Episode 9.

Sasa membuatkan makanan untuk Dara, karena dia tahu, sahabatnya itu belum makan siang. Sedangkan Daren lagi asyik menikmati brownies keju yang tadi mamanya beli.

"Bukannya kamu mau jalan-jalan bersama Daren, kenapa malah ke toko kue mertuaku?" tanya Dara.

"Tadi niatnya memang aku mau mengajak Daren jalan-jalan ke taman bermain, tapi dia tidak mau, katanya sudah bosan. Dia malah bilang ingin makan brownies keju buatan kamu, ya sudah aku ajak saja ke toko mertuamu," ungkap Sasa sambil memindahkan makanan yang dia masak ke dalam piring.

"Oh, pantas saja dari tadi ada yang lahap banget makan brownies kejunya," sindir Dara sembari melirik Daren.

"Habis brownies keju buatan Tante enak banget, aku suka," celoteh Daren dengan mulut yang penuh dan belepotan.

"Makannya pelan-pelan, Sayang! Nanti kamu tersedak," tegur Sasa, dia meletakkan piring yang berisi spaghetti bolognese buatannya ke hadapan Dara.

"Iya, Ma," balas Daren dan kembali memasukkan potongan brownies ke dalam mulutnya.

Dara dan Sasa tersenyum melihat bocah berpipi chubby itu.

"Ya sudah, sekarang kita makan," pinta Sasa.

"Iya, terima kasih, ya, Sa."

Sasa mengangguk sambil tersenyum, "Sama-sama."

Kedua wanita itu pun menikmati spaghetti di hadapannya masing-masing.

"Sa, sepertinya rencana kita untuk membuat Mas Rendra tertarik lagi padaku tidak usah diteruskan, itu cuma sia-sia. Dia memang tidak peduli lagi denganku," keluh Dara.

"Eh, jangan menyerah dulu! Kita kan baru coba satu hari, mana ada keberhasilan yang instan. Kamu harus terus berusaha untuk merebut perhatiannya lagi."

Dara tertunduk dengan wajah muram, "Aku tidak yakin kita akan berhasil."

"Jangan pesimis begitu! Kalau kamu berusaha dengan bersungguh-sungguh, pasti kamu berhasil."

"Entahlah, aku ragu."

"Pokoknya mulai sekarang kamu harus berubah drastis, kamu harus tampil cantik dan seksi. Karena pria itu adalah makhluk visual, Ra. Makanya tidak heran jika mereka memiliki pattern atau patokan terhadap pasangannya, berbeda dengan wanita yang mengutamakan kenyamanan secara emosional," jelas Sasa.

"Dan selain mengubah penampilan, kamu juga harus mengubah sikap dan pola hidupmu, buat dia menyadari jika kamu bukan orang yang sama lagi. Kalau biasanya kamu perhatian dan emosional, mulai sekarang bersikap lah cuek juga lebih pendiam," lanjut Sasa antusias.

"Kamu yakin itu akan berhasil?" tanya Dara sedikit ragu.

"Percaya padaku! Kalau kamu menurut apa kataku, ini pasti berhasil," balas Sasa yakin.

"Baiklah, aku akan mengikuti semua saran darimu."

"Nah, begitu, dong! Ya sudah, sekarang kita makan lagi."

Kedua sahabat itu pun melanjutkan makan siangnya.

***

Rendra tiba di apartemen Amel, wanita cantik nan seksi itu langsung mengomelinya karena datang terlambat.

"Kamu lama banget, sih? Aku sudah nungguin!"

"Tadi ada sedikit urusan," jawab Rendra.

"Pasti istri kamu buat masalah lagi, kan?" tebak Amel dengan wajah cemberut.

"Tadi dia jatuh di toko dan kakinya keseleo, Mama terus menghubungiku agar menjemput dia. Jadinya aku terpaksa jemput dia dulu."

"Ada-ada saja! Palingan juga dia itu cuma cari-cari perhatian kamu," tuduh Amel.

"Sudahlah, jangan mengomel terus! Kan sekarang aku sudah datang, jadi kita bisa pergi."

Amel merajuk, "Aku sudah malas mau pergi, sudah tidak mood lagi!"

Rendra menghela napas, "Sayang, jangan marah, dong!"

"Aku kesal tahu! Kamu lebih peduli dengan istrimu itu, kamu lebih pentingkan dia dari aku."

"Kamu jangan bicara begitu! Kan aku sudah bilang kalau aku terpaksa menjemput dia dulu karena Mama terus saja menghubungi ku."

"Kan kamu bisa kasih alasan apa gitu ke Mama kamu, jangan menurut saja!" sungut Amel.

"Aku malas berdebat dengan Mama, nanti yang ada ujung-ujungnya dia marah dan sakit. Kamu ngerti, dong!"

Amel pun menangis, "Selama ini aku sudah cukup mengerti, tapi sampai kapan terus begini? Aku selalu saja dinomor duakan."

Rendra merasa bersalah, "Sayang, kamu sabar, ya? Kalau nanti si Riko berhasil dan aku bisa bercerai dari Dara, aku berjanji akan segera menikahi mu dan selalu mengutamakan kamu."

"Janji? Kamu jangan ingkar, ya?"

Rendra mengangguk dengan mantap, "Iya, aku janji."

Rendra menarik Amel ke dalam pelukannya, tanpa sepengetahuan lelaki itu, Amel tersenyum seraya mengusap air mata di pipinya.

"Kalau begitu sekarang kita pergi, ya?" bujuk Rendra.

Amel pun mengangguk, lalu menarik dirinya dari pelukan Rendra, "Baiklah, kalau begitu aku rapikan make up ku dulu."

Amel beranjak lalu bergegas masuk ke dalam kamar dan Rendra mengembuskan napas lega.

Sementara itu, di taman belakang panti, Riko sedang duduk termenung. Entah mengapa dia masih memikirkan Dara.

"Wanita yang malang, dia memang seharusnya pisah dari suaminya itu" gumam Riko.

Riko memejamkan matanya, lalu menghela napas, dia benar-benar merasa kasihan dan prihatin pada Dara. Tiba-tiba seorang bocah kecil bernama Mimi datang menghampirinya sambil membawa sepiring brownies yang tadi Riko beli dari toko kue Mirna.

"Kak Riko, ini brownies buat Kakak."

Riko sontak membuka matanya dan memandang Mimi, "Eh, My lovely."

"Cobain, Kak! Enak banget loh!"

"Baiklah, Kakak coba, ya." Riko mengambil sepotong brownies lalu memakannya, dia tertegun saat merasakan nikmatnya kue buatan Dara itu.

"Hem, iya benar! Enak banget!" puji Riko takjub, lalu mengusap kepala gadis kecil itu, "terima kasih, ya, My lovely."

Mimi pun tersenyum senang.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!