Setelah mematikan ponselnya, Aldrian bergegas melajukan mobilnya berbalik arah menuju rumah sakit yang disebutkan oleh Bima. Pria itu sangat khawatir saat Bima mengatakan kalau dia sudah menabrak seseorang.
Semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Bima dan orang yang ditabraknya.
Aldrian mengendarai mobilnya dengan cepat. Laki-laki itu benar-benar sangat mengkhawatirkan Bima.
Sementara itu, di rumah sakit Harmoni, perempuan yang ditabrak oleh Bima baru saja keluar dari ruang IGD. Beberapa perawat mendorong brankar, mereka memindahkan gadis itu ke ruang rawat inap.
Bima mengikuti langkah para perawat itu dengan hati masih diliputi rasa panik. Dokter baru saja mengatakan kalau perempuan yang ia tabrak itu baik-baik saja. Benturan yang terjadi akibat tabrakan tidak terlalu parah. Oleh karena itu, perempuan itu langsung dipindahkan ke ruang rawat inap.
Beberapa orang perawat sudah membaringkan tubuh gadis itu di atas ranjang rumah sakit. Bima meminta mereka memindahkan wanita itu ke ruang VVIP. Bima ingin, wanita yang ditabraknya itu mendapatkan perawatan dan pelayanan yang bagus dari rumah sakit.
Beberapa saat kemudian, ponsel Bima berbunyi. Laki-laki itu dengan cepat mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya.
"Kamu di mana? Aku sudah sampai di depan rumah sakit." Suara Aldrian terdengar di ujung telepon.
"Aku ada di ruang rawat inap." Bima menjelaskan posisinya saat ini. Sementara itu, Aldrian mengangguk paham di balik telepon.
Bima menutup panggilan teleponnya. Pria itu menatap ke arah ranjang pasien. Kemudian, melangkah mendekati perempuan yang terbaring tak sadarkan diri si sana.
Di kepala perempuan itu terdapat luka perban. Kepalanya terluka karena menyentuh aspal jalanan. Sedangkan di beberapa bagian tubuhnya terdapat luka lecet dan memar yang sudah terlihat membiru.
Bima mengembuskan napas berat. Iris matanya memindai wajah gadis cantik yang terlihat pucat di depannya itu.
"Maafkan aku. Aku tidak benar-benar tidak sengaja menabrakmu. Aku ...." Bima tidak melanjutkan ucapannya. Tangannya terulur membelai wajah cantik gadis itu.
Kenapa tiba-tiba kamu melintas di depanku? Aku bahkan tidak melihat sama sekali dari mana kamu datang.
Bima mencoba mengingat-ingat kejadian beberapa jam lalu. Saat itu dirinya mengemudikan mobil dengan kekuatan sedang. Bima mengendarai mobilnya pelan karena dirinya sedang tidak fokus mengemudi.
Tidak disangka, takdir malah mempertemukannya dengan seorang perempuan yang tiba-tiba melintas di depan mobilnya.
Bima menoleh saat mendengar suara seseorang mengetuk pintu ruangan. Belum sempat laki-laki itu membuka pintu, wajah Aldrian muncul di sana.
"Bima."
"Aldrian."
Bima menyambut kedatangan Aldrian dengan hati lega. Pria itu bersyukur, saudara sepupunya itu akhirnya sampai di rumah sakit.
"Apa yang terjadi?" Aldrian langsung memberondong Bima dengan pertanyaan.
"Kenapa kamu bisa menabrak orang?" Aldrian mendekati ranjang, tatapannya beralih pada seorang perempuan yang kini terbaring di atas ranjang.
"Perempuan itu tiba-tiba melintas di hadapanku tanpa tahu dari mana datangnya."
Aldrian berdecak sebal mendengar alasan yang keluar dari mulut Bima.
"Kalau kamu fokus menyetir, kejadian ini pasti tidak akan terjadi." Aldrian menatap Bima yang langsung tertunduk mendengar ucapannya.
Wajah tampan pria itu berubah murung. Bima akui, dirinya saat itu memang sedang tidak fokus menyetir. Bayangan Renata pergi bersama Devan beberapa jam yang lalu membuat separuh jiwa pria itu ikut menghilang.
Rasa sakit juga kehilangan seseorang yang dicintainya membuat kesadarannya berkurang.
"Setelah apa yang terjadi padaku hari ini, apa menurutmu aku masih bisa fokus?" Bima mengembuskan napas berat. Pria itu menggusar rambutnya dengan kasar.
Beberapa hari ini adalah hari yang sangat berat bagi Bima. Ditambah lagi dengan insiden kecelakaan yang mengakibatkan seseorang terluka. Sungguh benar-benar hari yang sangat melelahkan!
Mendengar hembusan napas frustasi Bima, Aldrian ikut menghela napas panjang. Pria itu menatap Bima yang terlihat berantakan. Aldrian ikut merasa prihatin dengan keadaan yang menimpa sepupunya itu.
"Aku yang salah. Seharusnya aku mengajakmu pulang bersamaku, bukannya malah membiarkanmu pulang sendirian."
"Aku tahu, kepergian Renata menyisakan luka yang teramat dalam di hatimu. Tapi, hidup terus berjalan, Bim. Kamu harus kembali menata hatimu dengan membuka lembaran baru," ucap Aldrian memberikan nasihat.
"Bukan hanya kamu saja yang terluka. Renata pun lebih terluka lagi dibandingkan kamu. Dia memilih pergi darimu karena tidak sanggup merasakan sakit setiap kali melihatmu."
"Tapi ... Renata dengan tegar menghadapi semuanya. Dia lebih memilih meninggalkan kamu dan menata lembaran baru bersama Devan," lanjut Aldrian lagi.
"Apa Renata benar-benar jatuh cinta pada Devan?" Bima menatap Aldrian dengan menahan rasa sakit di hatinya.
"Kalau soal itu, hanya Renata sendiri yang tahu jawabannya, Bim." Aldrian menepuk bahu Bima. Menatap manik mata pria di depannya yang kini terlihat berkaca-kaca.
"Rasanya sangat sakit, Al. Sungguh sangat sakit!" Bima mengepalkan tangannya erat.
"Kenapa cinta itu harus datang terlambat? Kenapa cinta itu datang saat dia sudah pergi dariku?" Bima menitikkan air matanya. Kedua tangannya meremas rambutnya kuat-kuat.
Sementara itu, Aldrian hanya menatap iba. Merasa prihatin dengan nasib yang menimpa saudaranya itu.
"Masalahmu dengan Renata sebaiknya kamu simpan dulu. Sekarang, kamu harus fokus menghadapi masalahmu dengan perempuan itu." Aldrian menunjuk perempuan cantik yang masih tidak sadarkan diri di atas ranjang pasien.
Kepalanya berbalut perban, sementara pada tangan kirinya terdapat jarum yang menghubungkan selang cairan infus.
Bima menatap lekat wajah perempuan itu. Berharap, semoga tidak ada luka serius yang diderita oleh gadis itu.
Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja.
"Gadis ini lumayan cantik. Kamu bisa berkenalan dengannya saat dia sadar nanti," celetuk Aldrian membuat Bima yang mendengarnya berdecak sebal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Elisa Nursanti Nursanti
bintang 5,like,favorit,bunga,kopi sudah kukirim padamu thoor
2023-05-16
0
Ade Suharto
kasian bima
2022-12-02
1
Nia Kurniawati
jodoh Bima ternyata.....tapi apa mungkin kembali lagi ke Renata lagi
2022-10-11
0