4. Kekuatan dan Keinginan

"Bagaimana? apa kamu sudah siap? Hari ini juga kamu bisa membalaskan penghinaan yang pernah kamu rasakan. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Bahkan dengan sekali tebas saja kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau," sosok yang di selimuti asap itu berkata. Suaranya dipenuhi kelicikan.

Mentari pagi yang datang seperti biasa memberikan ingatan kepada Shota akan masa lalunya. Sesuatu yang dulu rasanya tidak mungkin itu sekarang terwujud . Dia tak tahu kekuatan apa yang terasa begitu kuat mengalir ke dalam dirinya. Dia juga sebenarnya juga tidak tahu mau diapakan kekuatan itu setelah ia mendapatkannya, padahal sebelumnya ia tampak sangat menginginkan kekuatan yang tak pernah ia ketahui sebelumnya.

"Aku siap, kapan saja aku akan menghancurkan mereka. Jadi, menurutmu kapan waktu yang tepat?" walaupun tak tahu, namun rasa marah yang telah menguasai membuatnya terus maju walaupun hatinya terus berkata untuk tidak melakukannya.

Masih segar dalam ingatannya saat dirinya terusir . Ia bahkan tak tahu kesalahannya dimana. Tak ada yang membelanya sama sekali. Orang jahat seperti mereka tidak pantas hidup. Apapun konsekuensinya dia ingin terus maju walaupun hatinya tidak menginginkan hal demikian.

"Aku pikir waktu yang tepat adalah sekarang," jawab sosok itu. Semakin cepat rasa marah dilampiaskan rasanya itu akan lebih baik .

"Kalau begitu, aku ingin sekarang."

"Baiklah kalau begitu," sosok itu tak keberatan. Ia kemudian merubah wujudnya menjadi wujud manusia yang memiliki wajah tampan dengan rambut yang terlihat keren.

Saat melihatnya berubah wujud, Shota terkejut melihatnya, Ia merasa seperti melihat pesulap yang pernah ia tonton di tv yang kebetulan terlihat dari luar.

"Jangan heran. Aku melakukannya karena tidak ingin ada seseorang yang melihat wujud yang katanya mengerikan seperti tadi. Aku hanya ingin menyaksikan pembalasan dendam mu secara lebih dekat saja," jawabnya santai.

"Sekarang pegang tanganku, aku akan mengantarmu ke tempat dimana kamu akan mengubah penghinaan dengan kekuatan yang kamu peroleh," Shota segera menaruh tangannya di atas tangan sosok itu.

"Pejamkan matamu , jangan buka sebelum aku perintahkan!" katanya lagi.

"Sebelum aku menutup mata boleh aku bertanya?"

"Silahkan."

"Namamu siapa? Aku bingung harus memanggilmu siapa. Dari semalam kamu hanya mengajari aku menggunakan pedang itu saja. Tanpa memberitahu siapa kamu sebenarnya."

"Panggil aku Ryu . Mengenai diriku yang sebenarnya nanti kamu juga akan mengetahuinya," jawabnya sambil tersenyum tipis. Ia tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan semacam itu saat sedang serius.

"Kalau begitu, aku akan menutup mataku," Shota setelah selesai mengatakannya langsung menutup mata.

Tak lama setelah ia menutup matanya, ia merasa sekelilingnya sedikit bergetar. Ia tak tahu kenapa, lagipula ia tidak berani membuka matanya . Lebih baik mencari tahu saja nanti saat matanya sudah boleh terbuka.

"Sekarang buka matamu!", saat mendengar perintah itu, Shota segera membuka matanya kembali. Ia tak mengerti mengapa ia tiba-tiba berada di tempat dimana ia pernah tinggal dulu.

"Sekarang kau boleh melakukan apa yang ingin kamu lakukan. Balas perlakuan mereka kepadamu. Puaskan rasa marah yang membelenggu hingga kau puas!"

***

Yagami akhirnya dengan berat hati meninggalkan Aya-san sendiri. Ia sebenarnya tidak tega melihat kondisinya yang lemah setelah memulihkan hutan yang mendapat serangan dari Naga semalam. Ia masih ingin di sana setidaknya sampai Aya-san benar-benar pulih. Sambil membawa sebuah pedang yang merupakan warisan Renn ia pergi.

Ia mengamati pedang itu sebelum akhirnya ia membuat pedang itu menghilang dari hadapannya. Bukan menghilang sebenarnya, hanya saja Yagami membuatnya akan muncul sendiri saat ia memanggilnya. Satu kelebihan yang membuatnya senang menjadi penyihir adalah ia tidak perlu membawa barang-barang. Hanya dengan sedikit mantra saja ia bisa menyembunyikan barang yang ia punya kemudian dengan sesuka hati ia bisa memanggilnya. Tanpa perlu waktu lama, benda itu akan muncul dengan sendirinya.

"Jaga baik-baik pedang ini. Aku sebenarnya tidak tahu apa kegunaannya secara pasti. Yang jelas pedang ini adalah benda kesayangannya Renn semasa hidupnya. Aku rasa ini akan berguna untukmu," Yagami sedikit mengingat apa yang dibilang oleh Aya-san sebelum ia melepaskan benda yang menjadi peninggalan Renn, ia pasti sangat berat melepasnya. Mau bagaimanapun juga ia terlihat masih ingin memegang pedang yang kini telah jadi miliknya itu untuk waktu yang lama.

"Apa tidak masalah jika pedang ini jadi milikku? " Suaranya Yagami waktu menerimanya terlihat merasa tidak enak saat menerimanya. Walaupun dalam hati ia merasa sangat senang mendapat pedang baru. Setidaknya tidak perlu payah mengucap mantra saat memanggil pedang api yang biasa selalu berjuang dengannya. Senyum di wajahnya ia tahan agar suasana yang terbangun jadi lebih mantap.

"Ku pikir selama di gunakan untuk menumpas kejahatan aku tidak merasa keberatan. Lagian juga aku tidak bisa menggunakan pedang ini. Daripada tidak digunakan aku pikir jika kamu memilikinya itu lebih baik," wajahnya terlihat begitu yakin.

"Baiklah kalau begitu. Aku menerimanya, aku akan menggunakan pedang ini sesuai harapanmu," Saat mengambil pedang itu, terlihat wajahnya sumringah walaupun raut mukanya masih menunjukkan rasa tidak enak.

Kalau pedang biasa sih mungkin ia akan biasa saja, yang ini termasuk istimewa baginya. Ia dulu pernah ada rasa ingin saat diberi tahu kegunaannya. Tapi ia simpan saja di dalam hati karena dulu ia merasa tidak mungkin.

Pedang itu istimewa menurutnya karena bisa meningkatkan energi sihir berkali-kali lipat tanpa perlu energi yang besar. Dengan itu ia tidak perlu merasa kelelahan saat harus menghadapi musuh yang kuat. Bagaimanapun keinginannya untuk hidup normal, ia tetap harus bertarung untuk menumpas kekuatan yang disalahgunakan demi ambisi yang merugikan banyak orang. Sebenarnya ia malas , tapi ia tetap harus menjadi pahlawan bagi orang-orang yang tidak punya kekuatan.

Setelah pedang itu menghilang, Yagami memanggil miniatur motor . Bukan miniatur biasa, yang ini bisa membesar ke ukuran sepeda motor pada umumnya. Penyihir terbang menggunakan sapu lidi bukan gayanya. Ia pikir itu sudah terlalu kuno. Biar penyihir, tapi tetap harus menyesuaikan zaman.

Perbedaan yang mencolok dengan motor biasa adalah bahan bakarnya, yang ini harus menggunakan energi sihir yang cukup untuk bisa membuatnya tetap berjalan sebagaimana kendaraan lainnya. Kemarin sebenarnya saat sebelum pingsan ia ingin menggunakannya, tapi karena perutnya kosong di tambah harus melawan monster ia tak bisa menggunakannya karena tidak punya energi yang cukup.

Dengan santainya ia berkendara, menikmati kondisi alam yang jauh berbeda dengan di akademi sihir. Rasanya angin yang berhembus ikut menemaninya, semuanya berjalan sesuai keinginannya. Hanya saja saat berada di sebuah jalan, ia melihat ada kejadian yang benar-benar menarik baginya. Tanpa menunggu lama ia segera mendatangi tempat itu .

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!