Seminggu kemudian ....
Sudah beberapa hari ini Dara selalu berdandan yang cantik dan mengabaikan Rendra, dia benar-benar mengubah sikapnya pada lelaki itu. Awalnya Rendra tak peduli, tapi lama-kelamaan dia merasa kesal sendiri karena Dara sama sekali tidak mau mengurus semua keperluannya. Dara tidak lagi memasak untuknya, Dara juga tidak mau menyiapkan pakaiannya dan menganggap dia seperti tidak ada di rumah itu.
"Mana kemejaku yang warna putih?" tanya Rendra, dia sudah membongkar lemari pakaiannya, tapi yang dia cari tidak ada.
Dara yang sedang berdandan menjawab sekenanya, "Entah!"
"Gampang sekali kau menjawab seperti itu! Seharusnya kau menyiapkan semua keperluan ku!" sungut Rendra marah, tapi Dara tak menggubrisnya sama sekali, wanita itu sengaja tak meladeni sang suami.
Emosi Rendra benar-benar naik melihat sikap tak acuh Dara itu, dia lantas berjalan mendekati Dara dan menarik lengan wanita itu dengan kasar.
"Dara! Aku bicara padamu!" bentak Rendra.
Dara berdiri dan menatap Rendra dengan tajam, "Kenapa Mas membentak ku?"
"Karena kau tidak mau mendengarkan aku!"
"Lalu apa selama ini Mas mau mendengarkan aku?" tanya Dara sinis.
"Dara, ini masih pagi, jangan mengajak ribut!"
"Siapa yang ngajak ribut? Aku hanya bertanya saja!" bantah Dara.
"Pertanyaan mu tidak penting! Sudah, cepat cari kan kemejaku!"
"Mas cari saja sendiri, aku buru-buru," bantah Dara.
"Kau jangan kurang ajar pada suami!"
"Suami? Mas masih pantas dianggap sebagai seorang suami? Memangnya ada suami yang mengabaikan istrinya dan bersikap kasar seperti ini?"
"Jangan memancing emosiku, Dara!" geram Rendra.
"Sudahlah, Mas. Aku malas meladeni mu." Dara mengambil tasnya dan melangkah pergi meninggalkan Rendra begitu saja.
Rendra mengepal kuat tangannya dan mengeraskan rahangnya, "Kurang ajar! Dia sudah berani melawanku seperti ini."
Sejujurnya Rendra terkejut melihat perubahan sikap Dara, biasanya wanita itu selalu menurut dan bersikap lembut tapi kali ini dia berani membantah dan bicara kasar pada Rendra.
***
Dara tengah sibuk membantu Riko memasukkan kotak-kotak kue ke dalam mobil, keduanya sudah terlihat akrab karena Riko memang gencar mendekati wanita itu.
"Sudah selesai!" Riko menutup pintu bagasi mobilnya.
"Selama seminggu ini tidak ada masalah, kan?" tanya Dara tiba-tiba.
Riko mengernyit, "Masalah? Maksudnya?"
"Misalnya kue yang basi, atau kurang memuaskan pelanggan."
"Oh, tidak! Semua pelanggan puas dan menyukai kue-kue buatan toko ini," sahut Riko.
"Syukurlah." Dara merasa lega.
Wajah Riko mendadak berubah sedih, "Tapi sebenarnya ada masalah lain."
"Apa, Mas?"
Riko memegangi perutnya, "Aku lapar, soalnya belum sarapan."
Dara sontak tertawa, "Ya ampun, kenapa tidak bilang dari tadi kalau Mas lapar?"
"Aku malu," jawab Riko.
"Kenapa harus malu? Ya sudah, tunggu di sini, biar aku ambilkan kue buat Mas sarapan di jalan." Dara langsung berlari ke dalam toko.
Riko tersenyum, dia sengaja bertingkah seperti ini agar mempunyai alasan untuk semakin dekat dengan Dara.
Tak berapa lama, Dara balik lagi sembari membawa sekotak kecil kue tradisional buatan Mirna.
"Ini buat Mas sarapan." Dara menyodorkan kotak itu ke hadapan Riko.
"Maaf, aku jadi menyusahkan."
Dara menggeleng, "Tidak sama sekali. Ini ambillah!"
Riko menerima kotak berisi kue itu, "Terima kasih, ya. Nanti kalau gajian, aku traktir, deh!"
"Tidak usah," tolak Dara.
"Pokoknya nanti aku traktir dan kamu harus mau!"
"Itu namanya pemaksaan!"
"Biarin! Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu." Riko bergegas masuk ke dalam mobil dan melesat pergi.
Dara hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala, sejujurnya dia mulai menyukai karakter Riko yang hangat dan terkadang lucu, lelaki itu kerap kali membuat dia terhibur dengan semua canda dan tingkah lakunya. Berbanding terbalik dengan sikap Rendra yang dingin dan kasar terhadapnya.
Dari dalam toko, Mirna sejak tadi memperhatikan mereka, dia merasa tidak suka dengan kedekatan Dara dan Riko.
***
Malam ini Amel memanggil Riko ke apartemennya, di sana juga ada Rendra.
"Bagaimana, Ko? Kau sudah berhasil menaklukkan wanita itu?" tanya Amel, sementara Rendra hanya diam menyimak.
"Belum, dia wanita yang tidak mudah ditaklukkan. Apalagi sepertinya dia sangat setia pada suaminya," jawab Riko sembari melirik Rendra.
"Ya, kau usaha terus, dong! Ini sudah seminggu lebih, masa belum ada perkembangan?" desak Amel.
"Tapi aku lihat sekarang dia berubah, aku pikir itu karena dia mulai tertarik padamu," sela Rendra.
Amel mengernyitkan keningnya, "Berubah gimana, sayang?"
"Sekarang dia lebih peduli dengan penampilannya, dia selalu berdandan dan berpakaian yang bagus. Dia juga terlihat cuek dan mengabaikan aku," beber Rendra.
"Jangan-jangan dia mulai tertarik padamu, Ko. Kau saja yang tidak peka," sambung Amel.
Riko terdiam, dia berusaha mencerna ucapan Rendra dan Amel.
"Benarkah dia berubah karena mulai tertarik padaku? Tapi sikapnya ke aku biasanya saja," batin Riko.
"Pokoknya waktumu sebulan untuk menaklukkan dia, aku tidak mau kau gagal," pinta Amel, membuat Riko tersentak dari lamunannya.
"Iya, kalau kau gagal, aku tidak akan membayar mu!" Rendra menimpali.
"Kalian tenang saja, aku pasti berhasil," sahut Riko penuh percaya diri.
"Aku pasti membuat Dara berpisah dari suami kurang ajar sepertimu," ucap Riko dalam hati sembari menatap sinis Rendra.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments