamata hitam. Tengah berdiri tepat di depan sebuah lampu merah.
Membuat pria itu hanya bisa tersenyum miring, dan sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi.
"Kamu yang salah, cantik-cantik tapi matanya buta. Saya kan sudah benar! Emang kamu gak liat ada lampu merah, dan itu udah giliran waktunya untuk pejalan kaki menyebrang."
Seketika Shinta pun reflek baru menyadari jika dirinya saat ini sedang berdiri tepat di bagian zebra croos. Tempatnya orang-orang pejalan kaki untuk menyebrang.
Saat ini dirinya benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Merasa sangat bersalah sekaligus juga malu ketika banyak pengendara yang menyaksikan kebodohannya barusan.
"Aduh, maaf ya ibu saya bener-bener tidak sengaja dan tidak pokus pada saat sedang mengendara_"
"Alah bacot, mentang-mentang orang kaya terus selalu bersikap seenaknya." potong wanita itu yang langsung pergi meninggalkannya.
Shinta langsung terdiam, namun tiba-tiba saja. "Lain kali punya mata itu di pasang ya cantik, jangan cuma di jadikan pajangan doang." ledek salah seorang pengendara sepeda motor pria, membuat Shinta menjadi sangat kesal dan membuat mood nya langsung berubah seketika.
Wanita itu memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanannya dengan perasaan yang begitu aneh.
"Ck, Shinta kau sedang memikirkan apa tadi? Sampai-sampai menyalahkan seseorang hanya karena kebodohan yang kau perbuat sendiri." rutuknya sembari fokus mengemudi.
Akibat kejadian itu terjadi, tiba-tiba saja membuat Shinta mengingat akan sesuatu kejadian yang hampir sama pernah di alaminya. Kejadian semenjak 20 tahun yang silam..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments