PCD 09

"Ugh.... Dimana aku? Gelap sekali, apa aku sudah mati?" Ucap Keiko mengerjap-ngerjap kedua matanya yang mana dia baru tersadar, ternyata pencahayaan diruangan tersebut sangatlah buruk.

"Kau belum mati, tapi bagiku lebih baik mati dari pada harus berada di ruangan sialan ini," timpal seseorang yang tidak jauh berada diruangan sebelahnya.

Ceklek

Namun seketika lampu menyala menyinari setiap lorong cukup terang untuk melihat sekeliling, dan secara reflek Keiko menutup matanya dengan telapak tangan, karena cahaya yang tiba-tiba saja langsung menyoroti tubuh pria yang tadi berbicara dengannya dan juga lampu yang ada diatas kepalanya.

"Om Tatto, ngapain gelantungan disitu kayak kelelawar saja?" Tanya Keiko pada Bertho yang digantung dengan posisi kaki diatas dan kepala dibawa sekujur tubuhnya sudah dipenuhi luka dengan darah yang sudah mengental, bahkan kedua tangannya terlihat tidak bisa digerakan lagi,pemandangan yang sangat mengerikan.

"Gelantungan dengkulmu, Tsk... Sial bahkan sampai menjelang kematianku pun harus bertemu dengan gadis yang menyebalkan sepertimu," ucap kesal Bertho, yang tidak menyangka orang yang beberapa jam yang lalu dimasukan kedalam sell disampingnya ternyata adalah gadis yang selalu mengantarkan koran tiap pagi.

"Hey bocah, kenapa kau sampai dibawa kesini, bahkan sepertinya kau juga mendapatkan luka yang serius?" Tanya Bertho, yang melihat sebuah perban dikakinya yaitu bekas hujaman timah panas yang dilakukan oleh tuan muda Wei.

"Entahlah, mungkin karena Keiko cantik," jawab Keiko ngasal, membuat Bertho berdecak sebal.

"Tsk... Terserah kau lah, asal kau tau orang-orang yang sudah masuk ke penjara bawah tanah ini, mereka tidak akan keluar dari sini dengan utuh," timpal Bertho, beberapa detik kemudian terdengar langkah derap kaki menuju tempat mereka.

TRAANGG

Suara beradu jeruji besi dengan pentungan besi, sungguh mengagetkan Keiko sampai membuatnya terlonjak kebelakang. "Hohoho.... Kau sudah sadar ya gadis nakal, bagaimana apakah tidurmu nyeyak?" seru Bang Choudet yang ternyata dirinyalah yang memukul jeruji besi tersebut.

"Ish... Oi Bang Choudet yang gantengnya gak ketulungan, lepasin Keiko dong, maaf kemarin itu cuma becanda kok, hehee..." Ucap Keiko memasang wajah memelas namun seringai menyebalkannya masih tidak bisa dia tahan.

"Diam kau, gara-gara kau kami sampai diberi hukuman oleh tuan muda," bentak Bang Choudet.

"Hahahaha...... Jadi kalian dipermainkan oleh bocah sepertinya, sungguh memalukan, aku bertanya-tanya apa kualitas para petarung keluarga Wei sudah menurun ya, hahaaa..." Tawa Bertho yang membuat Choudet meliriknya penuh amarah.

WHUSSS

BUKK

Tendangan keras melayang mengenai kepala Bertho sebagai jawaban atas ejekan yang dilakukannya pada Choudet, "Cuihh... Sok keras kau junior-," ucap Bertho namun sebelum menyelesaikan perkataannya, kembali sebuah pukulan mendarat pada rusuknya.

"Kau masih saja sombong, meski nyawamu sekarang berada ditanganku, cepat lakukan penyiksaan yang lebih berat lagi padanya," seru Bang Choudet menyuruh bawahannya untuk mempersiapkan alat penyiksaan.

"Dan Kau bocah tengik, lihatlah apa yang akan terjadi padanya, karena setelah kami selesai dengannya, selanjutnya adalah giliranmu," lanjutnya sambil menatap tajam pada Keiko, sampai membuat Keiko menelan ludah karena takut.

"Aargghht..." Teriak Bertho kesakitan, ketika sebuah besi panas ditempelkan pada kulitnya membuat kulit bahkan dagingnya melepuh, tidak hanya sampai disitu saja, daging yang melepuh itu pun langsung ditaburi garam, lalu satu persatu kuku disetiap jarinya dilepaskan secara paksa.

"Hahaha.... Ini sangat menyenangkan bukan, hei bocah bagaimana menurutmu?" Tanya Bang Choudet pada Keiko yang didongkakan kepalanya secara paksa untuk melihat penyiksaan tersebut.

"Kalian ternyata orang-orang yang tidak berprikemanusiaan," ucap Keiko sambil menahan sakit pada kedua pipinya, karena ketika dia memejamkan mata orang yang memeganginya tidak segan-segan mendaratkan sebuah tamparan.

"Ouh... Sepertinya kalian sedang bersenang-senang?" Seru tuan muda Wei, yang baru saja tiba.

"Tsk... Bau busuk daging pengkhianat ternyata sangat menjijikan," ucapnya ketika melihat Bherto yang terengah-engah tak berdaya.

DOR

DOR

Tanpa basa-basi tuan muda tersebut langsung menembak kepala Bherto, darah serta isi kepalanya pun seketika berhamburan, membuat Bherto langsung tidak bernyawa lagi.

"Tuan Muda, kenapa langsung dihabisi, bukankah Tuan besar menyuruh kita menyiksa lebih lama lagi?" Tanya Bang Choudet yang juga kaget dengan apa yang dilakukan Bos mudanya itu.

"Tidak perlu, karena buaya-buayaku sudah kelaparan, bawa dia pergi kesana," ucap Tuan Muda Wei.

"Dan untuknya, bawa dia ke ruangan depan, aku ingin mencicipinya sebentar, sudah lama aku tidak merasakan darah segar perawan," lanjutnya sambil mencengkram pipi Keiko.

Lalu Keiko pun digiring oleh pengawal keluarga Wei, sementara Bang Choudet dan bawahannya membawa mayat Bherto ke kolam buaya.

"Hehee.... Kau gadis kecil, kau akan segera merasakan pedang tajamku ini, bersiap-siaplah, tunjukan padaku rintihan seorang gadis dibawah umur," ucapnya dengan wajah mesum, sementara Keiko sudah terikat di atas kasur dengan kaki mengangkang.

"Arrghh... Lepaskan aku, dasar badjingan, toollonggg..." teriak yang ketakutan.

Muuachh

Si Badjingan Wei pun mulai mencium paksa bibir Keiko meski dirinya terus mengatupkan kedua bibirnya, tapi Si Wei pun langsung memencet hidung Keiko sehingga dia susah bernapas, alhasil mulutnya pun terbuka dan langsung dilumat kembali olehnya.

"Hahhaahaa.... Bagaimana apa kau menyukai permainanku gadis kecil, jadi mari kita kebababk selanjutnya," tawa Wei penuh kemenangan.

BRAKKK

ketika Si Wei ini hendak menanggalkan celana panjangnya, karena birahinya sudah terasa sampai ubun-ubun, namun tiba-tiba suara pintu roboh mengagetkannya.

"Oi brengsek siapa yang menggangu-," seru marah Wei yang secara spontan membalikkan badan, ingin melihat siapa orang yang berani mencoba mengganggu kesenangannya.

BUKK

BRAKK

Namun tanpa dia sadari sebuah tendang cepat nan keras menghantam kepalanya, hingga dia terjengkal kebelakang, bersamaan dengan banyaknya suara desingan peluru dan benda tajam beradu dikediaman tersebut, ternyata keluarga Wei telah diserang.

"Maafkan saya Nona," ucap seseorang yang telah melumpuhkan tuan muda Wei itu, seseorang yang sangat dia kenal datang berpakaian ala samurai jaman edo.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up ⚡🔨

2023-03-24

1

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2023-03-24

0

mochamad ribut

mochamad ribut

up up up ⚡🔨

2023-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!