CINTA SANG RESEPSIONIS
"Aku tidak setuju!"
Sebuah suara bernada tinggi menggema di sebuah ruangan kerja. Si pemilik suara, Dirga Surya, menampilkan raut wajah marah, napasnya tersengal ketika berhadapan dengan kekasihnya, Megan.
"Mengertilah, Dirga, ini peluang bagiku untuk bisa mewujudkan cita - citaku sejak kecil!" Megan ikut berteriak, tidak mau kalah.
Suasana di ruangan itu semakin memanas. Dirga mengusap wajahnya dengan kasar menggunakan kedua tangannya. Ia berusaha menahan amarahnya atas permintaan Megan di waktu yang menurutnya tidak tepat.
"Megan, tidak bisakah kau tinggal di Indonesia saja, tiga bulan lagi kita akan menikah. Kita berdua sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang," lirih Dirga akhirnya pada kekasihnya Megan Conika Han, di ruang kerjanya.
"Tidak bisa Dirga, maafkan aku. Kau tahu ‘kan, aku sudah memimpikan kesempatan ini sejak kita masih SMU. Dulu, kau yang selalu mendukungku, kenapa kau sekarang berubah seperti ini? Tolong mengertilah Dirga," bujuk Megan pada pria tampan yang sudah menjadi tunangan dan akan menikahinya dalam beberapa bulan lagi.
Megan melangkah menuju sofa dan duduk di sana. Dirga mendekatinya dan ikut duduk di sana, bersisihan dengan wanita yang dicintainya itu.
"Ajang pencarian bakat ini sudah kutunggu-tunggu sejak lama." Megan berusaha membuat kekasihnya itu mengerti.
"Tapi kau bisa mengikutinya lain waktu, Megan. Kita menikah dulu." Dirga tetap bersikeras pada keinginannya untuk tetap melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.
"Tidak bisa begitu, Dirga. Jika menunggu kita menikah, aku pasti terlambat, ajang itu kan akan dilaksanakan dua minggu lagi." Sahut Megan yang masih berusaha meyakinkan Dirga kekasihnya.
"Kalau begitu, sebelum dua minggu ini kita menikah saja. Aku tidak mau, bila sudah di sana, kau akan bertemu banyak pria dan akan melupakanku dan pernikahan kita," ujar Dirga berusaha memberi penawaran, supaya bisa tetap menikahi Megan.
"Tidak semudah itu, Dirga. Belum surat undangan yang harus kita buat, dan mengirimkannya pada para undangan, lalu persiapan ini dan itu. Waktunya tidak akan cukup dalam dua minggu," jelas Megan.
"Apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi? Kumohon menikahlah denganku, Megan. Aku sudah menantikan momen pernikahan kita ini sejak awal kita berpacaran di bangku SMU.” Wajah Dirga nampak suram dan kusut, ia menatap lekat wajah kekasihnya itu.
"Jangan berkata begitu, Dirga. Aku tidak akan membiarkanmu jadi milik wanita lain. Tunggulah sampai aku kembali. Aku masih Megan yang dulu, wanita pertamamu yang masih sangat mencintaimu—"
Perkataan Megan terputus saat tangannya ditarik oleh Dirga. Dalam sekejap, Megan berada dalam rengkuhan lengan kekasihnya. Megan menghela napas tidak kentara, mulai merasa nyaman.
Dirga selalu mampu membuatnya tidak berkutik. Pesona pria rupawan itu, bukan hanya dirinya saja yang dibuat tertarik padanya. Ia bahkan rela berkelahi dengan para siswi lainnya, karena memperebutkan Dirga yang terlihat cool dan menjadi idola saat masih dibangku SMU dulu.
"Jangan pergi, Megan, kumohon. Ayo kita menikah, dan kau akan melahirkan banyak anak-anak kita. Saat aku pulang berkerja, aku akan melihatmu menyambutku, tersenyum padaku, memberikanku kecupan dan pelukan seperti ini,” lirih Dirga sambil mencium aroma wangi kekasihnya itu.
"Lalu aku tidak akan pernah bosan memakan hasil masakan tanganmu setiap hari. Kau tahu Megan, hal itulah yang selalu ku impikan sejak dulu," lirih Dirga lembut.
"Aku memimpikan menikah dengan cinta pertamaku, wanita yang memberi cinta dan hatinya, dan seluruh perhatiannya padaku. Dan aku ... aku akan menjadi laki-laki yang paling bahagia didunia. Aku akan tetap berkerja keras, untuk menafkahimu dan anak-anak kita nanti, mencukupi segala keperluanmu dan anak-anak kita. Mereka akan tumbuh bahagia dalam keluarga kita yang bahagia. Aku akan selalu menjaga dan melindungimu Megan, juga anak-anak yang akan kau lahirkan dalam pernikahan kita nanti. Aku akan memberikan seluruh hatiku, perhatianku, cintaku hanya untukmu."
Dirga Surya terus berujar, mengungkapkan segala angan, harapan, dan impiannya saat menikahi Megan Conika Han kelak, yang teramat sangat ia cintai.
Ia membelai rambut Megan yang tergerai panjang, hitam dan wangi.
Megan hanya bisa terdiam seribu bahasa mendengar segala perkataan Dirga yang masih memeluk erat tubuhnya. Ia merasa sangat dilema, antara harus pergi mèngejar cita-citanya menjadi seorang violinist atau harus tetap bertahan di samping Dirga, kekasihnya, dan menjadi seorang istri seperti impian dirinya dan Dirga.
Menjadi seorang violinist adalah impiannya sejak kecil, kedua orang tuanya selalu menentangnya, hanya Dirga selalu mendukung cita-citanya itu.
Kedua orang tua Megan selalu meminta dirinya menggeluti dan meneruskan bisnis restoran keluarga, yang sudah mereka rintis dengan susah payah bertahun-tahun lamanya.
Megan adalah anak tunggal, sama halnya dengan Dirga. Jadi kedua orang tua mereka saling menumpukan harapan pada masing-masing anak mereka dalam meneruskan usaha yang telah mereka rintis dari nol.
Orang tua Dirga dan orang tua Megan saling kenal satu sama lain karena hubungan kedua putra putri mereka yang akan menikah.
Brak!
Pintu ruang kerja Dirga tiba-tiba terbuka. Dirga dan Megan nampak terkejut. Dirga segera melepaskan pelukan eratnya pada tubuh Megan.
"Firans! Apakah kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk?" tegur Dirga dengan wajah gusarnya.
"Sorry, My Boss." Firans menyengir tanpa rasa bersalah, lalu datang mendekati Dirga dan Megan yang sudah duduk merenggang satu sama lain sambil menatap ke arah dirinya.
"Ada apa? Kalau sampai kedatanganmu tidak penting, aku akan memberikanmu surat peringatan!" ketus Dirga geram dengan tatapan tajamnya.
"Ada program baru, tour ke Jepang dari leasing PT. IFF, bila dalam waktu tiga bulan berrurut-turut, perusahaan kita selalu mencapai target bulanan, dengan memberikan penjualan kredit pada konsumen lewat leasing mereka," ucap Firans tanpa basa-basi.
"Ini daftar targetnya." Firans langsung menyerahkan berkas yang ia keluarkan dari amplop berwarna cokelat yang ia bawa kepada Dirga. Dirga langsug menyambut dan membacanya dengan teliti.
"Selain itu, ada penambahan program Advance payment. Untuk target penjualan mobil yang mencapai target, advance payment yang diberikan akan mencapai 37 Milyar. Untuk penjualan sepeda motor yang mencapai target akan diberikan advance payment 4,2 milyar perbulannya selama tiga bulan berturut-turut. Bagaimana? Lumayankan?" Ujar Firans penuh semangat.
"Dananya jauh lebih besar dibandingkan dengan penawaran yang diberikan oleh PT. Nusa Asia. Besok, saat makan siang, CEO PT. IFF meminta bertemu dengan pihak perusahaan kita."
"Ya, sekalian mengundang makan siang," jelas Firans secara terperinci, dengan gaya santai dan tidak mengurangi rasa hormatnya pada sahabat yang menjadi CEO-nya.
"Baiklah, kita akan memenuhi undangan mereka," sahut Dirga menyetujui.
"Keputusan yang tepat, aku suka ini. Oke, aku keluar dulu untuk melanjutkan pekerjaanku. Kalian silakan lanjutkan apa yang sempat tertunda saat aku datang tadi," ucap Firans penuh semangat dengan mulut usilnya.
Dirga langsung melemparkan bantal sofa ke arah Firans, namun tidak mengenai asisten pribadinya itu, karena laki-laki itu sudah lebih cepat berlalu sebelum hal buruk terjadi padanya.
Megan hanya menggelengkan kepalanya melihat Dirga dan juga Firans. Mereka bertiga memang sangat akrab sejak dibangku SMU.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mommy QieS
like subscribe n sekuntum gift 🌹 untuk mu, kak.
2023-06-02
1
Mommy QieS
mengsedih
2023-06-02
1
Mom La - La
hadir thor.
msih nyimak.
salam sesama author
2023-01-21
1