9. Godaan Mantan

Liburan kenaikan kelas telah tiba. Jauh-jauh hari, Sari sudah menyusun rencana untuk mengisi liburannya kali ini dan hal ini juga sudah ia sampaikan kepada ketiga anaknya.

Ia tampak gelisah ketika ingin menyampaikan keinginannya kepada Wendi untuk menjenguk orang tuanya di Makassar sekaligus ingin refresing.

"Mas, besok kami rencana mau menjenguk ayah dan ibu," kata Sari dengan ragu. Ia khawatir bagaimana suaminya akan menanggapi hal ini.

"Loh, bukannya kita baru pulang dari sana?" sahut Wendi heran.

"Maksud saya, kami mau ke Makassar," kata Sari.

"Ohhh, bilang dong dari tadi! Kalau saya sih, tidak masalah. Bagaimana dengan anak-anak?" tanya Wendi.

"Mereka semua akan ikut,"

"Ok, Mas izinkan kalian tapi maaf ya, soalnya saya tidak bisa ikut dengan kalian karena kantor tidak libur!"

"Tidak apa-apa, Mas. Trima kasih atas pengertiannya!"

Sari segera menemui anak-anaknya dan menyuruh untuk berkemas karena besok pagi mereka akan berangkat. Ia juga segera memesan mobil yang akan mereka tumpangi. Jarak dari tempat tinggal mereka ke Makassar cukup jauh dan butuh waktu tujuh sampai delapan jam untuk sampai di tujuan dengan naik bus.

Tasya dan Tiara sangat senang dengan rencana mamanya karena sudah dua tahun mereka tidak pernah ketemu dengan kakek dan neneknya yang tinggal di kota Makassar. Dengan bernyanyi-nyanyi kecil keduanya mengemas pakaian dan segala kebutuhan yang lain ke dalam sebuah tas yang berukuran besar.

Sari juga berbuat demikian. Ia masuk ke kamar Wira dan memilih beberapa pasang pakaian untuk disatukan ke dalam tas yang sudah disiapkan.

"Malam ini kalian harus tidur lebih awal supaya besok tidak mabuk dalam perjalanan!" kata Sari kepada anak-anaknya.

"Iya Ma. Saya sudah tidak sabar ingin segera berangkat," seru Wira dengan riang.

Sari tersenyum melihat wajah-wajah polos yang ceria itu. Setelah memastikan bahwa mereka sudah masuk ke kamar untuk istirahat, ia pun berlalu dan masuk ke kamarnya.

"Berapa lama kalian di sana?" tanya Wendi saat Istrinya merebahkan tubuhnya untuk istirahat.

"Mungkin dua minggu, Mas,"

"Waduhhh, Mas akan sangat merindukan kalian,"

"Hhhhmmm...,"

Wendi memeluk istrinya dengan hangat. Ia sangat merindukan keceriaan Sari yang hilang. Dengan gencar ia melancarkan serangan demi serangan membuat Sari kewalahan. Wendi ingin mengambil jatahnya karena besok akan ditinggalkan. Sari sangat mengerti dengan suaminya dan ia pun melayani dengan baik tapi tetap ada perbedaan bila dibanding dengan sebelum ada masalah.

Hati Sari terenyuh pada pagi hari ketika ia sudah terjaga dan mendapati tangan kekar suaminya masih melingkar erat di pinggangnya. Dipandanginya wajah teduh itu yang masih tidur dengan nyenyak. Sari sangat hati-hati memindahkan lengan suaminya karena takut jika tidurnya terganggu.

Sari segera beranjak ke dapur untuk menyiapkan segala sesuatunya termasuk kebutuhan suaminya selama mereka berada di Makassar.

Tepat pukul 07.00 WIB, bus yang akan mereka tumpangi sudah datang menjemput. Wendi mengantar istri dan anak-anaknya hingga kendaraan yang ditumpangi hilang di belokan.

Setelah kepergian mereka, Wendi segera bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia terharu melihat pakaian kantornya sudah tertata rapi. Sari sudah menyiapkan semuanya dengan baik.

***

Sehari, dua hari, hingga seminggu sejak kepergian istri dan anak-anaknya, keadaan Wendi masih baik-baik saja dan semua kebutuhannya masih bisa terpenuhi dengan baik karena Sari memang sudah menyiapkan sebelum berangkat.

Pagi ini Wendi berangkat ke kantor tanpa sarapan karena apa yang disiapkan Sari sudah habis. Tiba di kantor, salah seorang menawarkan nomor ponsel penjual makanan jadi.

"Masakannya enak loh!" ucap Wawan setelah membacakan nomor ponsel tersebut.

"Ohh yah, nanti saya akan buktikan sepulang dari kantor," jawab Wendi

"Selain masakannya enak, mata kita juga dimanjakan dengan pemandangan gratis soalnya orangnya sangat cantik dan seksi, janda pula." kata Wawan sambil nyengir. Wawan adalah teman kantor mereka yang paling resek. Kalau ia tidak masuk kantor maka suasana kantor akan terasa sepi.

"Hati-hati lu, jangan sampai tergoda!" kata Rudi yang sejak tadi hanya menyimak pembicaraan kawan-kawannya.

"Nggak mungkinlah," sahut Wendi sambil terkekeh.

"Jangan dulu, janda itu sangat menggoda loh!" ucap Wawan dengan gaya khasnya.

Mereka semua tertawa terbahak-bahak melihat gaya Wawan yang sangat lucu. Mereka akhirnya membubarkan diri ketika bel berdenting sebagai tanda bahwa semua pegawai harus mengikuti apel pagi.

***

"Halo, apa benar ini nomor penjual makanan yang siap antar?" sapa Wendi dengan ramah lewat ponsel. Ia menghubungi nomor yang diberikan oleh Wawan tadi di kantor.

"Halo juga, iya benar. Tolong chat ke nomor saya, makanan apa yang mau diantar dan jangan lupa tuliskan juga alamat yang lengkap!" sahut suara di seberang sana. Panggilan langsung terputus.

Wendi lalu mengetik pesanannya dan tak lupa ia menyertakan alamatnya yang lengkap lalu mengirim ke nomor ponsel si penjual tersebut lewat aplikasi WhatsAap.

"Oke, tunggu tiga puluh menit kemudian saya akan tiba di alamat Anda!" jawaban dari si penjual.

Sambil menunggu makanan, Wendi menyibukkan diri dengan ponselnya. Ia membuka aplikasi Facebook dan berharap ada status istrinya karena ia sudah sangat merindukannya. Namun setelah di cek, ternyata sudah seminggu tidak pernah aktif. Ia mencoba menghubungi lewat panggilan Video Call tapi tidak aktif. "Mungkin Sari tidak punya pulsa data." pikir Wendi mengira-ngira.

Ia lalu mencoba menghubungi istrinya lewat telepon biasa tapi baru saja ia akan menyentuh tombol hijau di ponselnya, tiba-tiba ia dikagetkan oleh bunyi klakson motor di depan rumah. Rupanya pengantar makanan sudah tiba.

Wendi pun segera menyiapkan uang dan menemuinya di depan.

"Astaga, kamu...," seru orang itu dengan kaget ketika melihat Wendi berjalan ke arahnya. Ia membuka helm dan maskernya membuat Wendi tercengang seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Kaget yah?" kata Caca dengan genit. Ia membuka jaket yang melekat di tubuhnya karena merasa gerah. Kini tinggal baju kensi dengan leher lebar membuat dada mulusnya tampak jelas. Benar apa yang dikatakan oleh Wawan bahwa orangnya sangat seksi. Wendi menunduk karena tidak mau melihat pemandangan yang tidak wajar di depan mata.

Caca adalah teman dekatnya sewaktu SMA bahkan menjadi teman dekat atau lebih tepatnya keduanya adalah sepasang kekasih. Caca sangat cantik. Kulitnya putih dan bersih, hanya saja badannya sudah mulai melar.

"Kok kamu bengong aja? Nih pesanan kamu!" kata Caca sambil menyodorkan makanan yang ia bawa kepada Wendi. Wendi menerima makanan itu dengan gugup karena Caca berada sangat dekat dengannya.

"Istri kamu mana, Wen? Kok sepi amat?" tanya Caca tanpa rasa sungkan.

"Sedang keluar kota. Oh ya, berapa yang saya mau bayar?"

"Berapa ya... kalau buat mantan, cukup Rp 20.000 aja," sahut Caca sambil mengedipkan matanya sebelah untuk menggoda Wendi tanpa ada rasa malu. Ia merasa bebas karena istrinya Wendi tidak sedang berada di rumah.

"Saya pamit dulu ya? Hubungi saja nomorku jika ada yang dibutuhkan!" katanya lagi dengan senyum penuh arti.

Wendi tak menanggapi celoteh dari Caca. Ia segera berbalik dan masuk ke dalam rumah karena menghindari godaan dari Caca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!