19. Hukuman dan Sumpah

Shota akhirnya sadar juga setelah agak lama terbaring di sana. Ia mulai membuka matanya, pemandangan yang terlihat sangat asing. Ia tak mengerti dengan apa yang terjadi hingga akhirnya ia bisa terbaring di sana. Ia benar-benar tidak paham.Yang ia tahu hanyalah ia sekarang berada di sana sendirian.

Dengan memaksakan dirinya ia duduk melihat hamparan pohon yang terlihat sangat indah itu. Ia kemudian mengingat saat dimana ia hilang kesadarannya. Saat itu , ia berdebat dengan Ryu. Ia mengatakan segala yang ada dipikirannya. Terutama sekali mengenai penyesalan telah membunuh suami dari sahabatnya.

Walaupun sebenarnya ia sangat membencinya, tapi entah kenapa waktu itu ia bisa membunuhnya bahkan hampir membunuh sahabatnya juga. Ia ingat saat itu ada seseorang yang menolong sahabatnya itu. Sambil mengingat semuanya, ia merebahkan dirinya kembali sambil melihat langit yang tertutup awan.

Pedang yang dulu pernah ia gunakan untuk membunuh sudah tidak ada lagi, ada kemungkinan telah diambil oleh pria itu. Tubuhnya, entah mengapa terasa lebih ringan dibanding sebelumnya. Saat pertama memegang pedang itu sampai terakhir kali kesadarannya hilang, ia merasakan badannya terasa sangat berat sekali.

Karena dia tak tahu berada dimana sekarang, dengan sangat memaksakan diri , ia berjalan untuk mencari rumah penduduk. Ia benar-benar ingin tahu ia berada di mana sekarang, setidaknya itulah yang ingin ketahui.

Setelah berjalan lama, ia akhirnya sampai di rumah penduduk. Ia merasa aneh dengan pakaian mereka yang terlihat kuno, bahkan bangunannya juga sama kunonya. Nampaknya di sana belum lama ini terjadi sebuah keributan besar. Sebagian rumah penduduk terlihat hancur berantakan.

Saat ia hendak menuju ke salah satu rumah penduduk, tiba-tiba saja ia merasa sangat lemas. Setelah itu, ia ambruk dan tak sadarkan diri. Mungkin karena terlalu lelah dia akhirnya pingsan.

***

Ryu menuju ke tempat dimana dia dulu tewas saat bertarung melawan penyihir . Ia melihat bagaimana pedang itu tertanam. Sungguh sangat mengenaskan dirinya yang dulu. ia tidak ingin mengalami hal yang sama seperti dahulu . Jika diingat itu rasanya sungguh menyedihkan sekali.

Hari itu, adalah hari yang sial sekali. Walaupun penyihir itu juga mati tapi rasanya tetap menyakitkan sekali. Ia tak menyangka hari itu ia berhadapan dengan seseorang yang ternyata bisa membuatnya tewas. Ia bisa kembali hidup sebenarnya adalah karena perjanjian yang dulu pernah ia buat dengan "tuannya" itu. Sebuah perjanjian yang membuatnya bisa memanggil naga yang entah darimana itu.

Saat tewas , sebuah pedang yang menyegel "tuannya" itu tertanam diperutnya. Ia melihatnya dengan jelas walaupun ia sudah menjadi sosok makhluk halus. Ia tak bisa melawannya karena dirinya tidak bisa menembus apapun lagi . Setelah melihat perutnya tertusuk, ia melihat dengan jelas penyihir itu tewas setelahnya.

Sayangnya sekarang bukan waktunya untuk meratapi nasibnya dahulu. Kali ini ia ingin meratakan Magidia, ia melihat ke tempat dimana ia tewas dulu untuk membakar semangatnya.

***

"Aku dimana?" dengan suara yang lemah Shota berkata. Ia ingat tadi hilang kesadaran saat berada di jalanan tapi sekarang ia berada di sebuah kamar yang terlihat sederhana.

"Kamu sudah sadar ya? Tadi aku menemukanmu di jalan. Untunglah rumah ini tidak hancur seperti yang lain. Kalau misalnya ikut hancur juga mungkin sekarang kamu di jalan," jawab seseorang yang duduk dipinggiran kasur itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan tempat ini? Aku melihat banyak kehancuran."

"Ada seseorang yang telah mengobrak-abrik desa kami. Aku tidak tidak mengenal mereka, aku juga tidak tahu mengapa dia melakukannya. Mukanya terlihat sangat gembira saat dia melihat kehancuran yang dia lakukan. Sungguh jahat apa yang dia lakukan. Aku berharap dia mendapat balasan yang setimpal," orang itu terlihat sangat kesal dengan kelakuan orang itu.

Shota hanya terdiam saja, ia mengingat dirinya yang pernah membunuh seseorang. Ia merasa menjadi orang yang paling jahat sekarang. Ia merasa dirinya tidak pantas untuk hidup.

Saat sedang memikirkan tentang betapa buruknya dirinya, tiba-tiba saja seseorang yang lain masuk dan menatapnya dengan sangat tajam . Dari wajahnya terlihat ada kemarahan yang meluap. Tiba-tiba saja ia membuka sarung pedangnya itu. Menyadari hal itu, orang yang telah menyelamatkan Shota segera mengajaknya keluar.

"Kamu kenapa seperti orang kesetanan? Apa yang sudah terjadi?"tanya orang itu.

"Dia itu orang jahat! Aku melihatnya dia membunuh banyak orang. Dia juga telah membunuh temanku yang berharga! Aku ingin membalasnya! Aku ingin membunuhnya!" kata orang itu

"Apa kau yakin bahwa dia orangnya?"

"Aku sangat yakin, aku melihatnya dengan mataku sendiri," dia berkata kemudian masuk dan membuka sarung pedangnya.

"Kau harus mati , pembunuh!" kata orang itu dengan amarah yang meluap-luap. Shota hanya pasrah, mungkin selama dia tak sadarkan diri tubuhnya terlalu banyak berbuat dosa kepada orang lain. Mungkin mati adalah hukuman yang tepat untuk untuknya.

"Sebentar, sebelum kau membunuhnya alangkah baiknya kita bertanya dulu kepadanya. Apakah kau adalah benar seorang pembunuh?" tanya orang yang tadi menolongnya.

"Mungkin saja. Aku tidak tahu apa yang ku lakukan selama ini aku tidak tahu . Kesadaran ku diambil alih. Tapi kalau misalnya kamu mau membunuhku aku tidak masalah. Aku pantas untuk mendapatkannya," dengan santai Shota berkata. Ia sama sekali tidak memberikan sanggahan. Mendengarnya, orang yang hendak membunuhnya merasa enggan. Ia bisa memaklumi mengapa ia membunuh sahabatnya itu.

"Aku pegang ucapan mu. Kalau kamu berbohong aku akan langsung menebas kepalamu. Biar nanti mayat mu jadi santapan anjing liar."

"Kenapa tidak sekarang saja? Aku malah merasa sangat berterimakasih jika kau membunuhku sekarang."

***

"Kenapa semua bisa jadi begini? Kenapa?" sambil bertanya, seseorang yang berpakaian bagus sekali itu menatap istana yang telah hancur itu.

"Semuanya kehendak Dewata," jawab seseorang yang berada disampingnya itu.

"Kenapa Dewata begitu kejam? Apa yang telah ku perbuat hingga Dewa memberikan kehancuran kepada negeri ini?" saat berkata kepada seseorang yang berada disampingnya, pria berpakaian bagus itu terlihat sangat frustasi, ia terlihat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.

"Yang terpenting sekarang kita harus memperbaiki apa yang telah hancur. Sekarang tuan akan segera menjadi raja baru. Tidak perlu melihat kebelakang, hal-hal yang terlihat menyedihkan akan menjadi penghalang terbesar bagi tuan untuk memerintah negeri ini kedepannya.

"Aku ini hanya manusia biasa. Apa yang salah jika aku menggunakan perasaanku? Apakah itu terlarang?"

"Tidak sama sekali. Tidak ada yang salah dengan itu semua. Tapi bagaimanapun juga ada rakyat yang butuh tempat berlindung."

"Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku. Aku bersumpah akan membalas perlakuan orang yang telah menghancurkan negeri ini. Sebelum dia hancur aku tidak akan naik pelaminan tahta," dengan perasaan yang bercampur aduk dia berkata begitu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!