BAB 17

Adipati pun langsung menceritakan semua kejadian yang dirinya alami. Mulai dari di saat Shinta yang menelponnya, dan minta bertemu di suatu tempat. Dan ternyata wanita itu sudah merencanakan untuk menghajarnya habis-habisan di rumah kosong itu.

"Hm," gumam Herman. "Jadi, kau tidak apa-apa kan? Untung saja dia tidak membunuhmu." seloroh Herman, dan Adipati pun langsung di buat tertawa setelah itu

"Tidak aku percaya dia pasti tidak mungkin melakukannya." balasnya merasa sangat yakin.

Sebenarnya pada saat itu, Adipati sama sekali tidak memiliki niat apapun. Dan ia datang ke rumah Andika, karena memiliki sebuah tujuan, yaitu ingin bertemu dengan Shinta dan membicarakan sesuatu hal yang sangat penting.

Setelah Herman memberitahu kepadanya. Bahwa Shinta sudah menikah dengan seorang Pengacara yang bernama Andika. Membuatnya sangat penasaran! Dan memutuskan untuk datang ke tempat kediaman mereka.

Al hasil dia pun nekat. Namun tak menyangka dirinya harus di pertemukan oleh pria yang sangat sombong, dan juga tidak punya hati.

..."Andika aku ingin bertemu dengan Shinta! Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan kepadanya." Pinta Adipati, namun pria itu malah merendahkannya, dan berbicara yang tidak-tidak....

...Akibat sudah terlanjur marah, Adipati pun langsung kelepasan hingga melayangkan sebuah tinju ke arah wajah Andika. Dan terjadilah sebuah tragedi baku hantam di antara mereka....

..."Shintaaaa!!!" teriak Adipati berusaha untuk memanggil wanita itu....

...Namun secara bersamaan dengan Andika yang langsung memukul wajahnya dengan sangat kuat....

...BUGH!!...

...Andika pun langsung menarik kerah baju Adipati, "Jangan ganggu istriku, aku tidak suka jika ada pria asing yang datang ke rumahku." ucap pria itu dengan penuh penekanan....

..."Tapi aku bukanlah pria asing seperti yang kau bilang, karena aku dan Shinta memilki sebuah hubungan."...

...BUGH! Belum lagi Adipati selesai berbicara, namun Andika sudah kembali melayangkan tinju pada perutnya....

...Remang-remang pria itu mulai membuka matanya, dan melihat Shinta yang sedang di seret paksa oleh Andika....

...Hingga akhirnya tiba-tiba saja pandangan matanya mulai menggelap, dan Adipati sudah tidak dapat menahan lagi rasa sakit di tubuhnya. Dan mengakibatkan pria itu langsung pingsan di tempat kejadian....

Setelah itu Adipati tidak mengingat apapun lagi, dan bangun-bangun ia sudah berada di sebuah klinik kesehatan.

"Suami Shinta terlihat sangat posesif dan pecemburu berat. Dia tidak mengizinkan ku untuk menemui istrinya. Padahal ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Tapi sayangnya semua tidak berjalan dengan sesuai." curhat Adipati kepada Herman.

"Berarti Andika sangat mencintai putriku?"

"Ya, tampaknya memang begitu." balas Adipati.

Mendengarnya membuat Herman langsung tersenyum, membayangkan betapa bahagianya putrinya itu sekarang.

"*Berbahagialah nak dengan pri*a yang kau cintai." ucap Herman di dalam hatinya. Hingga tanpa tersadar pria tua itu langsung menangis karena begitu sangat terharu.

"Senior apa ada sesuatu? Apa yang terjadi?" tanya Adipati merasa sangat cemas, namun Herman langsung menjawab. "Tidak apa-apa!"

"Hei, Adipati! Jangan berlama-lama menghabiskan waktu dengan pembunuh itu." tegur salah satu rekannya. Dan langsung menarik paksa Herman untuk di masukan kembali ke dalam jeruji tahanan.

"Tunggu, jangan pernah menyebut pak Herman dengan sebutan pembunuh. Dia punya nama! Apa kau mengerti?"

Namun rekannya itu malah tersenyum sinis ke arahnya. "Ku lihat kau sangat begitu perhatian dengannya. Apa jangan-jangan kalian adalah satu tim, yang bekerja sebagai pembunuh bayaran?"

"Tutup mulutmu, dan jangan berbicara sembarangan. Pak Herman adalah seniorku, jadi tidak ada salahnya aku selalu hormat kepada beliau." ucap Adipati menegaskan apa yang menurutnya memang benar.

"Senior? Seorang yang melakukan tindakan kriminal dengan membunuh Ajudan nya sendiri, apa itu wajib untuk di hormati?"

"Adipati hentikan dan jangan berbicara lagi!" Herman memohon kepada pria itu, karena melihat Adipati yang hendak kembali membalas perkataan dari rekannya tersebut.

Polisi yang merupakan teman seangkatannya itu lantas tersenyum miring, dan tanpa berbasa-basi lagi langsung mendendang punggung Herman, hingga membuat pria tua yang malang itu jatuh tersungkur ke lantai.

...----------------...

Beberapa bulan kemudian...

Rumah tangga Shinta dan juga Andika kini sudah mulai membaik, dari yang sebelumnya.

Itu semua di karenakan Rosi yang tidak pernah lagi muncul dan tidak mengganggu kehidupan mereka lagi.

Setelah terakhir kalinya pada saat Andika yang mengajak nya untuk makan malam di rumah nenek Nur. Dan di hari-hari berikutnya Shinta tak pernah lagi melihat wanita itu.

Andika mengatakan bahwa Rosi sedang pergi keluar Negri untuk melanjutkan pendidikannya. Membuat rasa syukur pada hati Shinta, karena ia bisa mendapatkan peluang untuk membuat Andika jatuh cinta kepadanya. Karena penghalang di antara mereka berdua sudah pergi menjauh dengan sendirinya, tanpa harus di beri tindakan.

Apalagi saat ini dirinya tengah mengandung anak dari suaminya itu. Ya, mengandung! Umur pernikahan mereka yang sudah hampir menginjak 4 bulan lamanya, akhirnya Shinta pun hamil juga dengan usia kandungan yang masih menginjak 2 bulan.

Namun hingga saat ini Shinta belum berani memberitahukan nya kepada Andika, mungkin nanti di saat pria itu sedang libur kantor, dan memiliki waktu bersantai. Barulah ia bisa memikirkannya kembali.

Karena belakangan ini Shinta melihat Andika yang terlihat begitu sangat sibuk dengan perusahaan.

Saat sedang menyiapkan makanan untuk suaminya. Tiba-tiba saja Andika mendapatkan telpon dari seseorang membuat Shinta menjadi sangat penasaran.

Pria itu pergi meninggalkannya, dan Shinta pun langsung meletakan piring yang ada di tangannya dan bergegas menyusul sang suami.

Namun saat dirinya baru saja hendak melangkah kan kaki masuk ke dalam kamarnya tiba-tiba saja.

"Apa? Kau pulang?" tanya Andika lewat sambungan telpon nya.

"Iya sayang aku pulang! Papi mengizinkan ku untuk menikah walaupun pendidikan S2 ku belum selesai. Kita akan mempersiapkan pernikahan secepat mungkin, dan nanti saat kau menjemputku di Bandara kita harus pergi langsung ke butik untuk melakukan Fitting baju."

"Hm, baiklah kita akan ke butik nanti. Tunggu aku di Bandara, dan aku akan menyusul mu kesana." ucap Andika.

"Oke sayang!"

Setelah itu Andika pun langsung memutuskan sambungan telpon nya, dan langsung berbalik badan.

Ia melihat istrinya yang sedang berdiri tepat di ambang pintu kamar. Wanita itu bahkan sampai menatapnya dengan tatapan yang sulit di mengerti.

Andika pun memilih untuk berlalu melewati wanita itu, namun dengan segera tangan Shinta menahan tangan nya. Membuat Andika hanya bisa menghela nafas panjang. Sudah bisa menebak apa yang akan terjadi setelah ini.

"Kau sudah mendengar semuanya lewat telpon, dan kau tau aku ingin pergi kemana. Jadi, tidak usah bertanya lagi!"

"Tapi bukan itu yang ingin ku tanyakan padamu." balas Shinta cepat.

"Lalu?"

"Kau akan menikah dengannya?" tanya Shinta dengan menatap lurus ke depan.

"Kenapa kau terkejut? Rencana pernikahaan ini sudah ada sejak lama. Hanya saja pada saat itu orang tua Rosi memintanya untuk menuntaskan pendidikan terlebih dahulu." balas Andika, dan kini Shinta langsung melihat ke arahnya.

"Tidak kah kau cukup dengan satu wanita saja? Aku sedang hamil sekarang!" ucap Shinta berbicara dengan nada yang tinggi.

Dirinya sudah tidak punya pilihan lagi, selain memberitahukan tentang kehamilannya. Berharap setelah ini Andika mau berubah pikiran, namun nyatanya tidak!

"Itu urusanku!" Andika bahkan langsung membentaknya.

"Jika kau tidak ingin di duakan maka tinggalkan aku! Gampang bukan? Tapi jika kau tidak ingin, maka tetaplah berada disini aku tidak akan melarangmu. Dan kau bilang sedang hamil? Memangnya kenapa jika kau hamil, aku tidak akan berubah pikiran untuk membatalkan pernikahan ini."

Mendapat jawaban dari Andika membuat hidungnya terasa panas, dan mencoba dengan sekuat tenaga untuk menahan tangisnya.

Wanita itu tak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang, dan hanya bisa membiarkan suaminya pergi dengan melewatinya begitu saja.

Shinta pun memutuskan untuk turun ke bawah, dan secara kebetulan ia mendengar suara handphonenya yang berdering.

Bergegas wanita itu langsung mengangkat panggilannya.

"Iya hallo!"

Sementara di lain sisi..

Andika pun memutuskan untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Namun tiba-tiba saja ia malah melihat Shinta yang berlari keluar, dan terlihat jelas bahwa wanita itu seperti sedang menangis saat ini.

Akhirnya pria itu pun keluar lagi dari dalam mobilnya dan berniat ingin mengejar Shinta. Namun sayangnya, istrinya tersebut malah sudah pergi dengan menaiki sebuah taksi. Membuat Andika seketika langsung mengerutkan keningnya, karena sangat bingung sekaligus penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!