Lycan itu menerjang Riko tanpa belas kasihan. Senjatanya berupa pedang pendek yang tajam diarahkan langsung ke tubuh Riko. Pemuda itu berhasil menangkis serangan tersebut dengan kapak merahnya hingga menghasilkan percikan cahaya hasil tumbukan dua besi. Desing suara senjata mereka yang beradu mewarnai seluruh pertarungan Riko. Moncong manusia serigala itu meneteskan liur yang menjijikkan dengan gigi-gigi taring yang pasti menyakitkan kalau berhasil mencaplok tubuh manusia.
Riko berusaha keras menangkis dan menghindari semua serangan sang bos monster yang agresif. Beberapa menit sekali notifikasi pembatalan debuff yang dilancarkan sang Lycan muncul di depan Riko dan membuatnya sedikit risih.
“Bisa nggak sih jangan bawel, Sistem!” seru Riko di tengah-tengah pertarungan. Namun hologram yang mengabarkan aktivasi Fear Resistance itu terus muncul dan membuat Riko sebal.
Riko pun mengerang keras karena kesal. Tapi erangannya justru mengaktifkan skill Overthrustnya tanpa sengaja. Seluruh status Riko dilipat gandakan, dan serangan fisiknya meningkat drastis. Alhasil kibasan kapaknya kini sukses menhujam lengan sang Lycan hingga putus. Bos monster itu meraung keras kesakitan lantas mundur dua langkah.
“Ah elah, malah muncul sekarang nih skill. Kan waktuku buat bertarung jadi makin pendek,” keluh Riko sembari melesat ke arah Lycan yang terkejut itu.
Riko kembali menyabetkan kapak merah ke arah Lycan. Sang bos monster mencoba menahan serangan itu dengan pedang pendeknya. Namun damage Riko yang sudah berlipat justru mematahkan pedang itu menjadi dua. Riko kembali mengeluh.
“Yah, kok patah. Kan kalau dijual bisa laku mahal,” keluhnya jengkel.
Karena terlalu kesal, Riko pun memutuskan untuk segera mengakhiri pertempuran tersebut. Lycan pada dasarnya bukan bos monster yang kuat jika tidak didukung dengan kemampuan debuff. Berhubung Riko sama sekali tidak terpengaruh dengan debuff itu, maka posisinya kini ada di atas angin. Dengan satu jurus pamungkas, Riko pun menghajar sang bos monster dan memenggal kepalanya dalam satu kibasan kapak. Lycan itu pun terkulai tak berdaya tanpa kepala.
“Huft … kelar juga,” desah Riko sembari menyeka wajahnya yang berpeluh. Pemuda itu lantas memungut pecahan pedang pendek milik sang Lycan yang sudah menjadi dua. “Sayang banget. Semoga bisa diperbaiki terus dijual. Bisa mahal nih senjata,” gumamnya pada diri sendiri. Sebuah notifikasi sistem muncul di hadapannya.
Lycan Knife (rusak)
Type : One-handed sword
Level : 35
- Atk : 180
-Base-
Def +58
Extra debuff: -30% Atk Foes | -30% Move Speed Foes
-Refine-
When Def reaches 170, Debuff +20%
-Requirement-
Level 20-40 | Swordman, Knight, Rune Knight
“Wah gila, sih, ini bonus statnya. Ada ekstra debuff. Kalau dijual bakal jadi barang langka. Harus bisa perbaiki dulu,” lanjut Riko masih bergumam.
Riko sedang memasukkan pedang rusak itu ke dalam inventorynya ketika mendengar eranggan Rangga yang lemah. Pemuda itu pun lantas menyapukan pandangannya di tengah kekacauan yang sudah terjadi. Darah berceceran di mana-mana dan tubuh-tubuh para player lain sudah tidak bergerak di dasar gua. Hanya Rangga yang terlihat masih sadar dan berusaha berdiri dengan susah payah.
Riko segera mengambil satu potion penyembuh dari dalam inventorynya dan menghampiri Rangga, bermaksud untuk memberikan benda itu untuk diminum. Namun Rangga justru menepis uluran potion Riko hingga ampul itu pecah berkeping-keping menghantam dinding gua. Riko menatap pecahan ampul yang isinya sudah berceceran itu dengan ekspresi tak percaya.
“Mahal lho itu,” desahnya kecewa.
“Gue nggak butuh bantuan lo!” geram Rangga masih berusaha berdiri dengan kekuatannya sendiri.
