Vs Majutsu
"Menarilah dengan indah wahai api yang membara ditangan ku. Muncullah wahai pedang api," Setelah selesai berucap, dalam hitungan detik saja pedang yang entah dari mana muncul ditangannya Yagami. Segera ia menebas monster berbentuk setengah iblis dan juga setengah naga itu. Setelah berteriak kesakitan, monster itu langsung lenyap tanpa sisa.
Sudah sekitar setengah tahun sejak diperbolehkan meninggalkan Akademi oleh gurunya tercinta Yagami terus membantai monster yang ia sendiri tidak mengerti makhluk apa itu , yang jelas mereka menyerang manusia yang tidak bersalah. Sebenarnya, saat belajar di Akademi, tidak ada penjelasan mengenai monster yang terus menerus menyerang tanpa kenal ampun.
Akhirnya selesai juga pertarungan yang terelakkan. Dia bernafas lega, pedang api yang muncul kemudian menghilang dengan sendirinya. Rasanya kali ini untuk pertamanya ia bertarung sambil di tonton banyak orang.
Sungguh rasanya tidak menyenangkan. Biasanya saat monster muncul para penduduk akan berlari tunggang langgang tanpa memperhatikan apapun. Selama mereka selamat apapun yang terjadi mereka tak peduli. Ada apa dengan penduduk disini? Kenapa mereka tidak takut?
***
Matanya entah kenapa terasa berkunang-kunang. Tubuhnya juga rasa tidak mampu menahan dirinya lagi. Dalam sekejap ia jatuh dan hilang kesadaran. Rasanya semua yang ia lihat hanyalah kegelapan semata.
Tanpa sadar Yagami terjatuh diantara pepohonan yang sedang menghembuskan angin lewat daun-daun yang lebat. Ia seperti diperintahkan tidur oleh semesta yang tahu betapa lelahnya dirinya bertarung tanpa henti melawan monster yang sama sekali tidak pernah ia ketahui secara pasti tujuan mereka.
Kadang ia merasa lelah, tapi di satu sisi entah mengapa rasanya senang sekali bisa membantu orang lain . Bukan berarti ia senang dengan kehadiran makhluk semacam itu. Ia dulu saat ingin pergi dari Akademi berkata kepada gurunya bahwa ia ingin menjalani kehidupan normal tanpas sihir. Ternyata kenyataan berbeda dengan impian. Mungkin saatnya untuk menggunakan ilmu sihir telah tiba .
***
"Akhirnya bangun juga," Yagami kaget saat terbangun ia sudah berpindah tempat . Seingatnya tadi ia berada di pinggir hutan tapi kenapa sekarang berada di sebuah rumah ? Dan lagi di depannya terdapat wanita muda .
"Jangan takut. Aku tidak akan berbuat yang aneh-aneh," Wanita itu bersyukur karena pria yang didepannya telah siuman. Ia berucap begitu karena ia menangkap kecurigaan diwajahnya.
"Aku dimana?" sambil mencoba menenangkan diri Yagami berkata.
"Di rumahku," jawabnya.
"Apa aku berada di desa?"
"Kamu di dalam pohon di hutan sekarang."
"Serius? Di dalam pohon? Kamu sedang tidak bercanda?" Yagami bangkit dari tidurnya. Ia benar-benar tidak mempercayai, rasanya seperti sudah diluar nalar.
"Kamu tidak percaya? Ayo kita buktikan!" Nadanya santai menjawab ucapan Yagami. Dia tidak marah sama sekali saat ucapannya tidak dipercaya.
Saat mereka keluar Yagami baru percaya . Mantap juga perempuan ini, bisa membuat rumah tanpa merubuhkan pohon yang terlihat besar sekali itu. Saat melihatnya sendiri ia benar-benar bingung harus berkata apa.
"Keren. Ini seriusan? Aku sedang tidak bermimpi kan?"
"Yang kamu lihat itu kenyataan."
"Oh ya aku hampir lupa. Namamu siapa?"
"Ayano Kojima. Panggil aku Aya saja. "
"Aya-san , bagaimana kamu membangun semua ini?"
"Sihir. Kau bisa menciptakan segala keajaiban dengan sihir ."
"Eh, Aya-san penyihir ?" Yagami kaget.
"Kamu juga kan? Aku mengenali liontin kalung yang kamu pakai," jawaban yang sangat mengejutkan. Liontin kalung yang dipakai oleh Yagami adalah simbol dari dari Akademi sihir yang telah menjadi rumahnya sendiri. Dan letaknya juga dirahasiakan.
"Mengetahui dari liontin kalungku?"
"Dulu aku pernah punya teman yang memakai liontin persis denganmu. Tapi sayangnya dia telah meninggal. Bagaimanapun hebatnya sihir, ia takkan mampu melawan takdir yang telah ditentukan. Dia orangnya baik, perhatian dan dia juga yang mengajariku sihir. Makanya aku menolong mu saat aku menemukanmu tidak berdaya di pinggiran hutan. "
"Tadi mungkin aku pingsan karena lapar. Ditambah lagi aku menggunakan terlalu banyak energi sihir untuk melawan monster yang aku sendiri tidak tahu mereka siapa."
"Kamu lapar? Aku punya beberapa lembar roti yang bisa kamu makan ."
"Apa tidak merepotkan?" Sebenarnya Yagami ingin , tapi rasa agak gimana juga kalau langsung menyetujui omongannya Aya-san itu.
"Santai saja, jangan takut. Anggap saja rumah sendiri. Jangan malu begitu."
***
Malam yang sepi, bintang-bintang terlihat malu diantara pepohonan yang sangat rimbun. Sambil memegang liontin yang berbentuk tengkorak itu Yagami membayangkan hari-hari yang indah di Akademi yang letaknya terpencil di tengah pegunungan. Sebenarnya untuk dibilang Akademi juga tidak bisa, hanya saja gurunya selalu mengatakan itu.
"Kenapa kamu tidak masuk ke dalam ? Malam semakin larut. Nanti kamu bisa sakit," Aya-san yang melihat Yagami sendirian langsung mendekatinya.
"Belum mengantuk. Lagipula aku sudah terbiasa begini. Selama beberapa bulan ini aku selalu tidur di ruangan terbuka selama memungkinkan. Aya-san sendiri kenapa betah tinggal sendirian disini? Bukannya lebih enak tinggal bersama warga desa?"
"Mungkin kelihatannya menyenangkan. Tapi sampai sekarang aku ingin tinggal disini sendirian. Mungkin sampai mati. Aku tidak ingin pergi dari sini apapun yang terjadi."
Yagami ingin bertanya tapi takut hal itu akan membuat orang yang telah menolongnya itu jadi sedih. Apapun itu , dia jelas punya alasan yang kuat untuk itu. Dalam hati, Yagami mencoba menduga apa alasan sebenarnya Aya-san tetap tinggal sendirian ditengah hutan yang sepi.
"Kadang rasanya ingin sekali aku tinggal di sana. Hanya saja aku tidak bisa melakukannya. Aku sudah terlalu nyaman disini," lanjut Aya-san. Memang sih kenyamanan adalah kunci , mau tinggal dimana pun kalau tidak nyaman percuma.
Yagami tidak tahu harus berkata apa. Sebenarnya ada beberapa hal yang mengganggunya tapi dia mengurungkan niatnya untuk berkata. Takut hal itu tidak disukai lawan bicaranya.
"Aku melihatmu tadi bertarung, aku rasa itu keren. Penyihirir yang menggunakan beberapa Elemen aku pernah mendengarnya. Tapi katanya hanya beberapa orang saja yang bisa," Daripada bingung harus berkata apa, ucapan itu keluar sendiri dari mulut Aya-san.
"Mungkin. Tapi sebenarnya aku kurang menguasai sihir lainnya. Terutama sekali mengubah sesuatu menjadi sesuatu seperti yang dilakukan penyihir lain. Aku benar-benar payah sekali. Aku pikir aku bukan penyihir karena hanya menguasai sihir untuk bertarung saja," Yagami membuat pengakuan.
"Aku pikir itu tidak menjadi soal. Selama kau punya kekuatan untuk melindungi dunia , kau masih pantas disebut penyihir."
"Kalau Aya-san sihir apa yang kau kuasai?"
"Kalau aku bisa sihir penyembuhan. Aku juga bisa mengubah sesuatu sesuai keinginanku , cuma memang butuh belajar lagi karena kadang meleset juga."
"Aya-san kenal dengan Renn?"
"Kenapa rupanya?"
"Aku penasaran dengan ceritamu kemarin ditambah lagi dengan perkataan tadi. Kalau dipikir orang yang punya sihir penyembuhan itu Renn , dia bisa juga sihir yang bisa mengubah sesuatu walaupun tidak pandai."
"Kamu kenal dengan dia?"
"Walaupun umurnya lebih tua, tapi aku menganggap dia seperti kakak sendiri. Dia yang selalu memberi semangat disaat aku benar-benar menyerah dan lelah dengan semuanya. Suatu hari, dia menghilang dari Akademi. Aku sendiri tidak tahu penyebabnya."
"Maaf, dia sudah meninggal karena aku. Waktu itu aku juga belum pandai menggunakan sihir penyembuhan."
"Dia orangnya memang seperti.itu, selalu ceroboh dalam berbuat. Sepandai-pandainya sihir penyembuhan, kalau sudah waktunya meninggal siapapun tidak bisa mencegah. Itu sudah menjadi takdirnya," Suaranya terdengar agak sedih, cuma dia berusaha berpikir positif.
"Kamu tidak marah kepadaku?"
"Untuk apa? Aku membunuhmu juga tidak akan membuatnya hidup lagi. Lagipula ini bukan salahmu, takdir kita sudah ditentukan sebelum kita terlahir di dunia. Jangan bersedih atas kepergiannya. Jangan buat dia menyesal di alam sana. Kalau kamu sedih, dia tidak akan bahagia berada di sana ," tanpa sadar Yagami berkata begitu. Saat tersadar akan ucapannya ia merasa bukan dirinya yang berucap. Gila, keren kali ucapannya, dalam hati ia berkata kepada dirinya sendiri.
"Aku tahu dia orangnya seperti apa soalnya dari kecil aku sudah mengenalnya. Dia bukan tipe pendendam, lagipula jangan terus merasa bersalah. Jangan buat dia menderita," lanjut Yagami .
"Kalau begitu, apa boleh aku menitipkan permintaan maaf kepadanya melalui dirimu?"
"Gunakan kekuatan yang diberikan padamu dengan baik, ia pasti akan memaafkanmu. Besok aku akan melanjutkan perjalanan. Aku tidak tahu mengenai monster itu, tapi pasti ada sumber kekuatan yang menyebabkan monster seperti tadi muncul. Aku tidak akan puas sebelum menghilangkan sumber kekuatan itu."
"Apa kau tau dimana letak pastinya?"
"Tidak sama sekali. Tapi kalau dicari pasti akan ketemu. Aku yakin itu. Aku tahu mungkin bakal seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Hanya saja jika tidak ketemu aku akan selalu penasaran."
"Hmmmm, boleh aku ikut?"
"Aku rasa tidak perlu. Lagipula kau bilang ingin tinggal disini untuk selamanya."
"Aku tadi memang berkata begitu, tapi mungkin aku bisa sedikit membantu. Setidaknya mengurangi rasa bersalahku pada Renn."
"Hilangkan rasa bersalah yang kau punya, itu sudah lebih dari cukup," Yagami masuk ke dalam rumah di dalam pohon itu meninggalkan Aya-san. Sebenarnya ia belum mengantuk, hanya saja ia malas mendengarkan ucapan Aya-san yang sepertinya merasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Like+fav+🌹
Keren ini cerita loh.
Semangat 💪💪
2023-01-24
0