BAB 10

"Aw!" ringis Shinta sambil mengibaskan tangannya yang terasa sangat sakit, dan mencoba untuk berdiri.

Namun tak lama kemudian. Andika sudah kembali, dan melayangkan tatapan tajam ke arahnya.

"Andika, sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Shinta hendak mendekat ke arah pria itu, namun dengan cepat Andika langsung mendorong tubuhnya hingga membuat wanita itu langsung terjatuh ke atas kasur.

Dengan posisi Andika yang berada di atasnya, membuat kedua bola mata mereka kini saling beradu. "Kau bertanya kepadaku, padahal sudah jelas-jelas kau tau yang sebenarnya." ucap Andika dengan sangat geram.

Secara perlahan ia pun langsung mencengkram dagu wanita itu, hingga membuat Shinta spontan meringis.

"Kenapa kau menghajar Adipati? Memangnya apa kesalahannya? Bahkan kau pun sama sekali tidak mengenalnya." balas Shinta, hingga membuat Andika langsung di buat tersenyum ketika mendengarnya. "Aku memang baru mengenalnya tadi, pada saat dia mengatakan bahwa kalian berdua memiliki hubungan asmara, dan dia datang kesini karena ingin bertemu dengan mu. Apa itu belum cukup?" tanya Andika, sehingga membuat Shinta langsung di buat melotot dan tak percaya dengan semua ini.

"Ka-kau salah paham, dia berbohong dan jangan pernah percaya dengan pria itu. Aku bahkan sangat membencinya, jadi mana mungkin kami bisa memiliki hubungan asmara. Itu sama sekali tidak masuk akal." sangkal wanita itu.

"Sialan kau Adipati. Awas saja, aku akan membalasmu nantinya, jika tau begini lebih baik aku membiarkan mu mati dan tewas di tangan Andika." ucap Shinta di dalam hati.

Andika hanya diam, dan memandang lekat wajah wanita itu. Telinganya bahkan tidak mendengar dengan jelas apa yang di ucapkan oleh Shinta barusan, karena pada saat ini dirinya hanya terpokus oleh sesuatu. Yaitu bibir merona milik istrinya!

"Sa-sayang apa kau mendengarku?" tanya Shinta ragu, karena merasa aneh dengan sikap Andika.

Saat ini pria itu sudah beralih memandang ke arah 2 bola mata hitam pekat milik Shinta. Dan tanpa aba-aba langsung mencium bibir wanita itu dengan penuh gairah.

Akibat mendapat serangan mendadak dari suaminya, Shinta spontan di buat terkejut dan berusaha memberontak hingga terus saja memukuli dada pria itu. Namun Andika sama sekali tidak terpengaruh dan terus menghajar bibir sang istri dengan sangat brutalnya.

Singkat cerita..

Shinta kini sedang termenung di atas tempat tidur, dengan sesekali menarik nafas, sembari menyandarkan kepalanya di bagian kepala ranjang, karena sedang mengalami migran. (Sakit Kepala)

Andika datang dengan membawakan segelas air putih dan juga obat untuknya.

"Dasar lemah!" ucap pria itu, seketika membuat Shinta langsung melayangkan tatapan tajam ke arah suaminya tersebut.

"Apa maksudmu?" tanyanya merasa tidak senang.

"Aku bilang bahwa kau adalah wanita yang sangat lemah. Karena di saat kita baru saja melakukannya sekali tapi kau sudah banyak mengeluh, dan bahkan meminta berhenti." jawab Andika memperjelas maksudnya.

"Diamlah, aku bukan wanita lemah sama seperti yang kau pikirkan. Hanya saja entah kenapa tiba-tiba kepalaku merasa sangat sakit. Ku rasa migran ku mulai kambuh lagi." Shinta pun langsung meminum obatnya, dan memilih untuk tidur setelah itu.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanku?" protes Andika ketika melihat Shinta yang dengan santainya malah masuk ke dalam selimut.

"Aku pusing, kenapa tidak kau saja yang melanjutkannya sendiri?" sahut Shinta dengan malas.

"Ck baikah, aku akan menghukum mu kembali besok, dengan hukuman yang lain." kata Andika.

Shinta mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut dan ternyata Andika sudah keluar dari dalam kamar. Ia yakin jika pria itu pasti sedang berada di dalam ruangan kerjanya.