“Bilang makasih nggak susah sebenarnya, Ngga. Tapi terserah kamu aja. Portal dimensi akan terbuka sebentar lagi. Jadi terserah kamu mau gimana. Yang jelas kondisimu sekarang sama sekali bukan ancaman buatku,” ucap Riko kemudian.
Pemuda itu lantas membiarkan Rangga yang masih bersungut-sungut dengan seluruh luka memenuhi tubuhnya. Gerbang dimensi akan terbuka sepuluh menit lagi. Sebaiknya Riko memanfaatkan kesempatan untuk menambang beberapa Kristal sebagai tabungan daripada harus mempedulikan orang yang tidak tahu terima kasih.
Rangga menatap kepergian Riko dengan penuh kebencian. Namun ia tidak melakukan apa-apa lagi terhadap musuh bebuyutannya tersebut. Rangga hanya berkeliling dengan susah payah dan mengecek kondisi rekan-rekannya yang lain.
Sementara Rangga sibuk dengan para player yang sudah tidak sadarkan diri itu, Riko pun mengeluarkan palu lusuhnya yang dia pinjam dari Tera. Ia mulai menambang di waktu yang sempit tersebut sebelum portal dimensi terbuka. Bisa gawat kalau ada yang melihat dia mencuri beberapa Kristal. Meski begitu, setiap pukulannya menghasilkan begitu banyak Kristal ditambah bonus yang semakin memperkaya Riko. Ia menambang dengan hati gembira.
Tepat semenit sebelum portal terbuka, Riko menghentikan seluruh aktivitas ilegalnya tersebut. ia lantas menyimpan palunya dan kembali mendatangi Rangga yang kini sudah duduk bersandar di dinding gua.
“Gue yang bunuh Lycan itu. Bukan lo,” gumam Rangga sambil menundukkan kepalanya di atas satu lututnya yang ditekuk.
“Hah? Kamu ngigo ya? Jelas-jelas aku yang ngalahin bos monster itu,” sergah Riko tidak terima.
“Siapa yang bakal percaya kalau player level F berhasil membunuh bos monster? Dan kalau lo ngotot mau ngaku-ngaku, gue bisa laporin kecurangan lo nyuri Kristal di dungeon,” ancam Rangga kemudian.
Riko mendengkus tak percaya. Bahkan setelah apa yang sudah Riko lakukan untuk Rangga, ternyata musuhnya itu tetap bertingkah menyebalkan.
“Wah … Rangga … sifatmu itu nggak main-main ya jahatnya. Yaudah kamu laporin aja. Aku tinggal balikin kristalnya. Itung-itung bantu tim pembersih,” balas Riko tanpa rasa takut.
“Berarti nggak masalah buatmu ngembaliin senjata Lycan itu juga kan?” ancam Rangga lagi.
Rahang Riko mengeras karena menahan amarah. “Emang manusia brengsek,” ujarnya berang.
Bagaimana mungkin dia merelakan senjata langka yang akan terjual mahal itu. Sekalipun dilacak, pasar gelap tidak akan memberitahukan identitas penjualnya. Karena itu Riko bisa aman melakukan perdagangan Kristal atau senjata ilegal yang seharusnya dikuasai oleh pemerintah dan perusahaan Alcanet Tech. Akan tetapi kalau Rangga buka mulut, habislah riwayatnya sebagai player. Riko mungkin tidak akan diizinkan untuk masuk dungeon lagi.
Meski begitu melepaskan senjata luar biasa itu benar-benar berat bagi Riko. Sebagai seorang blacksmith, menghasilkan senjata-senjata hebat adalah impiannya. Terlebih sekarang sistem Genesis sudah muncul di dunia nyata. Riko tidak mau melepaskan kesempatan untuk menjadi orang kaya semudah itu.
“Gue yang bunuh Lycan itu, dan nama lo nggak bakal jadi buronan perusahaan,” tutup Rangga tanpa memberikan kesempatan tawar menawar lagi.
Riko tak bisa mengelak karena tepat saat itu juga, portal dimensi terbuka. Rangga sudah berjalan gontai keluar dari portal dengan tubuh terkoyak. Riko hanya bisa menggeretakkan gigi menatap punggung musuh bebuyutannya itu keluar dari gerbang dan menerima segala pujian lagi. Seharusnya ia membiarkan Rangga membusuk di gua ini bersama tubuh Lycan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Yuda Pratama
bangke naif
2022-12-08
0
acil
terlalu bego
2022-11-08
1
•Reedhash•™
terlalu naif
2022-10-10
1