Dara menelepon Sasa, dia mengadukan apa yang baru saja terjadi. Sasa yang prihatin kepada sahabatnya itu segera datang untuk menghiburnya.
"Aku sedih banget, Sa. Hati aku sakit," ucap Dara di sela-sela tangisnya.
"Kamu yang sabar, jangan berlarut-larut dalam kesedihan, nanti yang ada kamu malah sakit." Sasa menasihati Dara sembari mengelus kepala sahabatnya itu yang kini berbaring di pahanya.
"Mas Rendra sudah tidak mencintai aku, dia berubah karena aku tidak cantik lagi."
"Nah, kalau begitu kamu harus buat dirimu cantik lagi seperti dulu, rebut hatinya dan buat dia jatuh cinta lagi padamu."
Dara tercenung, lalu mengangkat kepalanya dan menatap Sasa, "Apa bisa?"
"Bisa, dong!" jawab Sasa yakin, "Ra, di luar sana banyak wanita cantik dan seksi yang mungkin sedang mengincar suami mu, jadi kamu jangan mau kalah dengan mereka. Kamu sudah memiliki dia, jadi sekarang tugasmu mempertahankannya."
"Bagaimana caranya?" tanya Dara polos.
"Astaga! Kamu ini polos banget, sih! Dengarkan aku baik-baik, ya!"
Dara memperhatikan Sasa dengan saksama.
"Mulai sekarang kamu harus mengenakan pakaian yang bagus dan modis, meskipun hanya di rumah. Jangan pakai daster lusuh begini!" pinta Sasa sembari menunjuk daster bercorak batik yang dipakai Dara.
"Tapi aku nyamannya pakai daster begini di rumah, Sa." bantah Dara.
"Kamu mau suamimu kepincut wanita lain yang lebih cantik dan modis?"
Dara menggeleng cepat, "Ya tidaklah!"
"Makanya dengarkan saran dari ku."
"Iya-iya."
"Selanjutnya, kamu harus dandan yang cantik dan memakai parfum, meskipun di dalam rumah. Rambut juga jangan berantakan begini!" lanjut Sasa.
"Tapi aku malas banget dandan dan pakai parfum kalau tidak ke mana-mana." Lagi-lagi Dara membantah.
"Kamu jangan ngeyel, deh! Ikuti saja apa kataku! Lagipula berdandan untuk suami itu juga ibadah, loh."
"Iya, deh, iya."
"Dan satu lagi, kamu harus diet serta olah raga agar badanmu ramping dan ketat. Sering-sering perawatan ke salon kecantikan dan banyakin istirahat biar kamu terlihat lebih fresh," sambung Sasa.
"Itu yang sulit, Sa. Aku tidak ada waktu. Kamu kan tahu aku harus membantu mama mertuaku menjaga toko kue nya, belum lagi mengurus rumah dan semua keperluan Mas Rendra." Dara tertunduk sedih.
"Kalau begitu kamu pakai asisten rumah tangga saja, atau mama mertuamu yang harus cari karyawan baru buat menggantikan mu," cetus Sasa.
"Aku tidak enak, Sa. Dari awal kami sudah sepakat akan mengurus rumah dan toko kue sendiri, tanpa campur tangan asisten rumah tangga atau pun karyawan lain."
Sasa menghela napas, "Kalau tidak begini saja, seminggu sekali kamu minta izin cuti buat ke salon dan nge-gym. Kamu bilang saja yang sebenarnya ke mertuamu, dia pasti mengerti."
"Aku tidak ingin membuatnya cemas dan jadi kepikiran, makanya selama ini aku selalu menutupi apa yang terjadi dalam rumah tangga kami."
"Jadi gimana, dong?" tanya Sasa bingung.
"Nanti aku coba olahraga di rumah saja, deh. Kalau ke salon, nanti aku usahakan," sahut Dara.
"Ya, sudah, kalau begitu, ayo!" Sasa beranjak dan menarik lengan Dara.
Dara mengernyitkan keningnya, "Mau ke mana?"
"Sudah ikut saja!" Sasa menyeret Dara ke kamarnya.
Di dalam kamar, Sasa langsung membongkar lemari pakaian Dara.
"Kamu mau ngapain, Sa?" Dara bingung melihat sahabatnya itu mengacak-acak isi lemarinya.
"Kamu tidak punya lingerie?" tanya Sasa yang mengabaikan pertanyaan Dara.
Dara menggeleng, "Tidak, aku risi memakai pakaian seperti itu, lebih nyaman memakai daster seperti ini."
Sasa mengembuskan napas kesal, "Dara, itu baju dinas kita untuk menggoda dan menarik perhatian suami. Bagaimana kamu bisa membuat suamimu terpesona kalau begini?"
Dara hanya meringis mendengar Sasa mengomel.
"Pakaian mu juga biasa-biasa saja, tidak ada yang modis dan seksi. Pantas saja suamimu jadi berubah." Sasa kembali mengoceh sembari menarik satu persatu pakaian Dara.
"Kan kamu tahu aku tidak suka pakaian yang terbuka dan seksi."
"Ra, tapi mulai sekarang kamu harus coba memakainya. Di luar sana sudah terlalu banyak wanita seksi, kalau istrinya juga seksi, suami kamu tidak akan tergoda wanita lain."
Dara hanya bergeming, dia bingung harus mengatakan apa lagi.
Sasa menarik sebuah dress selutut berwarna maroon lalu menyodorkannya ke Dara, "Coba pakai ini!"
Dara menautkan kedua alisnya, "Untuk apa aku memakai nya?"
"Ya untuk menarik perhatian suami mu lah, memangnya untuk apa lagi?"
"Percuma, Sa. Kalau sedang bertengkar begini, dia tidak akan pulang ke rumah," keluh Dara, wajahnya berubah sendu.
"Lalu dia bermalam di mana?"
Dara hanya mengangkat kedua bahunya, "Aku tidak tahu."
"Terus kamu biarkan begitu saja? Kamu tidak berusaha untuk membuatnya pulang, atau paling tidak kamu hubungi dia dan tanya ke mana dia pergi."
"Awal-awalnya iya, aku hubungi dia berulang kali, tapi tak pernah ada jawaban. Besoknya saat dia pulang dan aku tanya, kami pasti bertengkar lagi, selalu seperti itu. Makanya sekarang aku sudah tidak mau bertanya lagi."
"Gila, ya! Rumah tangga macam apa ini? Kalian itu sudah parah banget, tahu!" sungut Sasa kesal.
Sasa tidak habis pikir dengan kelakuan Rendra, walaupun Dara sering cerita tentang perubahan sikap suaminya itu, tapi dia tak pernah mengatakan hal ini sebelumnya.
Dara hanya tertunduk sedih.
Melihat Dara bersedih, Sasa merasa tidak enak.
"Ra, maaf, ya. Aku tidak bermaksud membuat hatimu semakin sedih, aku hanya kesal saja dengan suamimu itu," ucap Sasa sembari mengusap pundak Dara.
"Tidak apa-apa, Sa. Kamu tidak salah, kok."
Sasa langsung memeluk Dara, dia benar-benar iba dengan nasib sahabatnya itu. Dara pun menumpahkan air matanya di dalam pelukan Sasa.
"Malam ini mau aku temani?" tanya Sasa.
"Bagaimana suamimu dan juga anakmu?" Dara bertanya balik.
"Suamiku sedang keluar kota, anakku bisa aku titipkan ke Mbak Yani."
Dara mengangguk, "Kalau begitu, baiklah."
Sementara itu di apartemen Amel, Rendra sedang duduk melamun. Wajah tampannya tampak kusut dan murung, Amel yang memperhatikannya pun menghampiri lelaki itu.
"Pasti bertengkar lagi, kan?" tebak Amel.
Rendra hanya mengembuskan napas berat tanpa menjawab pertanyaan Amel.
"Daripada galau dan cemberut begitu, mending kita senang-senang," cetus Amel.
Rendra menatap Amel yang tersenyum padanya, dengan perlahan Amel mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir kekasihnya itu. Rendra membalas ciuman itu dan semakin lama keduanya semakin tidak bisa mengontrol hasratnya. Akhirnya mereka melakukan perbuatan terlarang itu tanpa memikirkan dosa dan resikonya.
Ini memang bukan yang pertama kalinya mereka melakukannya, keduanya kerap kali melakukan perbuatan zinah itu jika Rendra menginap di apartemen Amel. Karena sejak Rendra merasa muak dengan Dara, dia tak pernah lagi mau menyentuh istrinya itu, dia selalu melampiaskan hasratnya kepada Amel. Tentu saja Amel bersedia, karena dia memang mencintai Rendra dan juga uangnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
nacho
duitnya banyak ambillh org gaji adui menyusakn diri sendiri sja
2023-05-21
0
Enisensi Klara
Dasar Rendra 🙄🙄🙄🙄 semoga kena azab
2022-09-12
1
Enisensi Klara
Nah betul itu darra kamu harus berubah cantik
2022-09-12
1