BAB 13

Di balik pintu ruangan Shinta hanya bisa tersenyum miring, setelah mendengar penjelasan dari Dion.

Flasback Of...

"Jika seandainya kau tau Helen, jika bocah itu benar-benar seorang pengecut dan takut mati." batin Shinta merasa sangat lucu, dan hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.

"Dion kau sangat bodoh, karena telah mempekerjaakan anak buah yang tidak berguna."

Pada malam itu, setelah ia memutuskan untuk meninggalkan Dion begitu saja di atas gedung. Dirinya pergi ke lantai bawah untuk mencari kamar mandi.

Namun dengan tak sengaja ia malah melihat seorang pria yang sedang duduk di depan laptop yang menyala, dan baru saja selesai mengedit sebuah video.

Shinta benar-benar tak menyangka jika Dion akan bertindak sejauh ini kepadanya. Dan pada saat penjaga itu telah pergi dari ruangan tersebut. Sebuah video full yang masih tersimpan di dalam laptop itu langsung saja ia kirimkan ke handphone nya. Sebelum akhirnya penjaga itu telah kembali dan langsung menghapus video full nya.

"Oh ya, kau tidak takut jika nantinya Dion akan menyewa pembunuh bayaran lain untuk membunuh suamimu?" tanya Helen, dan Shinta langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak! Helen sayang, pembunuh bayaran mana yang bisa melenyapkan nyawa suamiku itu? Aku mengenal para pembunuh bayaran yang ada di Negara ini. Mereka semua kurang wawasan, dan hanya mengandalkan pistol. Mereka tidak sama dengan ayahku yang hebat dalam menggunakan trik!" jawab Shinta dengan sangat yakin.

"Tapi mungkin kali ini, ayah harus tertangkap karena sudah waktunya semua ini berakhir. Bahkan ayah pernah berkata kepadaku bahwa ia ingin mati di dalam penjara." sambung Shinta lagi, berbicara dengan nada yang sendu.

"Jangan bersedih, sebentar lagi ayahmu pasti akan bebas. Bersabarlah, semua akan baik-baik saja!" ujar Helen sambil tersenyum, dengan tangan yang terus mengelus-elus pundak sahabatnya itu, mencoba untuk menenangkan Shinta.

Jika seandainya Herman mau memberitahu siapa dalang di balik pembunuhan ini. Pada saat itu mungkin ayahnya tidak akan sampai terancam hukuman mati. Namun sayangnya sudah pasti Herman tidak akan mau melakukan hal itu. Ayahnya tidak ingin menjadi pengkhianat, karena pria itu pernah merasakan bagaimana sakitnya di khianati.

...----------------...

Sepulangnya Shinta, wanita itu melihat suaminya yang sedang duduk di atas ranjang, sambil membaca buku.

Dengan senang hati ia pun langsung menghampiri Andika, namun tiba-tiba saja.

"Jangan mendekat! Aku tidak menyukai wanita yang bau. Pergilah mandi, dan bersihkan seluruh tubuhmu yang kotor itu!" perintah nya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.

Shinta langsung di buat cemberut, dan akhirnya segera pergi menuju ke kamar mandi. Selesai sudah wanita itu membersihkan tubuhnya, dan kini ia pun langsung naik ke atas ranjang dan memeluk dengan erat tubuh Andika.

"Aku mencintaimu!" ucapnya sambil memejamkan mata.

"Tapi aku tidak!" jawab Andika, sehingga mampu membuat wanita itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk, dan menatap suaminya dengan tatapan tidak senang.

"Aku akan membuat anda jatuh cinta denganku Pak Pengacara! Lihat saja nanti," ucap Shinta dengan sangat percaya diri.

"Ku katakan padamu sekali lagi, lakukan semaumu! Tapi yang pasti aku akan segera menikah dengan Rosi, wanita yang aku cintai." kata Andika dengan memasang wajah serius.

Kali ini pria itu telah beralih memandang ke arah istrinya, dan langsung meletakan bukunya. Andika lantas melepas kacamatanya, dan Shinta pun dapat melihat dengan jelas bahwa pria itu memang sedang bersungguh-sungguh, dan tidak main-main dengan ucapannya.

"Ini tidak mungkin, kau pasti berbohong." sangkal nya merasa tidak terima karena telah di khianati oleh suaminya sendiri.

Padahal kala itu sudah jelas-jelas Andika memberikan nya kesempatan, namun sekarang! Pria itu malah ingin menikah dengan wanita masalalunya.

"Kau pengkhianat Andika! Aku sangat membencimu!" ucap Shinta yang setelah itu hendak bangkit dari tempat tidur namun tiba-tiba saja entah kenapa seluruh badan nya terasa sangat lemas, hingga akhirnya terjatuh ke lantai, dan Shinta pun langsung tak sadarkan diri.

Setelah Andika selesai mengurus semua nya di rumah sakit. Pria itu tiba-tiba saja mendapat telpon dari Rosi sang tunangan.

Bergegas pria itu pergi meninggalkan istrinya yang saat ini masih tidak sadarkan diri di ruangan rawat inap.

"Ada apa?" tanya Andika setelah sampai di parkiran mobil. Pria itu pun akhirnya memutuskan untuk segera masuk ke dalam mobilnya.

Dirinya hampir lupa, jika ada janji dengan wanita itu. Dan sekarang Rosi sedang menunggu kehadirannya di sebuah tempat.

...----------------...

Sesampainya pria itu, Andika pun langsung saja keluar dari dalam mobilnya. Dan saat ini ia sedang berada di sebuah pantai yang begitu sangat ramai di kunjungi orang-orang.

Banyak wisatawan yang berkunjung, mulai dari mancanegara, sampai lokal pride.

Mereka berloma-lomba datang untuk melihat sunset yang begitu sangat indah dan juga menakjubkan. Cahaya orange nya begitu khas, dan berbeda dari yang lain.

Termasuk juga dengan Rosi yang merupakan salah satu pengagum senja, wanita itu berdiri dengan menggunakan topi pantainya, dan juga kacamata hitamnya.

Andika datang, dan langsung memeluk tubuh wanita itu dari belakang. "Maafkan aku, karena terlambat!" bisiknya tepat pada telinga Rosi, hingga membuat sang empunya menjadi tersadar dan spontan langsung berbalik menghadap ke belakang.

Ia lantas membuka kacamata hitamnya. Hingga tersenyum ke arah Andika. "Padahal aku sudah melupakan tentang itu, tapi kau malah mengingatkan nya kembali." balas Rosi yang langsung memilih untuk pergi menuju ke arah batu karang besar, dan duduk disana.

Andika segera menyusul wanita itu. "Shinta sedang sakit, dan saat ini dia bahkan masih belum sadarkan diri." ucap Andika memberitahu tentang apa yang sedang terjadi, hingga mengakibatkan dirinya pun harus terlambat untuk datang kesini.

Suara deburan ombak yang begitu kuatnya, serta air laut yang berwarna hijau muda. Membuat Rosi menjadi sangat bahagia, dan lebih memilih untuk tidak membalas ucapan Andika. Dirinya cukup diam saja, dan menikmati tiupan angin yang mampu membuat wajahnya menjadi segar, dan juga sejuk.

Pemandangan alam yang begitu sangat indah, benar-benar mampu menghipnotis semua orang. Termasuk Rosi salah satunya! Dan wanita itu sampai tidak peduli lagi tentang Shinta, dan lebih fokus pada pemandangan yang ada di depannya saat ini.

Ada banyak hal menarik yang sangat sayang untuk di lewatkan. Dan mampu memanjakan matanya.

"Ini yang kau inginkan bukan? Apa kau bahagia sekarang?" tanya Andika, dan Rosi spontan langsung mengangguk sampai-sampai memeluk tubuh pria itu dengan sangat eratnya.

Sesuai dengan janji awal Andika, bahwa ia akan menghabiskan waktu bersama dengan tunangannya kali ini. Menikmati waktu bersama, bersenang-senang, dan kini Rosi benar-benar merasa sangat bahagia karena akhirnya Andika mau menyempatkan waktu luang dengannya.

Dan sekarang sudah tiba pukul 10 malam, tak terasa waktu sangatlah begitu singkat. Andika segera mengajak Rosi pergi dari pantai itu. Karena ia berniat ingin mengajak sang tunangan berkunjung ke rumah milik keluarga besarnya. Untuk membahas lebih lanjut soal pernikahan mereka yang sempat tertunda karena kehadiran Shinta yang telah mengacaukan semuanya.

Rosi benar-benar di sambut kedatangannya oleh Nenek Nur, dan beliau bahkan telah menunggu calon istri dari cucu kesayangannya itu sejak tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!