Pagi ini Sari bangun lebih awal dari biasanya. Ia bersemangat untuk melamar pekerjaan. Semua pekerjaan di dapur ia selesaikan terlebih dahulu. Sarapan juga sudah siap di meja ketika suami dan anak-anaknya bangun.
"Mau ke mana Ma?" tanya Wira melihat mamanya yang sudah berpakaian rapi dan menenteng sebuah tas berisi map.
"Mama sedang ada urusan Nak," sahutnya sambil tersenyum.
Setelah selesai sarapan mereka keluar rumah. Ketiga anaknya berjalan kaki ke sekolah karena jaraknya dari rumah tidak cukup satu kilo meter. Tak lupa Sari mengunci pintu rumah sebelum berangkat.
"Cepat sedikit Dek, nanti Mas terlambat masuk kantor!" ujar Wendi sambil membunyikan motornya.
"Iya Mas,"
Dengan langkah tergesa ia menghampiri suaminya lalu keduanya segera berangkat. Tempat yang dituju oleh Sari kebetulan searah dengan kantor suaminya. Butuh waktu dua puluh lima menit naik motor untuk sampai di tujuan yaitu gedung SMK Swasta yang baru dibangun beberapa bulan yang lalu.
"Chat saja nanti kalau sudah mau dijemput!" kata Wendi setelah mereka tiba di depan gedung sekolah.
"Baik Mas," jawab Sari.
Sari langsung masuk ke ruangan kepala sekolah sedangkan suaminya memutar kendaraan menuju kentornya.
Rupanya SMK Swasta ini memang sedang mencari guru Bahasa Indonesia karena yang ada baru satu orang dan tidak akan mampu untuk mengajar di semua kelas yang ada. Setelah berbincang-bincang dengan Bapak Kepala Sekolah, maka Sari dinyatakan diterima untuk mengajar di sekolah tersebut dan minggu depan sudah bisa mengajar. Hal ini membuat Sari sangat senang. Ia tinggal mengatur jadwalnya agar tidak ada jam mengajar yang bertabrakan.
"Terima kasih Pak, saya permisi dulu!" ucap Sari dengan sopan.
"Iya, sama-sama," sahut Bapak Kepala Sekolah sambil tersenyum.
Hampir setengah jam Sari menunggu di luar baru Wendi datang menjemputnya. Suaminya mengantarkan dia pulang ke rumah lalu kembali ke kantor untuk melanjutkan tugas.
***
Sari sangat senang setelah satu bulan mengajar di SMK Swasta karena ia mendapatkan honor yang lebih besar dibanding yang ia dapatkan di sekolah yang lama. Rasa lelah segera terobati ketika ia membuka amplop yang berisi hasil keringat selama sebulan. Sebelumnya ia tak pernah menyangkah jika honor yang akan diterimanya sebesar itu.
Ia sudah bisa menyisihkan sedikit penghasilannya untuk ditabung bahkan setelah enam bulan bekerja di sekolah tersebut Sari juga sudah bisa membeli motor bekas sehingga ia tidak perlu lagi merepotkan suaminya untuk antar-jemput.
Pekerjaannya kini membuat ia sibuk dan merasa lelah tetapi mengingat kebutuhan hidup yang semakin bertambah membuatnya harus bertahan dan tetap semangat.
Pagi hari ia harus membereskan segala pekerjaan di rumah baru berangkat ke sekolah. Namun ia sangat beruntung karena anak-anaknya sudah bisa membantu meringankan pekerjaan tertentu, seperti bersih-bersih rumah.
Dari kecil Sari selalu mengajar anak-anaknya untuk bekerja karena ia tidak mau anaknya jadi pemalas dan menjadi anak yang manja.
Malam ini Wendi sangat menginginkan kebersamaan dengan istrinya karena selama ini ia selalu mendapati istrinya sudah tertidur pulas ketika ia masuk ke kamar. Sejak Sari mengajar setiap hari kecuali hari minggu, ia tampak sangat kelelahan sehingga pada malam harinya ia selalu tidur lebih awal.
"Tumben masih terjaga? Biasanya jam segini kamu sudah ngorok?" ujar Wendi saat mendapati istrinya di kamar masih merapikan pakaian ke dalam lemari.