Setelah tadinya pria itu memberikan nya hukuman untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Tiba-tiba saja kepala Shinta merasa sakit. Padahal masih satu berkas yang baru ia selesaikan, dan masih banyak berkas-berkas lain yang sedang menunggu. Namun dirinya terus merengek dan meminta kepada Andika agar pria itu mau mengakhiri hukuman ini. Karena ketika melihat tulisan dan angka-angka persentase yang ada di lembaran kertas tersebut, membuat kepalanya serasa berputar dan berdenyut begitu saja dengan sendirinya.

Pekerjaan seperti ini sama sekali bukan keahliannya. Dan sekarang ia pun harus berakhir seperti ini, berbaring di atas kasur, dan mencoba untuk tidur, namun matanya seolah menolak untuk di pejamkan. Semuanya memang serba salah!

...----------------...

Malam harinya, Shinta terbangun dan tidak menemukan keberadaan Andika di manapun. Tiba-tiba saja salah satu pelayan menginfokan kepadanya bahwa suaminya itu sedang pergi ke kantor dan lembur karena masih banyak pekerjaan yang tertunda, dan harus di selesaikan.

"Baiklah, kalau begitu lebih baik aku keluar saja malam ini." ujar Shinta yang bergegas kembali naik ke lantai 1 hendak menuju kamarnya, dan berniat ingin ganti baju.

Wanita itu pergi ke kota sendirian untuk menghabiskan waktu malamnya dengan berkeliling dan mengunjungi banyak tempat. Salah satunya adalah mall, dia berbelanja dengan menggunakan kartu debit milik Andika, yang tadinya sempat ia ambil dari dalam dompet pria itu. Sewaktu saat dirinya sedang berada di ruangan kerja, matanya malah tidak sengaja melihat ada dompet kulit yang tergeletak. Dan Shinta yakin Andika pasti lupa untuk membawa dompetnya.

Setelah puas berbelanja, Shinta pun beristirahat sejenak dan memilih untuk duduk di taman ibu kota sambil melihat-lihat ke arah sekelilingnya. Begitu banyak nya pengendara yang lewat, serta lampu-lampu yang berkilau membuat matanya menjadi sakit. Hingga akhirnya wanita itu memutuskan untuk pergi saja, dan tak lupa ia pun membawa seluruh paperbag belanjaan nya.

Tangannya yang sudah penuh, bahkan sudah hampir tidak sanggup lagi untuk membawa belanjaannya. Sementara di lain sisi, seorang pria misterius tengah memperhatikan gerak-gerik Shinta dari arah kejauhan. Dan bergegas ia pun langsung menyebrang, untuk mengejar nya, sebelum wanita itu pergi menjauh.

"Behenti Nona!" ujar lelaki tersebut, hingga membuat Shinta spontan berbalik ke arah belakang.

Dia melihat ada seorang pria tampan yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.

Entah siapa pria itu, tapi yang pasti Shinta sama sekali tidak mengenalnya.

"Siapa kau?" tanya nya bingung.

...----------------...

"Jadi bagaimana mana? Kau mau menerima tawaran ku bukan?" tanya Dion kepada Shinta.

"Tidak!" jawab Shinta cepat. "Aku tidak mau, karena aku bukanlah pembunuh bayaran seperti yang kau bilang tadi." kata Shinta hingga membuat Dion seketika langsung menyunggingkan senyumannya.

Ia benar-benar tidak mengerti dengan maksud dari pria yang ada di hadapannya ini. Mereka tidak saling kenal, tapi entah kenapa lelaki yang bernama Dion itu ingin menyewa jasanya untuk membunuh seseorang.

Dan saat ini mereka berdua sedang duduk di atas gedung pencakar langit, karena tadinya pria itu memaksa dan membawanya pergi begitu saja.

"Apa kau yakin Nona?" tanya Dion ingin memastikan. "Bukan seorang pembunuh bayaran tapi sudah banyak nyawa yang kau lenyapkan, begitupun juga dengan ayahmu. Kerjasama yang cukup baik!" sambung pria itu lagi, hingga membuat Shinta langsung melotot.

"Siapa kau sebenarnya? Bagaimana mungkin bisa mengetahui tentang identitasku?" tanya Shinta heran. Karena dulunya ia merupakan pembunuh bayaran yang menerima tawaran lewat sebuah Web Terlarang, dan semua orang yang menerima tawaran lewat web tersebut, akan menutup rapat identitas mereka, agar polisi tidak mudah melacak, dan sulit untuk mengetahui pelaku pembunuhannya.

Jadi sangat mustahil jika ada seseorang yang mampu mengetahui tentang pekerjaan kotor yang dulunya pernah ia lakukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!