17. Sakit

Hari minggu sore Wendi mengajak Tasya untuk pergi berbelanja ke pasar karena melihat stok makanan di dapur sudah menipis. Sebenarnya gaji bulan ini sudah habis karena digunakan untuk membayar para pekerja di sawah tapi kemarin ia dapat rejeki nomplok dari ayahnya.

Ia sangat bersyukur karena ibunya tak pernah lagi meminta uang kepadanya sehingga ia tidak terlalu kewalahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

"Saya juga mau ikut, Pa!" teriak Tiara dari dalam kamar.

"Gimana caranya kita mau bonceng tiga?" ucap Wendi bingung.

"Tiara aja yang ikut, Pa," kata Tasya mengalah.

Dengan senang hati Tiara naik ke boncengan papanya dan berangkat ke pasar. Secara diam-diam Sari mengintip mereka dari balik jendela.

Pertama,Wendi dan Tiara membeli daging dan ikan serta telur lalu berpindah ke tempat lain untuk mencari bumbu-bumbu yang diperlukan.

Sementara Wendi memilih-milih bumbu apa yang akan dibeli, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang. Ia langsung menoleh ke belakang dan tampaklah Caca dengan senyum manisnya.

"Yang sopan dong, jangan bikin orang kaget!" kata Wendi dengan kesal

"Eh, maaf, mantanku yang ganteng! Kok kamu yang datang belanja? Istrimu lagi sakit yah?" tanya Caca sok akrab. Ia bahkan mengelus-elus kepala Tiara yang berdiri di dekat papanya.

"Ini namanya sayang istri, biar istri di rumah aja istirahat," sahut Wendi dengan ketus.

"Kok, kamu benci bangat sih sama saya?" tanya Caca karena melihat wajah Wendi yang tidak bersahabat.

"Tanya diri sendiri!" Wendi menarik tangan Tiara dan segera berlalu dari tempat itu setelah membayar semua barang belanjaannya dan pergi meninggalkan Caca begitu saja.

Tiara merengek minta dibelikan ikat rambut. Papanya mengabulkan dan tak lupa ia juga membeli sepasang lagi untuk Tasya sedangkan Wira dibelikan robot-robot sesuai dengan pesanannya.

Caca masih berdiri mematung sambil terus memandangi kepergian Wendi dan anaknya. Ia sangat kesal dengan perlakuan Wendi. "Awas saja, nanti kau akan kubuat bertekuk lutut di hadapanku!" batinnya dalam hati.

Tiba di rumah, Tasya menjemput mereka dan membantu untuk mengangkat barang belanjaan ke dalam rumah dan menyimpan dengan baik. Beberapa bahan makanan ia masukkan ke dalam kulkas.

Sari juga baru pulang dari kebun untuk memetik sayur. Ia langsung membantu Tasya untuk menyimpan dan merapikan barang belanjaan tersebut.

"Ma, mantan itu apa sih? tanya Tiara karena penasaran dengan perkataan tamte Caca tadi di pasar.

"Kamu dengar di mana tentang mantan?" tanya Sari heran.

"Tadi di pasar, tanta Caca ngomong gitu sama Papa," ungkap Tiara dengan polos.

Deg, perasaan Sari langsung tidak enak. Dengan tatapan menyelidik ia pandangi anaknya yang masih sibuk memasang ikat rambut yang dibeli tadi di pasar.

"Jadi kalian ketemu dengan perempuan itu?"

Tiara mengangguk dengan pelan dan ragu karena melihat ekspresi wajah Mamanya yang tidak seperti biasanya.

Sari menduga bahwa pasti suaminya tadi sudah janjian dengan Caca untuk bertemu di pasar. Mungkin Wendi sengaja mengajak salah seorang anaknya agar dirinya tidak curiga. Tidak lama kemudian ponselnya bergetar. Ada sebuah pesan yang masuk. Sari langsung membuka pesan tersebut. Sebuah foto Wendi dan Caca terpampang di layar ponselnya yang dikirim oleh Rani.

Dengan cepat Sari masuk ke kamar karena air matanya sudah hampir jatuh. Ia tidak mau menangis di depan anak-anaknya.

Sementara itu Wendi baru masuk ke rumah setelah ia mencuci motornya. Ia kaget karena melihat istrinya menangis di kamar.

"Ada apa, Dek?" tanyanya dengan bingung.

Sari tidak menjawab membuat Wendi jadi pusing. Ia ke dapur menghampiri Tasya dan Tiara.

"Mama kamu kenapa sih? Kenapa ia nangis?"

"Tadi Tiara cerita sama Mama kalau Papa ketemu tante Caca di pasar,"

"Benar 'kan, Pa? Tadi saya tanya Mama, apa itu mantan soalnya tante Caca tadi ngomongnya begitu,"

Wendi mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sudah bisa pastikan bahwa Sari menangis karena perihal tersebut. Ia ingin marah kepada Tiara tapi percuma saja karena dia masih kecil dan tak mengerti apa-apa.

"Apa ada yang salah, Pa? Kok Papa kelihatan gelisah?" tanya Tiara mendekati Papanya. Ia merasa bersalah karena ulahnya membuat kekacauan.

"Nggak apa-apa, Nak," sahut Wendi lalu kembali ke kamar menghampiri istrinya.

Di kamar, Sari masih menangis sesenggukan. Rasa cemburu membuat emosinya meluap-luap hingga tersalurkan lewat tangisan.

"Maaf Dek, tadi kami memang ketemu dengan Caca di pasar tapi itu hanya kebetulan saja. Percayalah padaku kalau di antara kami nggak ada hubungan apa-apa!" tutur Wendi dengan serius.

Sari tak menanggapi perkataan suaminya. Ia mulai curiga bahwa karena perempuan itulah yang menyebabkan Wendi telah menuduhnya sebagai istri yang tidak becus mengelolah keuangan dalam rumah tangganya.

Malam itu Sari tidak bisa makan karena lehernya seolah tercekik meski perutnya sudah keroncongan. Ia sudah mencoba untuk menelan sesuap nasi karena suami dan anak-anaknya sudah secara bergantian datang ke kamar untuk menawarinya makanan. Dadanya terasa nyeri membuat ia mual-mual.

Kata 'mantan' mendengung terus di telinganya membuat ia sangat terganggu. Sari tidak pernah tahu kalau Wendi punya mantan kekasih sebelum dirinya karena menurut pengakuan suaminya waktu itu bahwa Sari adalah cinta pertama dan terakhirnya. Tapi tidak mungkin Tiara mengarang cerita. Pasti apa yang ia lihat dan dengar, itu jugalah yang akan ia sampaikan. Maklum ia masih anak-anak dan sangat polos.

Sari tak akan mempermasalahkan kalau Caca itu adalah bagian dari masa lalu Wendi, tapi kenapa mereka harus dipertemukan lagi pada saat yang kurang tepat. Sari tidak akan rela melepaskan suaminya untuk perempuan lain karena ia sudah terlanjur mencintai dan menjadikan sebagai belahan jiwanya. Sari tidak bisa membayangkan bagaimana nasib anak-anaknya nanti jika orang tuanya sampai berpisah karena adanya orang ketiga.

Ia teringat saran dari sahabatnya untuk tidak lemah dalam menghadapi persoalan ini tetapi nyatanya ia tidak bisa. Bahkan pagi ini ia tidak kuat untuk bangun karena setiap kali ia bergerak maka rasa mual itu datang sampai ia muntah-muntah.

Mungkin karena sudah kekurangan cairan sehingga ia pingsan. Wendi jadi panik karena baru kali ini ia menghadapi orang sakit. Selama ini Sari tidak pernah sakit separah ini.

Wendi meminta bantuan tetangga yang kebetulan punya mobil untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Tasya tidak ke sekolah juga hari ini karena harus membantu papanya untuk mengurus segala keperluan yang dibutuhkan mamanya.

Dengan sedih Tiara dan Wira melihat mamanya yang diangkat ke mobil. Sebenarnya mereka juga ingin ikut ke rumah sakit tapi papanya melarang dan mengharuskan untuk tetap ke sekolah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!