Riko jelas tidak punya tenaga lagi untuk melawan. Lukanya terlalu parah untuk turut serta dalam pertempuran melawan sang bos monster. Pun belum tentu Rangga akan melepaskannya sekalipun Riko turut membantu tim mereka. Karena itu, Riko memutuskan untuk memilih satu-satunya cara agar dapat bertahan hidup: kabur. Sayangya portal dimensi ternyata tertutup selama pertarunagan melawan monster. Portal itu baru akan terbuka ketika bos monster dungeon tersebut mati. Riko terpaksa bersembunyi di balik batu besar yang ada di mulut gua dan membiarkan Rangga dan kawan-kawannya menghadapi Lycan yang bertubuh sangat besar itu. Dua kali tubuh manusia normal.
Riko harus berada di dekat pintu keluar dan segera pergi begitu portal tersebut terbuka. Sambil menunggu Riko harus membuka fitur toko di sistem untuk melihat apakah kristalnya sudah laku terjual. Dia harus segera membeli potion penyembuh agar tidak mati kehabisan darah. Pertarungan di bekalang Riko sepertinya sudah dimulai. Riko tidak punya waktu untuk memperhatikan dan hanya bisa mendengar suara-suara ledakan, desing pedang beradu dan teriakan-teriakan para player yang menyerukan skill-skill pamungkas mereka.
Pemuda itu masih fokus pada hologram yang berpendar kebiruan di hadapannya. Moonstonenya sudah mencapai tiga juta keping. Sepertinya separuh kristalnya sudah terjual. Riko menghela lega dan sedikit kegirangan melihatnya. Andai dia tidak sedang berada di situasi hidup dan mati, mungkin RIko akan melonjak-lonjak senang untuk merayakan kekayaannya tersebut. namun kini ia harus fokus mencari potion penyembuh.
Riko menemukannya di fitur toko. Sebuah ampul berwarna merah yang dapat menyembuhkan luka-lukanya terpampang di salah satu panel toko. Harganya seratus ribu Moonstone untuk memulihkan keadaan tubuhnya seratus persen. Potion yang lebih kecil dihargai lima puluh ribu Moonstone dan hanya bisa memulihkan enam puluh persen lukanya. Karena kekayaan yang sudah didapat oleh Riko barusan, tentu saja ia memilih untuk membeli potion yang besar. Ia membeli lima sekaligus untuk berjaga-jaga.
Dimasukkannya empat ampul potion itu ke dalam inventorynya, lalu mengambil satu untuk dia minum. Sebuah ampul berisi cairan merah muncul dari udara kosong dan melayang di hadapan Riko. Pemuda itu segera menyambarnya dan menegak isinya tanpa berpikir panjang. Rasanya sangat unik. Ada sensasi wangi seperti menelan pengharum ruangan atau semacam pengharum mobil rasa strawberry. Riko berhenti di tegukan pertama untuk membiasakan diri. Tapi sedikit lukanya sudah langsung tertutup dan darahnya berhenti mengalir.
Efeknya langsung terlihat jelas. Karena itu Riko kembali memaksakan diri untuk langsung menegak habis potion tersebut dalam satu tarikan napas. Percikan cahaya berwarna merah muncul di setiap luka Riko dan segera membuat semua luka-luka itu tertutup tanpa berbekas. Rasa sakit luar biasa yang sebelumnya dirasakan Riko pun memudar. Tubuhnya seperti dipenuhi vitalitas seolah tidak terjadi apa-apa sebelum ini. Hanya armornya yang rusak yang tidak bisa diperbaiki lagi. Riko tidak mempermasalahkannya. Toh setelah ini dia akan kabur.
Akhirnya, setelah berhasil menyambung nyawanya yang nyaris lepas dari raga itu, Riko pun mengintip dari persembunyiannya. Sekedar memperhitungkan sudah sejauh mana pertarungan dengan sang Lycan itu berlangsung. Namun, apa yang menyambut Riko sama sekali di luar dugaannya. Lycan itu sama sekali bukan musuh yang mudah. Bos monster tersebut memiliki efek debuff yang bisa mengurangi damage dan mental player hingga lima puluh persen, bahkan lebih, bila level player terlalu rendah.
Hal itu sepertinya tidak diperkirakan oleh Rangga dan timnya. Di tengah medan pertempuran itu, Riko melihat bahwa Elang Dan Ivan kini sudah tergolek tak berdaya di dasar gua. Darah membanjiri kedua tubuh tak bergerak itu. Rangga di sisi lain, masih berdiri goyah dengan satu dagger yang sudah hancur. Rangga pun tak kalah babak belur. Luka dan darah memenuhi seluruh tubuh Rangga. Wajahnya tampak sangat tersiksa karena efek debuff sang bos monster yang membuat mentalnya turut hancur secara perlahan. Rizal, sang priest, kini tengah berlutut gemetaran tanpa bisa melepaskan satu blessing pun untuk menyembuhkan rekan-rekan setimnya. Keempat orang itu jelas tidak bisa menanggulangi kemampuan sang Lycan.
“Anj*ng,” umpat Riko dengan suara pelan.
Riko sekarang berada dalam dilema. Apakah ia harus membantu Rangga? Atau membiarkan orang itu mati di tangan Lycan? Belum tentu Riko bisa mengalahkan sang bos monster. Akan tetapi sebenarnya Lycan itu tidak punya serangan yang kuat, selain efek debuff yang memang sangat mengganggu. Mendadak Riko menyadari bahwa ternyata sedari tadi ia tidak terkena efek debuff yang seharusnya mencapai semua sudut gua itu. Saat tengah berpikir demikian, notifikasi sistem muncul di hadapannya.
Fear Resistance activate.
Ternyata sedari tadi notifikasi tersebut sudah muncul setiap beberapa menit sekali saat sang Lycan melancarkan skill debuffnya. Namun Riko tidak terlalu memperhatikan karena sibuk berbelanja potion di toko. Ia baru ingat kalau tittle Fear Resistance tersebut telah dia dapatkan setelah melawan Baphomet tempo hari. Tittle tersebutlah yang melindungi Riko dari segala efek debuff dari sang Lycan.
“Kalau gini, sih aku bakal menang ngelawan Lycan itu,” gumam Riko kemudian.
Ia kembali mengintip pertarungan di belakangnya, terlihat Rangga kini tengah susah payah menahan serangan Lycan yang terus mendesaknya dengan serangan bertubi-tubi. Rangga jelas akan kehabisan waktu kalau Riko terlalu lama berpikir.
“Ah, terserahlah!” pekik Riko jengkel.
Akhirnya ia kembali membuka fitur toko dan membeli beberapa equipment terbaik dengan uang yang baru didapatkannya. Set equipment Doom menjadi pilihan Riko. Armor tersebut ringan, kuat dan cocok untuk Blacksmith petarung sepertinya. Dengan buru-buru Riko memakai set equipment itu dan segera mendapat bonus stat karena memakai seluruh rangkaian Set Doom mulai dari senjata hingga seluruh tubuhnya.
Riko tidak sempat mengecek stat terbarunya. Ia bahkan mengurungkan niatnya untuk menempa equipmentnya dengan Kristal yang melimpah di gua tersebut karena khawatir Rangga mungkin sudah tewas sebelum Riko muncul. Maka dengan gagah berani, Riko pun keluar dari persembunyiannya.
Rangga sudah sangat kewalahan menahan himpitan sang Lycan saat melihat Riko keluar dari balik batu dengan setelan armor merah berkilau yang mencolok. Dari kepala hingga kaki, bahkan senjata kapaknya berwarna merah. Kedatangan Riko dengan warna yang memprovokasi tersebut berhasil menarik perhatian sang bos monster. Lycan itu menggeram sengit ke arah Riko lantas melepaskan pitingannya dari Rangga. Tubuh Rangga tergolek lemas di atas lantai gua. Meski begitu Rangga jelas masih sadar. Riko melirik ke arah Rizal yang juga sudah tidak bisa diharapkan. Priest itu sudah pingsan tak sadarkan diri bahkan tanpa luka sedikitpun, menunjukkan bahwa kekuatan mentalnya memang sangat lemah.
“Maju sini, Anjing!” seru Riko dengan pongah.
Manusia serigala jahat itu pun menerjang ke arah Riko dengan ganas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments