PCD 04

"Selamat pagi menjelang siang semuanya.! sudah siapkah kalian mengikuti ujian hari ini? Karena ujian ini akan menentukan masa depan kalian kelak" seru seorang guru pengawas ujian dan anak-anak yang ada di ruangan tersebut berseru kompak menjawab bahwa mereka sudah siap sejak tadi.

"Baiklah tanpa basa-basi, ayo kita langsung mulai saja. Waktu kalian hanya 30 menit dan jangan ada yang berisik apalagi mencontek, dan untuk yang sudah menyelesaikannya bisa langsung berdiri dan keluar ruangan lebih dulu" lanjutnya sambil membagikan kertas ujian pada setiap peserta.

Semua peserta mulai menatap kertas ujian dengan serius, tak ada yang saling menoleh karena di ruangan tersebut setidaknya ada lima orang pengawas selain pengawas utama yang menatap setiap gerak-gerik para peserta ujian.

Ternyata soal ujian tersebut adalah soal matematika, kimia, dan juga fisika. Sementara dua soal lainnya ilmu adalah geologi. Kurang dari dua puluh menit berlalu Keiko sudah berdiri dan menyerahkan lembar ujiannya ke pengawas inti sebelum meninggalkan ruangan ujian. Semua mata tertuju padanya, karena dirinya orang pertama yang menyelesaikan soal tersebut.

Hampir menjelang sore ujian seleksi berakhir, sebab selain banyaknya peserta juga panitia mengadakan ujian dua kali untuk setiap kelompok.

"Baiklah untuk hari ini kita akhiri sampai disini dan pemberitahuan kelulusan akan diumumkan dalam dua hari lagi. Jadi sampai jumpa dan persiapkan mental kalian ketika waktu itu tiba!" seru ketua pelaksana menutup serangkaian acara ujian seleksi hari ini.

"Ughh... Lelahnya," gumam Keiko untungnya panitia berbaik hati memberikan setiap peserta sebungkus roti dan sebotol air mineral untuk mengganjal perut mereka. Meski sebagian besar ada yang masih kurang kenyang karena terbiasa makan dengan porsi banyak, tapi berbeda dengan Keiko yang sudah terbiasa menahan lapar.

Keiko pulang hampir menjelang malam, karena dia mampir dulu ke sebuah kedai makanan untuk sekedar membantu mencuci piring agar mendapatkan upah meski hanya dengan makanan sisa semata.

Dan dua hari kemudian, siapa sangka ketika pengumuman hasil seleksi ternyata Keiko berada di urutan pertama peserta dengan perolehan yang nyaris sempurna dan dengan hasil ini dirinya berhak mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah menengah.

"Hiks... Hiks... Aku tak menyangka anak-anak yang selalu membuat panti ini terasa lebih berwarna satu persatu mulai pergi," ucap Suster Mei sambil menangis memeluk erat tubuh Keiko. Karena meski dia selalu cerewet terhadap Keiko maupun Ayumi, dia begitu menyayangi keduanya.

"Sudahlah Suster Mei, jangan terlalu bersedih, karena bagaimanapun itu juga untuk masa depan Keiko. Jadi kita harus mendukungnya," ucap Suster Mia saudara kembarnya Suster Mei yang memang sudah lama mengabdi cukup lama dipanti asuhan tersebut.

"Yang dikatakan Suster Mia benar. Jaga dirimu baik-baik Kei dan teruslah berjuang karena semua ini hanyalah awal dari perjuangan panjangmu," ucap Kepala Panti memberi semangat sekaligus wejangan pada anak asuhnya itu.

"Semuanya terimakasih telah merawatku selama ini. Saya berjanji tidak akan pernah melupakan kebaikan dan keramahan kalian semua, sebab kalian adalah bagian dari keluargaku dan bila ada libur panjang akan diusahan untuk pulang kemari. Karena panti ini juga rumah bagiku" ucap Keiko sambil terus berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh.

"Suster Mei dan juga Suster Mia maafkan Keiko yang selalu bikin repot anda berdua, tapi kalian selalu dengan sabar memberi arahan terbaik untuk diri ini. Terimakasih..!" Lanjut Keiko. Mengucap salam perpisahan, dadanya mulai terasa sesak air matanya mulai merembas di sela-sela kelopak mata. Mungkin ini juga yang dirasakan oleh Ayumi ketika hendak berpisah dengan semua orang yang ada di panti yang telah menjadi bagian dalam hidup mereka.

Dan pada hari itu juga, Keiko berkemas untuk pergi ke ibukota negara bamboo. Dia dan dua anak lainnya berangkat bersama para pengawas ujian seleksi kemarin menggunakan kereta api.

"Hey.! Kau kan yang meraih peringkat pertama di ujian tiga hari yang lalu? Perkenalkan namaku Chen Li," ucap seorang anak laki-laki baru saja datang dan langsung memperkenalkan dirinya.

"Salam kenal juga, namaku Keiko" timpal Keiko yang membalas juluran tangan anak tersebut.

"perkenalkan aku namaku Hao Cun, aku adalah anak kepala desa selatan di distrik daun" seru anak satunya lagi yang bertampang ketus.

"Aku tak menyangka bisa dikalahkan oleh anak panti asuhan sepertimu yang pastinya hanya diberi makan seadanya atau mungkin makanan sisa, tapi aku yakin kau cuman beruntung saja saat ujian tempo hari" lanjutnya sambil memandang rendah Keiko, dirinya seperti tidak mau menerima telah dikalahkan oleh orang semacam Keiko.

"Ya salam kenal juga," timpal Keiko yang tidak ingin menimpali terlalu jauh perilaku arogan bocah tersebut.

"Wow..! Besar sekali bangunannya dan juga nampak megah semua!"

"Sangat ramai.!"

Ucapan itulah yang keluar ketika kedua anak itu sudah turun dari gerbong kereta yang membawa mereka, dimana membutuhkan waktu hampir sepuluh jam perjalanan. Kedua bocah laki-laki tersebut ternganga saking takjubnya melihat pemandangan kota besar macam ibukota ini. Padahal waktu sudah tengah malam tapi masih terlihat ramai seperti orang-orangnya tidak pernah tidur saja.

Beberapa menit kemudian sebuah bus sekolah menghampiri mereka untuk menjemput dan langsung mengantarkan mereka ke tempat tujuan utama yang berada di wilayah bagian tenggara ibukota.

Sementara di sebuah ruangan seorang wanita yang hampir menginjak usia lebih dari 50tahun tengah duduk di belakang meja kerjanya sambil memegang sebuah dokumen yang baru saja dibuka dari sebuah kotak berukuran sedang dengan ukiran naga.

"Dia sudah pergi ke ibukota untuk bersekolah di sana dan itu berarti tugas saya untuk merawatnya sudah selesai. Jadi saya mohon berikan lagi donatur yang sudah tuan tahan selama lebih dari satu dekade, sebab finansial kami sudah sangat kepayahan selama periode tersebut," ucap perempuan yang tidak lain adalah kepala panti asuhan tempat Keiko tinggal selama ini.

"Tenang saja aku akan menepati janji kita, dan sebagai Ucapan terimakasih karena telah merawat Keiko selama ini. Aku akan memberi kompensasi tiga kali lipat, sekali lagi terimakasih untuk kalian semua," ucap pria yang ada di sebrang telpon tersebut.

"Terimakasih Tuan, semoga anda selalu diberi kesehatan dan bisnis anda semakin lancar," seru Ibu ketua panti dengan sangat senangnya.

"Hoho..! Sama-sama, lagi pula bagaimana pun kita dulu adalah teman masa kecil dan juga negara Bambu juga termasuk dalam wilayah bisnisku," ucap pria tersebut.

Siapakah pria yang dipanggil Tuan oleh kepala panti? Dan apa hubungannya dengan Keiko, bila kalian penasaran terus ikuti perkembangan alur cerita ini.

#Jangan lupa tinggalkan jejak seperti like or comen, dan bila mampu kasih tips poin ataupun koin.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2023-03-24

1

mochamad ribut

mochamad ribut

up up

2023-03-24

0

Mutia Kim🍑

Mutia Kim🍑

bagus bgt nama desa dan negaranya, distrik daun dan bambu 😁

2022-11-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!