" Iya Mas, tadi saya sempat tidur siang waktu pulang dari sekolah," sahut Sari tanpa menoleh ke arah suaminya. Ia masih sibuk menyimpan pakaian
yang baru saja dilipatnya.
"Harusnya memang begitu Dek. Jangan kerja melulu sampai lupa melayani suami!" kata Wendi sambil memeluk istrinya dari belakang. Sari juga menyadari bahwa akhir-akhir ini ia terlalu fokus mencari uang sehingga suaminya merasa terabaikan.
Sikap romantis yang dimiliki oleh Wendi inilah yang selalu dirindukan Sari. Ia pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan berbalik untuk membalas pelukan suaminya. Seketika ada rasa hangat yang menjalar di tubuhnya.
"Maafkan saya Mas, kalau selama ini kurang memberi perhatian,"
"Justru Mas yang mau minta maaf sayang, karena Mas tidak mampu memenuhi semua kebutuhan rumah tangga kita sehingga membuatmu harus banting tulang,"
"Mas jangan ngomong gitu dong!"
Wendi menggendong istrinya dan membaringkan di tempat tidur. Malam ini ia seperti serigala yang lapar dan ingin segera menerkam mangsanya karena sudah hampir dua minggu tidak pernah berhubungan badan. Dengan lincah ia melucuti pakaian istrinya satu demi satu hingga tak sehelai pun yang tertinggal.
Sari pasrah dengan perlakuan suaminya karena ia juga sedang menginginkan. Rasa cinta yang dalam membuat keduanya sangat menikmati permainan kali ini bahkan melebihi permainan-permainan sebelumnya. Setiap sentuhan menimbulkan erangan-erangan halus nan lembut membuat gairah semakin kuat.
Pergumulan yang pernah membekukan suasana hilang tanpa bekas. Sari bukanlah cinta pertama Wendi namun keluguan dan kepolosan serta keceriaan yang dimilikinya telah membuat Wendi cinta mati sejak ia mengenal gadis itu.
"I love you!" ucap Wendi sambil mengecup bibir tipis milik istrinya dengan mesra.
"Gombal,"
Keduanya terus bergelut dengan panas hingga keringat membasahi tubuh dan tak lama kemudian suasana menjadi hening. Tak ada lagi suara.
Keduanya sudah terbaring lemas namun senyum mengembang di wajah sebagai tanda bahwa mereka baru saja merasakan kenikmatan yang hakiki.
Sari bangun dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian disusul oleh suaminya.
Malam itu mereka tidur dengan nyenyak sambil berpelukan. Malam semakin larut. Suara dengkuran Wendi terdengar halus menandakan bahwa ia tertidur pulas.
Suara ayam berkokok membangunkan Sari ketika hari masih malam. Perlahan ia memindahkan tangan kekar suaminya yang masih melingkar di pinggangnya namun Wendi makin mempererat pelukannya.
"Sudah siang Mas. Nanti kita telambat lagi," bisik Sari di telinga suaminya.
"Hhmmm... mau lagi,"
"Hahh... apa semalam masih kurang?"
"Mas nggak akan pernah bosan sayang,"
"Udah ah," kata Sari sambil terus berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya.
"Janji ya!"
"Janji apa?"
"Entar malam. Ingat kamu nggak boleh terlalu capek!"
Sari hanya tersenyum dan meninggalkan suaminya. Ia segera beranjak ke dapur untuk membuat sarapan.
Anak-anaknya juga sudah bangun karena mereka sudah terlatih untuk bangun pagi dan mengerjakan tugas masing-masing. Tasya menyapu dan mengepel di dalam rumah, Tiara menyapu di halaman rumah dan Wira memberi makan ikan di kolam. Kadang kala juga ia membantu kakaknya untuk bersih-bersih rumah.
Itulah rutinitas mereka setiap hari. Ada rasa bahagia di hati Sari ketika menyaksikan hubungan suami dan anak-anaknya yang akrab. Seperti yang mereka lakukan pagi ini. Senda gurau terdengar di meja makan disertai suara derai tawa. "Semoga ke depannya suasana seperti ini akan terus berlanjut." guman Sari dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments