"Menyerahlah, Nona! Kali ini, Nona tidak akan bisa kabur lagi." Salah seorang dari pria berbaju hitam itu berkata dengan penuh percaya diri.
"Sialan! Kenapa kalian menghalangi jalanku?" Tubuh Karina yang awalnya kehilangan tenaga, seolah kembali mempunyai kekuatan saat melihat pria-pria berbadan besar itu di hadapannya.
Akan tetapi, meskipun dia mendapatkan keberaniannya, tetap saja Karina merasa gemetar. Apalagi, kondisi tubuhnya yang terasa lemas karena lapar. Namun, Karina berpura-pura kuat sambil mencari akal. Gadis itu tidak mau tertangkap oleh mereka. Karina tidak sudi jika harus kembali tinggal bersama paman dan bibinya.
Karina tidak mau menuruti keinginan sang paman yang ingin menikahkannya dengan si tua bangka yang pernah ia lihat di hotel saat itu.
Tidak!
Gadis cantik berambut panjang itu menatap ke arah sekelilingnya. Hatinya yang panik bertambah dengan rasa kesal.
"Kenapa di saat aku sedang kesulitan seperti ini, suasana di tempat ini justru sangat sepi? Kemana orang-orang yang biasa lalu lalang di tempat ini?" gerutu Karina.
Sial! Kalau begini caranya, bagaimana aku bisa kabur dari mereka?
Kedua mata Karina menatap ke arah orang-orang itu, kemudian, kembali menatap keadaan di sekitarnya.
"Ayo, Nona. Sebaiknya kamu menurut. Kami akan memperlakukan Nona dengan baik, asalkan Nona mau ikut dengan kami!" Kembali, seseorang yang tadi bicara kepadanya mengeluarkan suara.
Karina berdecih. "Aku lebih baik mati daripada ikut denganmu!" teriak Karina sambil menatap laki-laki berbadan kekar yang tadi berbicara padanya.
"Sebaiknya Nona tidak melawan. Kalau tidak, kami tidak akan segan-segan lagi pada Nona." Laki-laki itu masih menahan amarahnya. Teringat kata-kata bosnya yang melarang mereka melukai gadis itu.
Akan tetapi, jika gadis itu tetap keras kepala, kekerasan adalah jalan keluar paling akhir yang diperbolehkan.
"Bilang pada bos kalian, sampai mati pun aku tidak akan ikut bersama kalian!" Karina masih tetap bersikeras. Kedua netranya melirik ke kanan dan ke kiri, berharap akan ada orang yang lewat ke arah mereka. Namun, hasilnya nihil.
Mulutnya tak berhenti merutuk dalam hati. Kenapa akhir-akhir ini nasibnya sial sekali?
Karina menarik napas panjang. Rasa lelah dan rasa lapar kembali ia rasakan. Akan tetapi, ia harus berpura-pura kuat di depan orang-orang itu. Gadis itu menghitung dalam hati, bersiap-siap kabur untuk meminta bantuan.
*Satu
Dua
Tiga
Go, Karin*!
Karina berlari secepat kilat. Wanita itu menggunakan sisa tenaganya berlari melintasi gang-gang sempit sekitar tempat tinggalnya sambil berteriak minta tolong.
Napasnya hampir terhenti saat tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang hingga membuat dirinya terpental. Karina sudah pasrah, gadis itu memejamkan matanya. Namun, saat tubuhnya akan menyentuh aspal jalanan, sebuah tangan menariknya hingga wajahnya membentur sesuatu yang keras.
Napas Karina naik turun. Tubuhnya terasa lemas, sementara telinganya menangkap suara detak tak beraturan.
Perlahan, Karina membuka matanya. Saat kedua netranya terbuka, ia baru menyadari kalau saat ini wajahnya sedang berada dalam pelukan seseorang.
Wajah pucat gadis itu mendongak, seketika, pandangannya buram.
"Kamu ...." Belum selesai Karina berucap, gadis itu sudah tidak sadarkan diri.
"Hei! Hei, bangun!" Bima menepuk-nepuk pipi seseorang yang baru saja menabraknya. Pria itu mengerutkan dahi, kemudian, tangannya bergerak membuka Hoodie yang menutupi kepala orang itu.
"Kamu!" pekik Bima tak percaya.
"Kenapa aku harus bertemu denganmu lagi?" gerutu Bima. Tangannya masih menepuk-nepuk wajah Karina yang terlihat pucat.
"Bangun, bodoh! Tidak usah berpura-pura lagi!" Bima berteriak kesal, tetapi, gadis berwajah pucat itu masih tak bergerak. Laki-laki itu mengira kalau Karina berpura-pura pingsan.
"Serahkan gadis itu pada kami!" Tiba-tiba sebuah suara terdengar.
Bima menoleh ke arah suara. Di hadapannya, kini terlihat beberapa pria bertubuh kekar yang terengah-engah karena kelelahan. Sepertinya mereka habis berlari, sehingga napas mereka tidak beraturan.
Bima menatap satu persatu pria-pria berwajah kekar itu. Beberapa dari mereka ada yang Bima kenali. Mereka adalah orang-orang suruhan paman Karina.
"Pantas saja gadis ini sampai pingsan. Ternyata dia habis dikejar-kejar orang-orang suruhan pamannya," batin Bima.
"Laki-laki tua itu ternyata belum menyerah juga. Benar-benar brengsek! Beraninya cuma sama perempuan saja." Bima masih menggerutu dalam hati.
"Serahkan dia pada kami!" Seseorang berambut gondrong berbadan tinggi besar berteriak pada Bima.
Bima menatap Karina, menggendong wanita itu tanpa menghiraukan teriakan laki-laki itu.
"Turunkan gadis itu dan serahkan pada kami!" Laki-laki itu kembali menggertak. Amarahnya naik seketika karena pria di depannya itu mengabaikannya.
Pria itu bahkan tidak takut sama sekali dengan gertakannya.
"Bangsat! Kemari kau!" Salah seorang dari kumpulan pria-pria tinggi besar itu kembali berteriak. Dia melangkah mendekati Bima, bermaksud menarik laki-laki yang sedang menggendong gadis incarannya.
"Jangan menyentuhku!"
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Made Elviani
Thor aku mo Bima bersama lg dgn Renata
2022-10-10
0
Bidan Simba
ayo Bima bantu Renata tp usahakan cari pengacara lalu baw abuktinya laporkan pihak polisi dan negara hukum... dalam novel semua gak dilibatkan polisi Krn sllu uang🤣🤔🙏
2022-10-09
2
Tatik R
sudah Bima tolongin dia kasian dikejar kejar ma orang suruhan paman nya
2022-10-09
1