PCD 07

Di balik kemegahan Ibukota bambu. Ternyata tersimpang kawasan kumuh padat penduduk dengan gang-gang kecil yang terhalang oleh gedung-gedung menjulang tinggi di depannya dan disinilah, di pinggiran ibukota tempat tinggal Yoshiro yang tingkat kejahatan begitu tinggi.

"Ini adalah kamarmu, anggap saja rumah sendiri" ucap Yoshiro setelah memasukan tas besar milik Keiko.

"Terimakasih paman," timpal Keiko.

"Ya sama-sama. Sebab semua itu sudah menjadi tugas saya,"

"Eh, apa paman? Tugas? Maksudnya?" Tanya Keiko yang mendengar dan penasaran dengan ucapannya itu.

"Eh, maksudnya sudah jadi tugas sesama manusia untuk saling tolong menolong. Bukankah begitu?" ucap Yoshiro menjelaskan.

"Sial hampir saja kelepasan," gumamnya dalam hati.

"Hmm... Benar juga sich, itu juga yang selalu dikatakan oleh Suster Mia dan Suster Mei ketika di panti," timpal Keiko.

"Segeralah tidur, ini sudah larut malam" ucap Yoshiro sambil beranjak pergi dari kamar tersebut.

Waktu berlalu begitu cepat hari berganti minggu, minggu berubah bulan, tidak terasa Keiko sudah hampir satu bulan lebih tinggal bersama Yoshiro yang ternyata bekerja sebagai pedangan asongan. Keiko yang tidak ingin berpangku tangan berinisiatif mencari penghasilan sendiri, seperti menjadi seorang loper koran dan setiap pagi dia mengirim koran ke perumahan-perumahan ataupun rusun wilayah tersebut.

"Hei nak.! Cepat belikan aku beberapa air minum di minimarket sebelah sana dan kembaliannya nanti boleh kau ambil," ujar seorang pria bertato yang berusia sekitar 40 tahun dan menurut orang-orang sekitar, dia adalah seorang anggota triad daerah tersebut dan terkenal dengan tempramental yang buruk.

"Baik Pak.!" seru Keiko kemudian mengambil uang pria bertato yang dengan seenaknya melempar ke tanah, tapi Keiko tidak mau ambil pusing. Karena bagaimana pun dia butuh uang untuk menyambung hidup di ibukota ini.

Keiko berlarian sambil mendekap koran yang dia bawa agar tidak jatuh dan bergegas menuju minimarket yang dimaksud.

BUKK

"Aww...." jerit Keiko yang tidak sengaja menabrak seseorang ketika berbelok, sedetik kemudian dia bergidik ngeri karena orang yang bertabrakan dengan dirinya mempunyai tampang sangar dengan beberapa luka di wajahnya.

"Sialan.! Loe kalau jalan pake mata, apa loe sudah bosan hidup.?!" seru pria tersebut mengangkat tubuh Keiko dengan mencengkram erat bajunya.

"Ampun Om.! Ampun om.! Saya gak sengaja" ujar Keiko tak berdaya, karena tubuhnya diangkat dan didesak paksa ke dinding.

"Sudah.! sudah.! Jangan buang waktu kita dengan gadis penjual koran ini," ucap salah seorang pria memakai stelan jas yang terlihat modis.

"Baik bos" Timpal pria bertatto. yang sepertinya sangat takut pada lelaki berjas tersebut dan langsung menurunkan tubuh Keiko.

"Ooh..! Gadis yang cukup menarik dan yang terpenting masih segar, meski masih terlihat kumel. Tapi tidak masalah, tinggal dipermark sedikit pasti akan terlihat cantik dan mungkin tuan muda akan menyukainya," ucapnya sambil mengelus pipi Keiko.

"Bawa dia.! Kita akan hadiahkan dia untuk tuan muda Wei," lanjutnya yang memberi perintah pada anak buah yang lain.

"Tidak.! Tidak jangan bawa saya, tolooong.! toloong..!" teriak Keiko sambil meronta mencoba melepaskan diri dari orang yang membawanya. Meski dia sudah berteriak meminta tolong tapi orang sekitar malah menjauhinya, seolah enggan terlibat dengan kelompok tersebut.

"Kasihan gadis itu, dia terlibat masalah dengan rombongan gangster tersebut," bisik orang-orang yang melihat namun tak berani membantu.

"Oyyyy.... Keluar kau Vangsat," teriak pria tersebut dan langsung mendobrak pintu yang ada di depannya setelah tiba di rumah orang yang menyuruh Keiko membeli minuman.

"Oi..! Ada apa ini Bang Chodet.? Kau seenak main dobrak-dobrak rumah orang lain dengan sembarangan," ucap Pria bertato dari ruang tengah dengan tangan memegang golok yang cukup besar.

"Oi gadis kecil.! Bukankah sudah kusuruh kau membeli minuman untukku tadi? kenapa kau malah main gendong-gendongan dengan para sekumpulan gukguk pasar ini.?" ucapnya lagi dan melihat Keiko tengah dipikul oleh salah seorang rombongan Bang Choudet tersebut.

"Jangan banyak bacot kau Bertho, dasar pengkhianat.! Lancang sekali kau berbicara, seraaang... Dia sekarang juga-" teriak Bang Choudet.

"Tunggu dulu, aku ingin bicara dengannya sebentar," ucap Pria berjas dari arah belakang membuat semuanya menghentikan sejenak gerakan mereka.

"Hey... Bertho, aku ingin bertanya. Apa alasanmu mengkhianati kami.? Bahkan katanya kau dengan sengaja memukul sampai babak belur orang yang dikirim untuk mengambil upeti dari tempatmu, yang mana itu sebenarnya adalah wilayah kekuasaan keluarga Wei dan kau disana itu hanya sebagai kepala wilayah yang telah di tugaskan oleh keluarga Wei," lanjutnya.

"Ouh... Tidak kusangka Kak Cheng Go juga akan datang berkunjung, sepertinya kesalahanku cukup besar bagi keluarga Wei kali ini," ucap Bertho sedikit terkejut ternyata ada salah satu anggota teratas dari keluarga Wei yang datang.

"Hei Om, apa gak pegal memikul aku terus, ntar teman-teman Om berkelahi masa Om cuma nonton, apa gak malu nanti diolok-olok sama yang lainnya? Tenang aja aku gak bakal kabur kok," ucap pelan Keiko pada orang yang membawanya, mencoba bernegoisasi agar dia diturunkan.

"Diam kau...! (Hmmz... Tapi benar juga apa yang dikatakannya, bisa-bisa aku jadi bahan tertawaan karena tidak ikut andil," timpal orang tersebut, tapi sepertinya perkataan Keiko cukup mempengaruhinya.

"Oke kalau begitu, kau diam dipojokan sana.! Jangan coba-coba melarikan diri," ucapnya kemudian menurunkan Keiko dan menatap galak.

"Oke Om, santai aja kayak di pantai," timpal Keiko nyengir. Yang memang kalau dalam keadaan tidak panik, meski dalam situasi bahaya sekalipun dia akan bersikap tenang.

"Oke sip, akhirnya diturunin juga, tinggal bagaimana caranya lari dari sini," gumam Keiko dalam hati, sambil melangkah mundur ke arah pintu.

BRAAKKK

"Tanyakan saja pada kepala keluarga Wei kalian, terutama anaknya itu," seru Bertho yang langsung membalikan meja makan dan menendangnya kearah gerombolan tersebut.

Perkelahian tak terhindar, semuanya pun langsung menyerang secara serentak ke arah Bertho, meski dirinya hanya sendirian tapi nyalinya tidak ciut sama sekali. Dia berhasil menangkis dan menendang perut orang yang menyerangnya hingga terdorong kebelakang.

TRAANG

SLASH

Benturan senjata, begitu memekakkan telinga. Meski beberapa kali Bertho berhasil menahan dan menebas balik orang yang menyerangnya, tapi tetap saja dirinya kalah jumlah. Sehingga akhirnya dia terkena tebasan yang sangat dalam di punggungnya oleh Bang Choudet dan langsung menendangnya hingga membuatnya ambruk dan beberapa tebasan pun silih menyusul.

"Cukup.! Jangan berikan dia mendapatkan kematian yang mudah," seru Cheng Go menghentikan anak buahnya. Dia pun menghampiri Bertho yang sudah tidak berdaya dengan tubuh yang bersimbah darah karena luka perkelahian tersebut. Tapi meski dia kalah, dirinya berhasil menumbangkan tiga orang diantara mereka.

"Aargghht.. Sialan kalian.!" erang Bertho yang kepalanya ditengadahkan oleh Cheng Go menggunakan ujung sepatunya.

"Cuihh... Hanya segini kemampuanmu.? Jangan sok mau menentang keluarga Wei," ucap Cheng Go sambil meludahi wajah Bertho.

'Ah, selagi mereka fokus sama Om tatoo aku harus segera kabur dar sini dan lapor ke polisi,' gumam Keiko dalam hati sambil berjalan mundur kearah pintu.

"Hey...! Mau kemana kau.!" seru salah satu anak buah Cheng Go yang melihat Keiko sudah berada diambang pintu.

'Wuaahhhhh..... Toolllooong...!" Teriak Keiko yang langsung menggunakan jurus langkah seribu untuk meninggalkan tempat itu.

"Bodoh, kenapa kalian lepaskan bocah itu.? Cepat kejar dia, akan merepotkan bila dia sampai lapor aparat. Karena itu akan membuat kita mengeluarkan uang lebih," bentak Cheng Go pada anak buahnya.

"Woyyy..... Tunggu, berhenti kau bocah.!" teriak ketiga orang yang mengejar Keiko dengan golok masih ditangan.

"Ogaaahhhh...! Dasar Om-Om seremm, tukang berkelahi kayak anak kecil tapi maen bacoknya beneran, tolong saya mau diculik," seru Keiko terus berlari sambil nyerocos.

"Siall..! Cepat banget itu larinya bocah," teriak salah satu dari pengejar tersebut.

BUKKK

BRAAAKKK

"Awww..... Aduh sakit," rintih Keiko setelah berhasil keluar dari perumahan kelas ekonomi. Namun baru saja sampai di jalan besar dirinya menabrak sesuatu.

"Pamaan? Maafin Keiko Paman, waduh mereka sudah dekat. Paman ayo kita lari lebih dulu," serunya dan ternyata yang dia tubruk adalah Yoshiro yang tengah berjualan.

"Ada apa Kei? Kenapa kau berlarian seperti di kejar-," ucap Yoshiro, dan langsung mencoba berdiri, tapi tiba-tiba ada sebuah tendangan mengarah padanya.

BUKK

Untungnya Yoshiro berhasil menahannya dengan kedua tangan agar tidak mengenai kepalanya.

"Minggir bila masih ingin hidup, jangan ikut campur.!" bentak pria yang melayangkan tendangan pada Yoshiro tersebut.

"Akhirnya, terkejar juga, dasar bocah sialan," seru pengejar lainnya dan langsung menarik kasar tangan Keiko.

BUKKK

"LEPASKAN TANGAN KOTOR KALIAN DARINYA.!!" ucap Yoshiro setelah berhasil memukul rahang orang yang menyerangnya hingga jatuh pingsan, sorot matanya begitu tajam memandang pada kedua orang tersisa.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up up up ⚡🔨

2023-03-24

1

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjutkan terus othor

2023-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!