Unwanted Wife
Sebuah mobil Pajero sport berwarna hitam berhenti sempurna, seorang pria berpenampilan menarik yang tak lain adalah Rendra Irawan, keluar dengan wajah lelah. Sama sekali tak terlihat pancaran kebahagiaan di raut tampannya.
Rendra melangkah masuk dengan malas, baginya pulang ke rumah adalah hal yang paling membosankan, setidaknya untuk beberapa bulan belakangan ini.
Mendengar suara pintu terbuka, Dara yang sedang menyiapkan makan malam bergegas menghampiri Rendra untuk menyambut kepulangan sang suami.
"Mas, sudah pulang?"
"Kau lihat?" sahut Rendra malas.
"Sini aku bawakan tasnya." Dara bermaksud mendekati Rendra, tapi lelaki itu melarangnya.
"Jangan dekat-dekat!"
Dara menghentikan langkahnya dengan wajah sedih.
"Aku tidak suka bau badanmu," ujar Rendra ketus.
Dara mengendus ketiak dan daster yang dia pakai, memang sedikit tercium aroma tidak enak. Maklum saja, dia sedang memasak makan malam tadi, jadi wajar berkeringat.
Meskipun mereka berkecukupan, tapi Dara tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga, dia mengerjakan semuanya sendiri. Dari memasak, membereskan rumah, mencuci bahkan sampai berkebun sekalipun. Dia juga membantu ibu mertuanya yang membuka usaha toko kue, sampai-sampai dia tak punya waktu untuk ke salon atau sekedar bersantai bersama teman-temannya.
Dara mencoba tersenyum, meskipun Rendra bersikap kasar padanya.
"Kalau begitu Mas makan dulu, aku sudah siapkan makanan kesukaan Mas."
"Aku ada janji makan di luar."
"Tapi aku sudah masak, Mas. Siapa yang akan menghabiskan semua ini?"
"Kasih ke tetangga, atau buang saja ke tempat sampah," jawab Rendra tak acuh, kemudian melenggang pergi dari hadapan Dara.
Dara merasa kesal melihat sikap Rendra, beberapa bulan belakangan ini, suaminya itu berubah, dia tidak semanis saat awal-awal menikah. Sekarang Rendra cuek, dingin dan kasar padanya. Mereka jarang bisa duduk dan mengobrol seperti dulu, komunikasi mereka benar-benar buruk. Rendra juga kerap kali keluar hingga larut malam, bahkan beberapa kali dia tidak pulang ke rumah dan saat Dara bertanya, ujung-ujungnya mereka pasti bertengkar.
Mereka sudah menikah dua tahun, tapi belum juga dikaruniai anak. Kadang Dara berpikir, apakah karena hal itu suaminya berubah?
Tapi mereka sudah memeriksakan diri ke dokter, dan keduanya dalam kondisi yang baik, mungkin Tuhan hanya belum memberikannya.
Sahabat Dara juga pernah mengatakan, jangan-jangan Rendra memiliki selingkuhan, tapi Dara tak ingin berpikiran buruk terhadap suaminya itu, dia meyakinkan dirinya jika Rendra tidak akan mengkhianatinya. Dara memang begitu naif, dia menepis apapun anggapan buruk tentang Rendra, karena cintanya begitu besar kepada sang suami.
Akhirnya Dara bergegas menyusul Rendra ke kamar.
"Mas ada janji makan malam dengan siapa?" tanya Dara penasaran, sebagai seorang istri tentu dia harus tahu ke mana dan dengan siapa suaminya pergi.
"Teman," jawab Rendra singkat.
"Teman cewek atau cowok?" tanya Dara lagi, entah mengapa kali ini dia begitu ingin tahu.
Rendra berbalik menatapnya tidak suka, "Kau kenapa selalu saja cerewet? Aku mau pergi dengan siapa pun, itu bukan urusanmu!"
Dara berdiri dari duduknya, "Tapi aku ini istrimu, Mas. Aku berhak tahu!"
Rendra tak menjawab, dia sibuk melepaskan kemejanya.
Dara semakin merasa emosi karena lagi-lagi Rendra bersikap tak acuh kepadanya.
"Kamu berubah, Mas. Kamu bukan Mas Rendra yang aku kenal dulu," ucap Dara lirih.
Rendra mengembuskan napas kasar, "Cukup Dara! Jangan membuat mood ku rusak lagi! Apa kau tidak bosan setiap hari bertengkar terus denganku?"
"Kalau saja Mas baik terhadapku, kita tidak mungkin bertengkar."
"Apa aku kurang baik? Aku cukupi semua kebutuhan mu, aku tidak pernah menuntut macam-macam. Bahkan kau tidak bisa memberikan anak untukku, aku juga tidak marah. Apa itu kurang baik, haa?"
Dara merasa terluka saat Rendra mengungkit persoalan anak, seolah-olah dalam hal ini dia yang paling bersalah. Air matanya pun seketika jatuh tak tertahankan.
"Bukan itu maksudku, Mas. Sikap Mas yang belakangan ini berubah jadi tidak baik terhadapku, Mas dingin dan kasar. Apa salahku, Mas?" protes Dara.
"Aku muak padamu," balas Rendra dengan begitu kejam.
Dara terdiam, hatinya semakin sakit mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang suami. Air matanya pun kembali jatuh berderai.
"Ah, sudahlah! Percuma bicara denganmu! Suami baru pulang kerja, sudah diajak ribut!" pungkas Rendra dan buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, dia bahkan tak peduli saat istrinya itu menangis.
Dara duduk di tepi ranjang, dia menangis untuk melampiaskan rasa sedih dan sakit hatinya. Sejujurnya dia bingung, apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangganya ini?
Tak lama kemudian, Rendra pun keluar dari kamar mandi dan berjalan mendekati lemari, dia mengambil sepotong kaos dan celana jeans, lalu mengenakannya tanpa memedulikan keberadaan Dara yang masih terisak-isak. Dia merapikan rambutnya, lalu menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh, kemudian berlalu pergi begitu saja.
"Ya Tuhan, apa salahku? Kenapa suamiku jadi seperti ini?" Dara semakin tersedu-sedu. Rendra benar-benar mengabaikannya.
Setelah puas menumpahkan kesedihannya, Dara pun kembali ke ruang makan, bukan untuk makan, sebab dia tak lagi berselera, tapi dia menyimpan semua makanan yang dia masak ke dalam lemari pendingin.
Sebenarnya ini sudah sering terjadi, tapi Dara tak pernah jera untuk kembali merebut hati suaminya, dia masih terus ingin melayani sang suami meskipun selalu diabaikan tanpa dia tahu apa kesalahannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sulati Cus
tanda2 suami py sesuatu ini😅
2022-11-03
1
Enisensi Klara
Jahara nya suami gini 🙄🙄🙄🙄🙄,eh tunggu tunggu ini kayaknya pernah bada deh kak Nevi ganti judul ya dulu , ga lanjut gitu benar ga sih
2022-09-11
1
Enisensi Klara
Yeaay 🥳🥳🥳 ada yg baru lagi ,semoga aku ga ketinggalan lagi ,bisa terus baca
2022-09-10
1