Seperti biasa Riko datang ke toko kue Mirna untuk mengambil pesanan Helena. Tapi kali ini ada insiden, adonan yang sudah Dara buat tumpah semua, alhasil dia harus mengulang lagi membuat adonan brownies dan Riko pun harus menunggu lama.
Riko yang penasaran menyelonong masuk ke dapur.
"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Riko.
"Eh, tidak usah! Kamu tunggu di depan saja," sahut Mirna.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku di sini saja, siapa tahu ada yang bisa aku kerjakan," bantah Riko.
"Tapi ...."
Belum sempat Mirna berucap, tiba-tiba ada seorang pelanggan yang datang, Mirna pun buru-buru meninggalkan Riko dan Dara di dapur, sementara Yanti sudah pulang ke rumah.
Riko memperhatikan Dara yang serius membuat adonan brownies, keringat wanita itu sampai menetes di pelipis dan lehernya. Entah mengapa Riko merasa wanita itu terlihat seksi dan menggoda.
Dara hendak mengambil tepung, tapi dia kesulitan karena tepung itu terletak agak jauh darinya. Riko yang melihatnya langsung membantu Dara, dia mengambilkan tepung itu.
"Sini aku bantu!"
"Iya, Mas. Tolong tuangkan tepungnya!" pinta Dara.
Dengan hati-hati Riko menuangkan tepung itu ke dalam adonan yang Dara buat.
"Cukup, Mas!"
Riko pun berhenti.
"Apa lagi?"
"Sudah, Mas. Biar aku saja, ini sudah selesai, kok."
Dara berhenti mengaduk adonan brownies tersebut, lalu mulai menuangkannya ke dalam loyang.
Riko masih terus memperhatikan Dara.
Setelah semua adonan diletakkan di loyang, Dara pun mulai mengukusnya.
"Maaf, Mas jadi harus menunggu lama," ujar Dara tak enak.
"Tidak apa-apa, santai saja!"
"Tapi aku jadi tidak enak dengan Bu Helena, baru seminggu menjalin kerja sama tapi sudah mengecewakan begini."
"Dia pasti bisa mengerti, namanya juga kecelakaan."
Dara tersenyum sembari mengusap keringat di dahinya.
"Kamu pasti lelah?" tanya Riko.
"Iya, sih. Tapi aku senang melakukannya," sahut Dara.
Riko bergeming menatap Dara yang berdiri di sampingnya.
"Sudah, Dara?" Mirna kembali lagi ke dapur.
Dara mengangguk, "Sudah, Ma. Tinggal tunggu matangnya saja."
"Kalau begitu kamu istirahat saja di depan, biar Mama yang tungguin," pinta Mirna sambil melirik Riko, dia sengaja ingin mengusir lelaki itu dari dapur.
"Tidak usah, Ma! Biar aku saja!"
"Sudah sana!" desak Mirna sembari mendorong pelan pundak Dara.
"Ya sudah, deh!" Dara pun melangkah meninggalkan dapur dan Riko menyusulnya.
Dara dan Riko akhirnya duduk di depan meja kasir, dari dapur Mirna terus memantau mereka.
Tak ada satupun dari mereka yang menyadari jika salah satu tabung gas elpiji di dapur itu mengalami kebocoran. Walaupun Mirna sempat mencium seperti bau belerang tapi dia mengabaikannya karena merasa itu hal biasa jika gas sudah mau habis.
***
Setelah kue-kue yang dia buat tadi matang, Dara pun membantu Riko membawa kotak-kotak kue dan menyusunnya di bagasi mobil seperti biasanya. Keduanya sesekali bersenda gurau.
"Sudah masuk semua?" tanya Riko.
"Sudah, Mas," jawab Dara.
Riko pun menutup pintu bagasi mobilnya, lalu berbalik memandang Dara.
"Kamu tahu tidak, rekan-rekan kerjaku di Helena Bakery pada penasaran dengan kamu, loh," beber Riko.
"Oh iya, kok bisa?"
"Iya, mereka pada cicipi kue-kue buatan kamu dan mertua mu, mereka suka dan jadi penasaran seperti apa orang yang membuatnya. Aku bilang saja yang buat orangnya cantik banget."
"Tunggu dulu, yang cantik itu aku atau Ibu mertuaku?" seloroh Dara.
"Ibu mertua kamu, tapi jauh cantikan kamu," kelakar Riko.
Wajah Dara seketika merona merah, dia tersipu malu, "Mas Riko bisa saja!"
"Aku serius, kamu itu cantik banget," puji Riko, dia menatap dalam mata Dara.
Sejenak keduanya saling mengunci pandangan.
Duar!
Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang sangat keras dari dalam toko kue Mirna, Dara dan Riko yang terkejut spontan merunduk. Riko bahkan sontak melindungi kepala dan tubuh Dara dari puing-puing bangunan yang terlempar ke arah mereka. Alhasil, tangan Riko terluka akibat terkena serpihan kaca.
Seketika bangunan satu lantai itu porak-poranda, asap mulai mengepul dari arah dapur. Orang-orang mulai berdatangan dan berteriak histeris.
"Apa yang terjadi?" Riko yang masih kebingungan memandang nanar toko kue yang kini perlahan mulai dilahap si jago merah.
"Mama!" jerit Dara, dia bangkit dan ingin berlari masuk ke dalam bangunan yang kini sudah hancur itu, tapi dengan sigap Riko menariknya.
"Dara jangan! Berbahaya! Takutnya ada ledakan susulan."
"Tapi Mama di dalam, Mas! Aku harus tolong Mama!" Dara memberontak berusaha melepaskan diri, tapi Riko justru memeluknya dengan erat.
Duar!
Terjadi ledakan kedua yang membuat semua orang menjerit histeris sambil berusaha menjauhi tempat itu demi melindungi diri mereka.
"Sebaiknya kita mencari tempat yang aman."
"Tidak, Mas. Aku mau tolong Mama, lepaskan aku!"
"Aku tidak akan membiarkan mu masuk ke sana." Riko menarik Dara menjauh dari lokasi kebakaran.
"Ya Tuhan, tolong selamatkan Mama." Dara menangis tersedu-sedu.
"Dara tenanglah." Riko masih memeluk Dara dengan sangat erat, dia tak mungkin membiarkan wanita itu masuk ke dalam.
Tak lama kemudian tiga unit mobil pemadam kebakaran datang dan berusaha memadamkan kobaran api yang menghanguskan toko kue milik Mirna itu.
Dara yang sudah lemas hanya bisa menangis, dia takut dan gemetaran.
Diam-diam Riko mengirim pesan kepada Rendra dan mengabarkan apa yang terjadi pada toko Mirna.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments