Anton masih harus menghabiskan waktu tiga hari lamanya sampai akhirnya diizinkan untuk pulang.
"Aku hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil sendirian, ada dua kamar disana, jadi nanti kamu bisa menempati kamar yang satunya. Tapi maaf kalau tempat tinggalku nanti kurang nyaman untukmu...."
"Tidak apa-apa, sudah diizinkan tinggal disana saja aku sudah sangat berterimakasih..."
Mendengar penjelasan Anya, tiba-tiba Anton menyadari sesuatu.
"Anya, bagaimana dengan biaya perawatanku selama dirumah sakit? Berapa jumlahnya dan bagaimana kita membayarnya? Apa kamu juga yang membayarnya Anya?"
Jujur, Anton sangat khawatir jika terlalu banyak membebani Anya. Apalagi jika itu diluar kemampuan Anya.
"Kamu tenang saja. Bukan aku yang membayarnya. Kemarin ada seorang dermawan yang dengan sukarela menanggung biaya perawatanmu..."
"Seorang dermawan? Siapa dia? Bolehkan aku tahu atau bertemu dengannya?"
"Tidak perlu, dia memintaku untuk merahasiakan identitasnya..."
Begitulah Anya dengan cepat mengarang cerita, membuat kebohongan lalu menutupinya dengan kebohongan lain. Anya tak mungkin berterus terang tentang uang biaya pengobatan Anton yang memang cukup besar jumlahnya dan harus dia bayar dengan tubuhnya.
"Baiklah kalau begitu terimakasih banyak Anya dan tolong sampaikan juga rasa terimakasihkubpada orang itu..."
"Baiklah, nanti akan kusampaikan...sekarang bersiaplah, kemungkinan nanti sore kamu sudah diperbolehkan pulang..."
Anton sudah bisa mandi dan berganti baju sendiri di kamar mandi, meski masih dengan duduk di kursi roda. Beberapa hari belakangan Anton berusaha keras untuk belajar melakukan kegiatan pribadinya tanpa dibantu perawat, sebab nanti dia tak ingin merepotkan Anya.
Anya lalu membantu Anton mengemasi barang bawaannya yang tidak banyak. Selama dirumah sakit Anya sempat membelikan Anton beberapa potong baju juga beberapa keperluan pribadi lainnya. Agak risih sebenarnya saat Anya harus memilih barang-barang pribadi untuk lelaki yang bahkan tidak dikenalnya.
"Sudah selesai? Nanti setelah dokter datang untuk memeriksa baru kamu diperbolehkan pulang, sekarang makan dulu ya?"
"Baiklah.."
Anton lalu memyantap makanan jatah dari rumah sakit dengan lahabnya. Makanan itu mungkin sedikit hambar, tapi Anton bisa menikmatinya dengan hati yang tenang. Tapi bagaimana nanti kalau setiap hari dia harus makan dari pemberian Anya? Apa masih bisa setenang ini?
"Aku tinggal di sebuah daerah perkampungan yang cukup padat penduduk, mungkin para tetaggaku nanti akan penasaran dengan kehadiranmu. Mari kita sepakati sebuah skenario sebagai jawaban. Aku akan bilang bahwa kau adik adik laki-lakiku yang datang dari kampung untuk berobat..."
"Baiklah aku mengerti, semoga kamu tidak terken masalah karena kehadiranku nanti..."
"Tenanglah, tidak akan ada masalah dan jangan sungkan-sungkan, anggap saja kita saudara sungguhan...."
Setelah dokter datang untuk memeriksa kondisi Anton untuk terakhir kalinya, akhirnya Anton benar-benar diizinkan untuk pulang. Meski bagi Anton, dirinya tidak merasa akan pulang, melainkan pergi menumpang ke tempat wanita asing yang berbaik hati menolongnya.
Anya memesankan taksi online untuk Anton sedangkan dirinya sendiri tetap naik motor matic. Anton masih kesulitan jika harus membonceng motor dan karena tidak ada yang menemani, Anya menitipkannya pada pengemudi taksi online untuk membantunya selama dirinya tidak ada.
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke rumah. Anya sudah sampai lebih duku sehingga bisa membantu Anton turun dan duduk di kursi rodanya kembali.
"Selamat datang, mulai sekarang anggap saja ini rumahmu sendiri. Aku menyiapkan kamar di belakang untukmu, semoga kamu bisa nyaman selama tinggal disini..."
Anton masuk dengan didorong Anya. Pandangannya menyapu seluruh sudut ruang yang akan jadi tempat tinggalnya. Tanpa sadar air matanya menetes perlahan.
"Terimakasih banyak Anya...sungguh aku berhutang banyak padamu..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Lesly Manurung
GPP Anton, yg penting kesehatan mu segera pulih
2022-11-26
0