Mereka pun tiba di area gedung sekolah pada jam satu dini hari. Meski bukan gedung utama, tapi tetap itu lebih bagus dibandingkan gedung sekolah yang pernah mereka lihat sebelumnya dan ternyata di sana pun bukan mereka bertiga saja, ada banyak murid yang datang sebelum mereka.
"Ini adalah gedung serba guna dan akan menjadi tempat penampungan sementara untuk kalian para murid-murid yang masuk lewat jalur beasiswa. Karena selama satu minggu penuh kalian akan diseleksi kembali, jadi istirahatlah yang cukup" ujar orang yang sepertinya jabatannya lebih tinggi diantara para pengawas lain, termasuk kepala pengawas yang membawa Keiko barusan.
"Tapi pak, bukankah kami sudah bisa dianggap murid baru di sekolahan ini, karena sudah lolos ujian seleksi yang diselenggarakan di kota kami sebelumnya?" tanya salah satu murid.
"Heh... Kalian naif sekali, asal kalian harus tahu. Seleksi yang diadakan di kota kalian hanyalah langkah awal saja, sebab akan ada tahap selanjutnya untuk masuk ke salah satu sekolah terbaik di negeri ketiga dari lima sekolah terbaik di negeri ini."
"Tahap pertama, semua calon murid yang ada di sini akan diseleksi kembali dan yang akan lolos hanya 30% dari semua murid yang ada. Jadi persiapkanlah diri kalian dengan sebaik-baiknya," ucap orang tersebut sambil tersenyum. Sontak penjelasan yang keluar darinya membuat sebagian orang cemas karena khawatir tidak akan lolos seleksi setelah meniggalkan kampung halaman mereka.
"Baiklah karena kalian datang selarut ini. Jadi untuk sementara tempat tidur bagian lelaki di ruangan ini dan untuk kalian para gadis silahkan tidur di aula bagian atas" ujar petugas sekolah tersebut.
"Aku akan berusaha semaksimal mungkin," gumam Keiko dalam hati untuk meyakinkan diri.
"Hahaha... Aku setuju dengan persyaratan ini, karna aku yakin akan lolos dengan mudah. Dan kau pasti akan menjadi orang yang gugur lebih dulu, karena waktu itu dirimu hanya beruntung dan ketika anak panti sepertimu gugur di sini. Sudah dipastikan akan menjadi gembel di kota yang sangat besar ini, karena bisa ditebak dari tampang jelatamu. Kau hanya membawa uang sedikit" ucap Hao Cun sambil menunjuk wajah Keiko dan merendahkannya.
Semua orang yang mendengar perkataan dari Hao Cun langsung melirik ke arah mereka, lalu menatap aneh kepada Keiko entah apa yang mereka pikirkan saat itu. Tapi Keiko sama sekali tidak peduli dan dia langsung melangkah ke aula tempat para murid perempuan beristirahat.
Sekitar pukul setengah enam pagi, semua peserta sudah dikumpulkan di sebuah lapangan dan sebagian besar dari mereka masih ada yang mencoba menahan kantuk. karena belum terbiasa terbangun di saat mentari saja masih belum muncul, apalagi mereka tidur hampir menjelang jam tiga dini hari. Tidak seperti Keiko yang sudah terbiasa bangun sangat pagi meski kalau dibandingkan dengan Ayumi itu tidak ada apa-apanya.
"Hoamzz... Sial aku sangat ngantuk sekali, kenapa kita harus dikumpulkan sepagi ini" gerutu Chen yang berada di sebelah Keiko dan hampir semua anak pun menggerutu sama seperti Chen Li.
"Kei kau bangun jam berapa? tampaknya wajahmu sangat tampak segar sekali, seperti orang yang tidurnya cukup?" tanya Chen Li yang merasa heran dengan teman satu kotanya itu.
"Ah... Aku juga bangun kesiangan karena baru terbangun jam lima kurang sepuluh menit, mungkin karena kita baru bisa tidur jam tiga" jawab santai Keiko.
"Apa jam segitu, kau anggap kesiangan? Seberapa pagi sebenarnya kau biasa terbangun?" tanya Chen Li terkejut dan heran mendengarnya.
"Ya biasanya kami para anak panti akan terbangun jam empat dini hari, karena menurut yang dikatakan oleh ibu kepala panti bahwa udara pagi sangat baik untuk perkembangan tubuh," jawab santai Keiko.
"Baiklah, intruksi saya ambil alih, Semuaanyaa.... Siiiaaaaapppppppp graaaakkkkk...!" Seru seseorang dengan suara lantang berperawakan tubuh tegap layaknya prajurit dari sebuah angkatan kesatuan militer.
Semua murid yang berbaris langsung gelagapan dan langsung berdiri dengan sikap sempurna, meski masih ada saja yang terlambat memperhatikan intruksi tersebut.
Setelah mendengarkan apa yang diucapkan oleh instruktur yang ternyata masih seorang murid sekolah tersebut. Semua calon murid baru disuruh mengangkut air dari danau menuju ke kebun sekolah untuk mengisi sebuah tong besar, yang mana nantinya untuk kebutuhan menyiram tanaman.
BRAAKKK
"Sial kami kemari bukan untuk melakukan hal seperti ini, emangnya kami jauh-jauh kesini untuk menjadi seorang babu!" seru kesal seseorang yang membanting ember dengan kasar ke tanah.
"Iya benar sekali, padahal di sana ada pompa air. Kenapa kita disuruh mengambilnya dengan cara seperti ini, macam orang dungu saja" ujar Hao Cun yang juga ikut-ikutan membanting ember dan satu persatu hampir semua murid melakukan hal yang sama, hanya sebagian kecil murid saja yang tidak melakukannya salah satunya adalah Keiko.
Chen Li yang ragu akhirnya mengikuti semua murid-murid yang lain tapi dirinya tak membanting benda tersebut seperti yang mereka. Sementara Keiko terus melanjutkan mengambil air yang ternyata tidak sendirian.
"Hei kenapa kau malah terus melanjutkannya?" tanya seorang murid pria yang mengikutinya dari belakang.
"Tidak ada alasan lain, karena aku sudah terbiasa bekerja seperti ini. Hitung-hitung penyegaran tubuh saja," jawab santai Keiko.
"Heh... Kau ini aneh sekali," timpal anak tersebut.
"Kau pun, kenapa kau malah mengikutiku?" tanya balik Keiko.
"Hahaa... Aku hanya mengikutimu saja, tapi sepertinya melakukan hal berbeda dari kebanyakan orang itu menarik juga. Perkenalkan namaku Bryan," ucap anak yang bernama Bryan tersebut.
"Heh... Ternyata kaulah yang lebih aneh, namaku Keiko," timpal Keiko mencibirnya dan akhirnya mereka pun saling mengenalkan diri.
"Hey siapa gadis itu? Bukankah kau datang bersamanya?" Tanya anak yang pertama kali menolak untuk mengambil air.
"Cih... Bukan siapa-siapa, dia hanyalah anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan yang kumuh di pinggiran distrik kami," jawab Hao Cun.
"Heh pantas saja, Woiiii kalian memang pasangan yang cocok. Satu anak pungut dan satunya lagi anak yatim piatu yang entah di mana orang tua kalian atau jangan-jangan kalian adalah anak haram yang dibuang oleh orang tua kalian?! hahaha..!" ucap murid tersebut dan langsung berteriak ke arah Keiko dan Bryan yang sedang mengangkut air, lantas diapun tertawa yang mana malah diikutin oleh semua murid lain.
Bryan yang mendengarnya langsung berhenti melangkah, sorot matanya tajam menatap ke arah anak tersebut. "Sialan kau Wang Zhen, jaga ucapanmu itu!" bentak Bryan yang tidak terima dan langsung berlari ke arah anak yang bernama Wang Zhen tersebut.
BUKK
BRUGH
Tapi dengan mudahnya Whang Zhen menghindar lalu dengan mudahnya pula dia memukul perut Bryan, hingga dirinya tersungkur menahan sakit. Keiko yang melihatnya begitu marah dan hendak melemparkan ember kayu yang dipegangnya ke arah Whang Zhen.
"Hahaha.... Jangan sok jago kau di sini, kau itu hanya anak pungut dari pembantu di rumahku. Cuiihh..." Ucap Whang Zhen yang menginjak kepala Bryan dan langsung meludahinya, ternyata dirinya adalah anak dari kepala pemimpin dari distrik tempat mereka tinggal.
"Berhentiiiiii.! Ada apa ini?" teriak guru pengawas yang baru saja tiba entah dari mana. Keiko yang hendak melemparkan benda tersebut mengurungkan niatnya
"Kegiatan pagi ini, sudah sampai disini saja. Kalian boleh istirahat dan jam 9:15 nanti akan ada ujian tertulis, sudah bubar sana.!" seru sang pengawas.
"Dan untuk kalian berdua, harap menghadap ke ruangan kepala pengawas," ucapnya lagi, semua murid pun langsung membubarkan diri dan berlari ke gedung serba guna untuk mendapatkan jatah makanan mereka.
"Bryan kau tidak apa-apa," seru Keiko yang mengkhawatirkan keadaanya yang berjalan sempoyongan, tapi Bryan tidak menjawabnya. Dia hanya diam meski dirinya mendengar ucapannya, namun ketika menatap Keiko sorot matanya seperti berubah menjadi sebuah kebencian yang mendalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
mochamad ribut
lanjut
2023-03-24
1
mochamad ribut
lanjutkan
2023-03-24
0
Mutia Kim🍑
Whang Zhen otaknya perlu di sleding deh😬
2022-11-21
1