"Apa? Istriku hilang?"
BRAK! Pria itu pun langsung melemparkan handphonenya ke lantai.
Setelah mendapat kabar dari rumah sakit bahwa Shinta telah menghilang. Andika pun bergegas pergi dari kantornya, hendak menuju ke rumah sakit.
"Dasar bodoh! Apa kalian tidak bisa bekerja, sampai istriku bisa menghilang dari rumah sakit ini." bentak Andika memarahi salah seorang Dokter yang ia beri tanggung jawab penuh untuk merawat istrinya.
"Maaf kan saya tuan, tapi kami sudah mengecek lewat cctv rumah sakit ini. Bahwa istri anda memang melarikan diri, bahkan Nona Shinta juga menyamar, agar bisa kabur dengan selamat." balas Dokter tersebut dengan penuh kehati-hatian.
"Akhhh!" teriak Andika sangat prustasi. "Kalian semua tidak berguna, menangani pasien saja tidak bisa." Andika pun langsung pergi dari ruangan Dokter itu, dan segera menelpon anak buahnya. Memerintahkan mereka untuk mencari keberadaan Shinta sampai ketemu.
"Aku ingin menanyakan sesuatu pada kalian, apa wanita itu ada bersama denganmu?" tanya Andika lewat sambungan telpon nya, secara bersamaan dengan tangan yang membuka handel pintu ruangan rawat istrinya.
Di saat Andika masuk ke dalam ruangan itu, betapa terkejutnya ia ketika melihat bahwa Shinta sedang tidur di atas ranjang pasien.
"Apa-apaan ini?" tanyanya merasa bingung. Andika lantas langsung mendekat dan menyentuh kepala istrinya itu. Membuat Shinta terbangun, dan spontan melihat ke arahnya.
Namun beberapa saat kemudian, wanita itu malah tidur kembali, dan mengabaikan kehadiran nya begitu saja.
...----------------...
"Kau tidak bertanya aku sedang pergi kemana tadi?" ucap Shinta di sela-sela Andika menyuapinya makan.
Saat ini ia sedang duduk di ranjang pasien, sembari terus menggoyang-goyangkan kakinya.
"Habiskan nasi di mulutmu itu, baru berbicara." Andika pun langsung memarahi wanita itu, dan memberhentikan kaki Shinta, dengan cara menahannya dengan menggunakan satu tangan agar tidak terus bergerak.
Shinta pun langsung cemberut, dan memilih untuk meminum air putih, dan menolak untuk di suapi kembali.
"Tidak, aku sudah kenyang!" tolaknya mencoba untuk menjauhkan tangan Andika dari mulutnya.
"Kemana kau pergi? Karena ulah bodohmu itu, aku bahkan hampir saja membunuh para Dokter itu." ucap Andika, sehingga membuat Shinta langsung menaikan sebelah alisnya karena tidak percaya.
"Oh ya? Kenapa kau bertindak sebegitunya? Pasti kau melakukan itu karena tidak ingin kehilanganku bukan? Sayang mengertilah tentang perasaanmu itu, yang tanpa sadar sudah mulai ketergantungan untuk tetap berada di dekatku!" balas Shinta pula dengan pedenya.
"Sudah ku duga!" gumam Andika sambil menarik nafasnya dalam-dalam.
"Lain kali jangan bertindak bodoh seperti itu! Dasar geer," ucap Andika sembari menoyor kening istrinya itu.
Shinta sekarang sedang sibuk dengan ponselnya, hingga mengabaikan begitu saja Andika yang saat ini sudah menghilang entah kemana.
Tak lama kemudian.. "Cepat pakailah ini!" perintah Andika, dan membuat Shinta spontan menoleh ke arah paperbag yang di berikan oleh suaminya itu kepadanya.
Wanita itu segera mengubah posisinya menjadi duduk, dan segera melihat isi di dalamnya. "Apa ini? Baju?" tanyanya sembari menunjukan gaun yang ia ambil dari dalam paperbag itu kepada Andika.
"Iya, kita akan ke rumah nenek malam ini." balas Andika.
"Oh ya? Sejak kapan nenek mau menerimaku, bukannya kau tau sendiri bahwa nenekmu itu sangat membenciku, karena aku ini sudah menjebak cucu kesayangannya?" tanya Shinta tidak yakin, bahkan di saat pesta pernikahan mereka di adakan, nenek Nur pun tidak datang untuk memberikannya restu.
"Sudahlah lupakan, lakukan saja apa yang ku perintahkan." balas Andika yang sudah malas untuk membahas tentang hal itu.
"Hm, baiklah!" Setelah nya Shinta pun langsung turun dari atas ranjang, untuk segera berganti baju dan bersiap.
Mereka berdua pun langsung melangkahkan kaki menuju ke parkiran mobil, dengan penampilan yang sudah terlihat rapi.
"Kau sudah sehat bukan?" tanya Andika.
"Hm, memangnya kenapa?"
"Kalau begitu setelah ini kita langsung pulang ke rumahku, besok aku akan menyuruh Dokter pribadi untuk merawatmu hingga sembuh total." kata Andika membuat keputusan.
"Baiklah, terserah mu saja!" Shinta pun memilih untuk masuk duluan ke dalam mobil, dan barulah di susul oleh Andika setelahnya.
Selama di sepanjang perjalanan, Shinta terus saja menggoda suaminya. Bahkan saat ini ia sedang merangkul dengan erat tangan kekar pria itu.
"Awas dan menyingkirlah, apa kau sengaja ingin membuat celaka?" tanya Andika marah.
"Tidak!" jawab nya singkat, dan Andika hanya bisa menggelengkan kepalanya saja ketika melihat tingkah istrinya itu.
Setelah sampai di kediaman keluarga suaminya. Shinta langsung menggandeng tangan Andika, hingga membuat pria itu menjadi risih sendiri. "Lepaskan!" perintah nya di sela-sela mereka berjalan.
"Aku tidak mau!" tolak Shinta yang malah semangkin menjadi-jadi.
"Kau ini, kita tidak ingin menyebrang sekarang! Jadi buat apa berpegangan?" protes Andika masih terus berusaha melepaskan genggaman tangan istrinya.
Namun akibat tenaga Shinta yang begitu kuat, akhirnya Andika pun memilih untuk mengalah dan membiarkan wanita itu bergelayut manja di lengannya.
"Selamat malam nek!" sapa Andika saat keduanya sudah sampai di meja makan, dan melihat neneknya sedang menunggu di sana.
"Selamat malam cucuku!" balas Nur, yang langsung berdiri dan menyambut kedatangan Andika.
Pria itu kini sudah duduk di salah satu kursi, sementara Shinta masih saja betah berdiri dengan melayangkan tatapan tajam ke arah Rosi. Wanita berambut keriting yang saat ini sedang asyik menyantap makanan miliknya, tiba-tiba saja harus terganggu akibat pandangan mata Shinta yang terlihat begitu tidak sedap.
"Kenapa kau memandangku seperti itu? Awas, nanti bola matamu bisa menggelinding keluar." ucap Rosi, dengan membalas tatapan dari Shinta dengan ta+apan yang tak kalah sinisnya.
Kini wanita itu telah beralih memandang ke arah suaminya. Mengerti akan arti tatapan itu, membuat Andika spontan langsung berdehem. "Duduklah," ucapnya menyuruh Shinta.
"Apa-apaan ini? Kenapa dia bisa ada disini?" tanya Shinta berbicara dengan nada yang lumayan tinggi.
"Hentikanlah omong kosongmu itu!" balas Andika, karena menurutnya wanita itu sudah keterlaluan.
"Ya, kau sama sekali tidak punya sopan santun. Memangnya kenapa kalau Rosi ada disini, dia adalah calon istri dari cucuku Andika. Kenapa kau malah marah? Bukannya Andika sudah mengatakan semuanya padamu, bahwa mereka berdua akan menikah? Jadi jangan sampai kau menutup kenyataannya." sambung Nur sehingga membuat Shinta hanya bisa diam, dan tak bisa berbuat apa-apa.
Wanita itu pun akhirnya memutuskan untuk duduk, dan mulai mengambil hidangan yang ada di atas meja makan tersebut.
Meskipun pada ujungnya ia sama sekali tidak memakannya, dan hanya mengaduk-aduknya sembarangan akibat sama sekali tidak berselera.
"Kau lihat istrimu! Dia sama sekali tidak menghargai masakan orang tua, dan berbuat kekanak-kanakan seperti itu." ujar Nur memberi tahu kepada Andika.
Membuat Shinta spontan memandang ke arah suaminya yang saat ini juga sedang memandang ke arahnya. Mereka saling menatap sebelum akhirnya Shinta memilih untuk memalingkan wajahnya duluan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments