Rendra langsung datang ke tempat kejadian begitu mendapatkan kabar dari Riko, Amel juga ikut bersamanya. Dia celingukan mencari keberadaan Riko, Dara dan juga Mirna.
"Itu mereka." Amel menunjuk Riko yang memeluk Dara.
Rendra mengalihkan pandangannya ke arah yang Amel tunjuk, hatinya mendadak bergetar saat melihat sang istri menangis di dalam pelukan pria lain, apalagi saat dia tidak melihat keberadaan sang ibu.
Dengan langkah yang lebar Rendra mendekati Dara dan Riko, Amel pun mengikuti dengan tergopoh-gopoh.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Dara dan Riko sontak menoleh ke arah Rendra.
"Mas!" Dara melepaskan diri dari Riko dan langsung berlari memeluk Rendra.
Rendra terpaksa membalas pelukan Dara karena orang-orang sedang memandang mereka, sedangkan wajah Amel seketika berubah masam.
"Tadi aku sedang menyusun kue di mobil dan toko tiba-tiba meledak lalu terbakar," ujar Dara sambil terisak-isak.
"Lalu di mana Mama?" tanya Rendra.
"Mama masih ada di dalam, Mas," jawab Dara dengan suara bergetar.
Rendra tercengang, bagai disambar petir rasanya mendengar penuturan istrinya itu.
"Mama!" Rendra langsung melepaskan pelukan Dara dan hendak berlari ke arah toko kue yang sudah luluh lantak itu.
"Jangan, Mas!"
"Jangan, Pak!"
Dara dan Amel menarik lengan Rendra bersamaan, sementara Riko hanya diam memperhatikan mereka.
"Aku harus selamatkan Mama!" pekik Rendra panik, dia sungguh ketakutan.
"Berbahaya, Pak. Anda bisa celaka!" Amel mengingatkan dengan bahasa yang formal.
"Iya, Mas," sambung Dara dan Amel hanya meliriknya dengan sinis.
"Tapi Mama ada di dalam," ucap Rendra dengan putus asa, dia bahkan tak bisa membendung air matanya.
"Kita doakan semoga Mama baik-baik saja." Dara kembali memeluk Rendra yang kalut.
Amel dan Riko hanya diam memandangi mereka dengan tatapan tidak suka.
Rendra kemudian melepaskan pelukan Dara dan mendekati seorang polisi.
"Pak, ibu saya masih ada di dalam, tolong selamatkan ibu saya!" ujar Rendra pada polisi itu.
"Iya, Mas. Kita akan cek ke dalam, setelah memastikan apinya sudah padam dan keadaan kondusif, kalau sekarang tidak mungkin," sahut polisi itu.
Rendra tertunduk dan menangis, "Mama."
Selang beberapa saat, api mulai padam, hanya menyisakan puing-puing sisa bangunan yang terbakar, asap masih terlihat keluar dari beberapa tempat.
Tim pemadam kebakaran berseragam lengkap dengan hati-hati masuk ke dalam dan memeriksa keadaan di dalam. Rendra, Dara dan semua orang masih menunggu di luar dengan gelisah. Mobil ambulans serta tim medis juga sudah standby di tempat kejadian.
Tiga puluh menit kemudian, empat orang personil pemadam kebakaran keluar sambil menenteng kantong jenazah.
Dara dan Rendra seketika histeris, keduanya menangis dengan begitu pilu.
"Mama!" jerit Dara, dia menangis sesenggukan.
"Ya Tuhan, Mama!" pekik Rendra yang juga tak kuasa menahan tangis.
Riko juga merasa syok melihat kantong jenazah yang diyakini isinya adalah mayat Mirna, dia tak menyangka wanita paruh baya itu tewas dengan cara seperti ini. Sedangkan Amel justru tersenyum samar, tak ada raut kesedihan sedikitpun di wajahnya. Dia merasa senang karena Mirna mati, itu berarti tidak ada lagi penghalang untuk Rendra menceraikan Dara.
Namun tiba-tiba Dara pingsan, untung Rendra dan Riko sigap menangkap tubuh lemahnya sebelum jatuh menghantam tanah lalu meminta bantuan medis.
***
Jenazah Mirna disemayamkan di kediaman Rendra, para kerabat dan pelayat sudah berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa.
Tampak Dara yang telah siuman terduduk lemas di sisi peti jenazah Mirna yang sudah tertutup rapat, karena kondisi mayat yang sudah gosong, pihak keluarga memutuskan untuk menutup peti itu dan tidak mengizinkan para pelayat melihatnya.
Dara tak berhenti menangisi kepergian Mirna. Dia mengenang saat terakhir kali Mirna memeluknya seminggu yang lalu, saat itu entah mengapa dia merasa sedih sekali, ternyata itu adalah pelukan perpisahan dari sang mertua.
"Kenapa Mama pergi secepat ini? Kenapa Mama meninggalkan aku?" ucap Dara lirih, matanya sudah bengkak karena terus menangis.
Sasa yang berada di samping Dara langsung memeluk sahabatnya itu, "Kamu yang sabar, ya, Ra. Ikhlaskan kepergian beliau."
"Aku sudah kehilangan kedua orang tuaku dan sekarang aku harus kehilangan Mama, aku tidak sanggup, Sa."
"Jangan begitu! Kamu itu wanita kuat, kamu pasti sanggup, Ra." Sasa semakin mengeratkan pelukannya sembari mengusap air mata.
Sementara itu, Rendra tengah sibuk melayani para pelayat. Meskipun sudah terlihat lebih tegar, tapi jauh di dalam hatinya Rendra merasa sangat terpukul dan hancur. Dia begitu menyayangi Mirna, walaupun dia jarang mengungkapkannya pada sang ibu.
Sedangkan Amel sejak tadi hanya duduk diam, dia terus saja memperhatikan Rendra dari jauh. Tak ada setetes air mata pun yang jatuh dari matanya.
Dan Riko memilih pulang untuk mengobati luka di tangannya, dia juga masih tak menyangka kejadian naas ini akan terjadi. Hampir saja dirinya dan Dara juga menjadi korban ledakan gas elpiji yang menyebabkan kebakaran di toko kue Mirna itu. Nasib baik saat kejadian dia juga Dara sedang berada di luar toko yang kini sudah habis dan hanya menyisakan puing-puing hitam yang berserakan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments