Episode 19.

Dara baru saja selesai mandi duduk di tepi ranjang, dia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Rendra yang baru pulang menyelonong masuk ke dalam kamar dan melemparkan sebuah amplop coklat yang besar ke pangkuan Dara.

"Apa ini, Mas?" Dara memungut amplop coklat itu.

"Bukalah!" pinta Rendra yang berdiri di hadapan Dara.

Dara membuka amplop coklat tersebut lalu mengeluarkan isinya dan membacanya dengan saksama. Mata indahnya membulat dan langsung digenangi cairan bening saat tahu itu surat apa.

Dara lalu menatap Rendra dengan sedih, "Mas menceraikan aku?"

Rendra mengangguk.

Dara sontak berdiri, "Tapi kenapa, Mas? Apa salahku?"

"Kan sudah aku katakan, aku muak padamu. Lagipula aku sudah jatuh cinta pada wanita lain," Rendra menjawab dengan tidak berperasaan.

Dara tercengang, hatinya bagai ditusuk ribuan duri, sakit minta ampun. Dia menunduk sambil memejamkan mata, air matanya jatuh menetes tanpa bisa dia cegah. Dara tak pernah menduga saat paling menyakitkan ini akan terjadi.

"Siapa wanita itu?"

"Kau akan tahu nanti saat kami menikah," jawab Rendra, dia tak mau Dara melakukan sesuatu terhadap Amel.

"Menikah?" gumam Dara, hatinya kian terasa perih. Sudah sedalam itu kah cinta Rendra kepada selingkuhannya sampai memutuskan untuk menikah?

"Jadi itu alasannya kenapa selama ini Mas bersikap dingin dan cuek padaku? Karena Pelakor itu?" tanya Dara sembari menatap tajam Rendra dan mengepalkan tangannya menahan geram

"Dia bukan Pelakor!" sanggah Rendra tak terima.

"Kalau bukan Pelakor, lalu apa? Pelacur?"

"Dara, jangan menghina dia!" bentak Rendra.

Hati Dara semakin sakit saat mendengar suaminya itu membela selingkuhannya.

"Rumah tangga kita memang sudah tidak harmonis sebelum aku jatuh cinta padanya. Jadi ini bukan salah dia!" sambung Rendra.

"Kenapa Mas tega melakukan ini padaku? Aku sangat mencintai Mas, aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk Mas," ungkap Dara dengan berlinang air mata.

Rendra merasa sedikit bersalah, dia lantas mengembuskan napas, "Maafkan aku, tapi aku sungguh tak bisa melanjutkan rumah tangga ini. Aku harap kau bisa mengerti!"

Dara semakin sesenggukan. Marah, sedih dan sakit membaur menjadi satu di dalam dadanya. Dia tak menyangka, pria yang begitu dia cintai selama ini tega menghancurkan hatinya hingga menjadi puing-puing yang menyakitkan.

"Aku akan memberimu waktu untuk membereskan barang-barang mu dan segera pergi dari rumah ini. Jangan khawatir, aku akan memberikan uang untukmu agar kau bisa melanjutkan hidup," lanjut Rendra, kemudian melangkah pergi meninggalkan Dara yang masih menangis dan meratapi nasibnya.

Rendra tahu Dara itu anak yatim piatu dan sebatang kara, bagaimana pun juga dia masih punya hati memberikan wanita itu modal untuk bertahan hidup.

"Ya Tuhan, kenapa ini harus terjadi? Selama ini aku berusaha untuk mempertahankan rumah tanggaku, tapi kenapa Engkau menggariskan perpisahan untukku?" Dara berbicara sambil terisak-isak.

Dara beranjak dan menatap pigura foto pernikahan dirinya dan Rendra yang terpajang di atas meja nakas.

"Mas, aku sangat mencintaimu. Apa kamu tidak bisa merasakan itu? Kenapa kamu tega membalas ku dengan rasa sakit ini?"

Tangis Dara semakin tak terbendung, dia benar-benar ingin melampiaskan kesedihannya.

***

Setelah membereskan barang-barangnya, malam itu juga Dara pergi meninggalkan kediaman Rendra. Dia tak ingin bertahan di tempat yang dirinya tak diharapkan lagi.

"Ini ambillah, kau bisa menyewa tempat tinggal dan bertahan hidup dengan uang ini." Rendra menyodorkan amplop berisikan uang.

Tapi Dara menolaknya, "Aku tidak mau, Mas."

Rendra mengernyit heran, "Kenapa? Kau jual mahal sekali!"

"Aku tidak butuh uang ataupun hartamu, aku hanya butuh cinta dan kasih sayangmu. Itu saja, Mas!"

"Dara, sudahlah! Aku tidak ingin berdebat lagi denganmu. Percayalah, ini yang terbaik untuk kita," ujar Rendra.

Dara mengangguk sambil mengusap air matanya yang menetes dengan pilu, "Iya, aku harap ini yang terbaik. Aku doakan semoga wanita yang Mas cintai itu lebih baik dariku dan Mas bisa bahagia selalu."

Rendra bergeming, tak membalas ucapan Dara sama sekali.

"Aku pamit, Mas!" Dara berbicara dengan suara bergetar dan air mata yang mengalir di pipinya.

"Hem, jaga dirimu baik-baik! Sampai bertemu dipersidangan," sahut Rendra sembari menatap wajah ayu nan sendu yang tak pernah dia rindukan lagi.

Dengan lemah Dara melangkah meninggalkan rumah yang selama dua tahun ini menyimpan begitu banyak kenangan dirinya bersama suami yang sebentar lagi berubah menjadi mantan.

Saat ini ingin rasanya Dara mati dan menyusul kedua orang tuanya, dia sungguh tak sanggup menahan rasa sakit ini sendirian. Dia benar-benar kehilangan pijakan hidupnya dan tak tahu harus ke berbuat apa.

Rendra hanya memandangi kepergian Dara, ada sedikit kelegaan bercampur rasa bersalah di hatinya, tapi dia harus melakukan semua ini demi bisa menikahi wanita yang kini dia cintai, wanita yang berhasil menggeser posisi Dara dihatinya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!