BAB 12

"Kau cukup hebat, di usia yang masih muda tapi sudah bisa memimpin sebuah Perusahaan besar." kata Shinta yang akhirnya mau berbicara, setelah beberapa menit lalu mereka berdua sama-sama diam.

"Terima kasih atas pujian anda! Ngomong-ngomong anda tau dari mana, jika saya masih muda?" tanya Dion dengan menatap intens wajah Shinta.

"Hh, wajahmu yang masih terlalu kekanak-kanakan itu, sudah menjawab semuanya. Lagi pula sikapmu yang masih terlalu labil, sepertinya kau memang masih sangat baru memimpin di perusahaan ini?"

BRAK! Dion langsung menggebrak meja, dan bangun seketika. "Apa maksud anda berbicara seperti itu? Dan itu sama saja dengan anda meremehkan saya dan juga menghina saya." bentak Dion tidak terima.

...----------------...

"Hahahaha!" Shinta tertawa dengan begitu kerasnya. Saat ini ia sedang duduk bersama dengan Helen sahabatnya, di sebuah tempat tongkrongan.

Awalnya ia sudah menceritakan semuanya kepada wanita itu.

"Perusahaan Zero bukan perusahaan kecil Shinta, kamu jangan main-main sama dia. Pasti keluarga nya bukan orang biasa." ujar Helen berpendapat.

"Aku tidak takut sama sekali dengannya! Pria itu hanyalah seorang bocah yang masih berumur 20an, masih terlalu labil. Entahlah, aku pun tidak tau kenapa orang tuanya bisa memberikan anak itu tugas yang begitu berat. Dia hanya berambisi untuk menghancurkan musuhnya dengan menggunakan satu cara singkat, yaitu melenyapkan!" balas nya dengan enteng.

"Bukannya itu hal yang biasa terjadi di dunia bisnis? Sebuah perusahan yang sangat maju, pasti memiliki musuh di mana-mana. Dan musuh itu pasti akan mencari cara untuk menumbangkannya, tidak peduli dengan cara apapun. Asalkan perusahaan tersebut bisa lenyap dan hancur!" kata Helen berpendapat.

"Ia tidak akan pernah melakukan hal itu." jawab Shinta yakin.

Helen langsung menghela nafasnya. "Oh, ya? Kenapa kau bisa sangat seyakin itu?"

Shinta hanya bisa tersenyum, dan mengingat sebuah kejadian yang sempat terjadi.

Flasback On..

"Dengarkan aku Tuan Muda Dion! Anda baru saja memimpin sebuah Perusahaan. Jadi bersaing lah sebagai mana seorang pemimpin yang tangguh, gunakan kemampuan anda dalam berbisnis untuk menjatuhkan lawan. Bukan dengan cara seperti ini." Nasehat Shinta, namun langsung di tolak secara mentah-mentah oleh Dion.

"Aku tidak ingin jadi jangan memaksaku!" bentak pria itu.

"Begitupun juga dengan ku, anda juga tidak bisa memaksa saya untuk membunuh Andika." balas Shinta yang tau mau kalah.

"Baiklah jika kau tidak ingin, aku akan melaporkan mu ke pihak kepolisian." ancam Dion, namun sama sekali tidak membuat Shinta takut.

Kini pria itu beralih mengambil sebuah rekaman handphone, dan menunjukan sebuah video yang merekam tentang kejadian tadi malam.

...Dion: "Bukan seorang pembunuh bayaran tapi sudah banyak nyawa yang kau lenyapkan, begitupun juga dengan ayahmu. Kerjasama yang cukup baik!"...

...Shinta: "Siapa kau sebenarnya? Bagaimana mungkin bisa mengetahui tentang identitasku?"...

...Dion: "Hahaha! Sudah ku tebak bahwa kau adalah seorang pembunuh! Sebenarnya aku tidak mengetahuinya, tapi karena melihat ayahmu yang mendekam di penjara atas kasus pembunuhan. Membuat ku sedikit yakin jika putrinya akan melakukan pekerjaan yang sama. Like Father Like Daughter! Bukan begitu Nona?"...

...Shinta: "Jangan pernah berbuat macam-macam! Karena aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu. Aku bisa kapan pun untuk melukai hingga melenyapkan nyawamu! Jadi berhati-hatilah, jika kau masih ingin hidup!"...

Shinta dibuat sangat geram, ketika melihat betapa liciknya pria ini.

"Video cuplikan ini akan mampu membuatmu menyusul ayahmu ke dalam penjara." ucap Dion, sembari tertawa penuh kemenangan. Pria itu kembali memasukan handphone nya ke dalam saku celana. "Aku sudah memotong beberapa bagian adegan kita tadi malam, hingga membuat pengakuanmu terlihat sangat sempurna." sambung Dion lagi.

"Saya akan menunggu dengan senang hati. Kedatangan polisi-polisi itu untuk menjemput, dan memasukan saya ke dalam penjara." Tantang Shinta, sambil tersenyum miris.

"Kau sangat berani Nona, aku tau kau hanya berpura-pura berani di depan ku, padahal sesungguhnya kau sedang gemetaran saat ini." Lagi-lagi pria itu terus saja menertawakannya, hingga membuat Shinta menjadi sangat jijik.

Bergegas ia pun langsung mengambil sebuah flashdisk dari dalam tasnya, dan melemparkan benda kecil itu tepat ke atas meja Dion.

"Ambil itu! Kau pikir hanya dirimu yang memiliki rekaman video itu? Aku pun juga memilikinya. Full selama 19 menit lewat 26 detik kita membicarakan tentang kriminal. Silahkan laporkan, dan dengan senang hati aku akan memberikan video itu kepada pihak kepolisian. Maka semuanya akan terungkap dengan jelas, tidak akan ada yang tertutupi lagi." ucap Shinta sambil tersenyum manis.

Sementara Dion, pria itu benar-benar tak menyangka jika Shinta bisa melakukan semua ini.

"Adil bukan? Kita akan sama-sama masuk penjara setelah itu." kata Shinta, hingga membuat Dion menjadi sangat marah.

"Kau, aku tidak akan peduli. Akan ku laporkan pada polisi, setidaknya keluargaku akan melakukan tindakan dan membebaskan ku dari sana. Sementara kau, membusuklah di dalam penjara itu." bentak Dion dengan di selimuti oleh amarah, seluruh urat yang ada di wajah maupun tangan pria itu langsung menonjol dengan sendirinya.

Namun berbeda jauh dengan wanita yang saat ini menjadi lawan Dion. Bukan Shinta namanya jika wanita itu tidak santai dalam menghadapi masalah.

"Ya kau sangat percaya diri sekali Adik ku! Kau amnesia? Target yang ingin kau lenyapkan adalah seorang pria yang sangat hebat. Andika Dwi Kurniawan! Apa kau yakin dia akan melepaskan mu begitu saja? Setidaknya dia akan membalasmu, dengan balasan minimal penjara seumur hidup, atau hukuman mati. Karena sudah berani merencanakan pembunuhan terhadapnya."

Kini Dion benar-benar sudah kalah, dan tidak bisa melawan lagi.

"Jangan pernah main-main denganku! Jika tidak ingin terbakar, maka berhentilah bermain api." ucap Shinta.

"Oh, ya ambil lah flashdisk itu! Sebagai kenang-kenangan kita, jika seandainya kau tidak ingin melapor ke polisi. Tapi jika kau ingin tetap melapor ya silahkan! Dan jika kau ingin melenyapkan barang bukti, maka lakukanlah, karena aku masih menyimpan rekaman yang lain di rumah." sambung nya lagi.

"Diaaammmm!!!" teriak pria itu dengan menutup kedua telinganya. Karena ketika mendengar Shinta yang terus berbicara membuat gendang telinganya serasa hendak pecah.

Shinta hanya bisa tersenyum dan memilih untuk melangkahkan kaki, keluar dari ruangan CEO itu.

Setelah kepergian wanita itu. Sang sekretaris datang untuk menghampiri Bossnya, yang saat ini terlihat sedang kelelahan.

Dion langsung bergegas membuka baju kemejanya yang saat ini sudah sangat basah akibat terkena keringat di tubuhnya.

"Tuan, kenapa anda tidak mencari pembunuh lain? Jangan memaksakan wanita itu_"

"Dasar bodoh! Pembunuh lain macam apa yang kau bilang? Hah!" tanya Dion yang langsung mencengkram kuat leher sekretarisnya itu.

Dan setelahnya Dion telah melepaskan cengkramannya dari leher pria itu.

"Siapa pembunuh yang bisa di percaya untuk tidak menyebutkan nama orang yang telah membayarnya?" bentak Dion bertanya dengan serius kepada Bimo sekretarisnya.

"Selain Herman ayah dari wanita itu, dan kau lihat tadi? Mereka berdua bukan pembunuh sembarangan. Memiliki cara tersendiri, dan sangat hebat dalam merencanakan sesuatu. Tidak mudah di lumpuhkan! Dan aku sangat kagum padanya." sambungnya lagi.

"Kau lihat temanku! Dia menyuruh seorang pembunuh bayaran untuk membunuh musuhnya. Tapi pada saat pembunuh bayaran itu di tangkap oleh polisi, mulutnya sama sekali tidak bisa di jaga dan mengatakan siapa orang yang ada di baliknya. Banyak kasus seperti itu yang terjadi di Negri ini, sementara pamanku! Dia lah orang beruntung, karena pada saat Herman tertangkap oleh polisi. Pria tua itu menutup mulutnya hingga saat ini."

"Iya anda benar Tuan, bahkan di saat Herman hendak di jatuhi hukuman mati. Dia pun tetap diam, dan tidak memberi tau yang sebenarnya. Sangat profesional," balas Bimo berpendapat yang sama.

"Sangat menakjubkan bukan? Selain itu Shinta juga sangat hebat bisa menangani kasus ayahnya. Bahkan yang aku tidak paham bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan rekaman video itu? Dan bisa mengetahui hal yang akan terjadi di masa depan. Begitu sempurna dia bisa menyiapkan balasan untukku!" kata Dion yang tidak habis-habisnya memberikan pujian terhadap Shinta.

Pembunuh bayaran seperti wanita itulah yang sangat ia inginkan. Penuh akan taktik misteri, dan juga penuh akan banyak rencana yang nantinya akan di keluarkan setelah berada di puncak akhir.

Apalagi Andika bukanlah orang sembarangan, dan jika sampai ia salah memilih orang untuk menghabisi pria itu. Secara bersamaan dirinya juga akan ikut habis. Maka dari itu Dion pun harus berhati-hati untuk menjalankan rencana pembunuhan ini, terhadap musuh besarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!