Setelah pria hidung belang itu melarikan diri, Dirga segera menghampiri wanita yang tergeletak disemak-semak itu tanpa bergerak sedikitpun.
"Megan?!" Seru Dirga, ia terperanjat saat meneliti wajah gadis itu menggunakan penerang pada ponselnya.
"Bukan! Dia bukan Megan, Megan sudah tiada. Dia pasti pegawai resepsionis itu, tapi kenapa malam-malam begini ia keluyuran?" guman Dirga seorang diri.
Dirga memeriksa denyut nadi dipergelangan tangannya, setelahnya meletakan dua jarinya dihidung bangir wanita itu.
"Dia hanya pingsan," Dirga merasa lega.
"Bagaimana ini?" Dirga merasa sedikit gugup dan serba salah, saat matanya terpatri pada tubuh wanita itu secara keseluruhan. Pasalnya, hanya pakaian bagian bawahnya saja yang tidak bermasalah karena menggunakan jeans dan ikat pinggang yang masih terkunci rapi
Sedangkan pakaian bagian atasnya sudah terkoyak-koyak tidak berbentuk baju lagi. Sepertinya penjahat itu berusaha menarik paksa pakaian atasannya, itu dilihat dari semua kancing-kancingnya yang sudah tidak ada pada tempatnya.
Salah satu gunung kembarnya yang putih mulus hampir melompat keluar dari wadahnya yang juga sedikit terkoyak, membuat naluri kelelakian Dirga yang normal terusik.
Tanpa fikir panjang, Dirga menutupi tubuh bagian atas wanita itu dengan kemejanya yang buru- buru ia lepas hingga menyisakan singlet abu-abunya saja yang masih melekat ditubuh atletisnya.
Dirga membopong tubuh wanita itu dan membawanya menuju mobilnya.
"Bang, tolong buka pintu mobilnya," pinta Dirga pada abang ojol yang masih menunggunya ditrotoar.
"Iya mas," abang ojol itu bergegas membantu membukakan pintu.
Dirga membaringkan tubuh wanita itu dijok belakang dan mengaturnya dengan baik supaya tidak oleng kesana kemari.
"Bang kita harus cepat kerumah sakit sekarang," ucap Dirga dengan terburu-buru masuk kemobilnya dan duduk dibelakang kemudi.
"Mas saja," sahut si abang ojol.
"Ayolah bang, abang dan wanita ini harus segera dapat perawatan," desak Dirga.
"Wanita ini saja mas, saya tidak usah, saya tidak punya biaya yang cukup untuk berobat. Lagi pula saya harus mengurus sepeda motor saya ini," ujar bang ojol menunjuk sepeda motornya yang rebah didekat trotoar. Wajahnya meringis menahan rasa sakit disekujur tubuhnya yang memar.
"Kalau masalah biaya, nanti kita fikirkan bang. Abang harus dirawat dulu dengan kondisi abang yang seperti ini," ujar Dirga yang prihatin melihat banyak luka lebam ditubuh dan wajah yang membengkak driver ojol itu.
"Lagi pula, saya tidak mungkin membawa wanita ini seorang diri kerumah sakit bang, nanti pihak rumah sakit bisa-bisa berfikir kalau saya yang menganiaya-nya sampai kondisinya seperti ini," jelas Dirga pada abang ojol yang berdiri disamping mobilnya.
"Mengenai kendaraan sepeda motor abang itu, jangan khawatir karena nanti ada orang saya yang mengambilnya disini, kebetulan saya juga punya bengkel,"
"Biar mereka yang memperbaiki kerusakannya ya bang," bujuk Dirga, ia berusaha membuat abang ojol itu supaya mau ikut dengannya kerumah sakit.
"Baiklah mas," sahut si abang ojol menyetujui.
Sebelum pergi, terlebih dulu Dirga mengirimkan lokasi pada pegawai bengkelnya untuk memudahkan mereka mengambil kendaraan si abang ojol dilokasi kejadian.
*
Dirga memperhatikan sejenak tubuh Monaliza yang sudah berganti pakaian dan terbaring lemah diranjang pasien.
Tubuhnya penuh dengan luka gores di tangan dan lehernya, akibat rumput-rumput semak yang tajam, demikian pula terdapat beberapa luka memar pada bagian wajah, mungkin luka memar itu yang membuatnya pingsan. Dan hampir saja wanita itu menjadi korban perkosaan para pria hidung belang itu.
Dirga sudah membuat laporan polisi atas kejadian itu, sehingga pihak rumah sakit-pun sudah melakukan visum pada Monalizha.
Dan polisi-pun telah mengambil keterangan pada abang ojol mengenai kejadian itu, sedangkan Monaliza belum bisa dimintai keterangan karena kondisinya belum memungkinkan.
Setelah memastikan semuanya selesai Dirga baru meninggalkan rumah sakit menuju rumahnya.
Pukul lima pagi, Dirga tiba dirumahnya, bibi Mila yang membukakan pintu merasa kaget, karena tidak biasanya anak majikannya itu pulang pagi.
Namun sebagai asisten rumah tangga, dirinya tidak berani bertanya apapun selain hanya menjalankan tugasnya saja.
"Den Dirga mau saya siapkan air hangat untuk mandi?" tanya bibi Mila.
"Tidak perlu Bi, terima kasih." sahut Dirga. Ia segera berlalu menuju kamarnya yang ada dilantai atas, dan segera membersihkan dirinya untuk bersiap turun berkerja.
"Bagaimana keadaan pegawai perempuanmu itu Dirga juga driver ojolnya?" tanya ibu Surya, saat mereka sudah berada dimeja makan untuk sarapan bersama.
Semalam Dirga sempat menghubungi ibunya bila ia akan terlambat pulang karena sedang mengurus pegawainya yang tertimpa musibah bersama driver ojolnya dan membawa mereka kerumah sakit.
"Keduanya sudah mendapat perawatan dari pihak rumah sakit ma, juga pihak kepolisian sudah menangani kasus ini, semoga tiga orang yang melakukan kejahatan pada Monaliza dan driver ojolnya segera tertangkap." sahut Dirga disela-sela sarapan paginya.
"Syukurlah kalau begitu, semoga saja para pria jahat itu segera tertangkap dan mempertanggung-jawabkan apa yang telah mereka lakukan." ucap ibu Surya geram.
"Lalu bagaimana keadaan pak Han? Katanya kau menjenguknya saat pulang dari restoran bersama ibu Han," tanya ibu Surya lagi.
"Papa Han, masih belum sehat ma, tapi tidak mau dibawa berobat kerumah sakit, mau dirawat dirumah saja." sahut Dirga.
"Kalau begitu, nanti malam mama dan papa akan kerumah mereka untuk menjenguk pak Han, kasihan mereka, mungkin saja karena kefikiran putri kesayangannya yang sudah tiada," kata ibu Surya dengan wajah sedihnya.
Dirga menghentikan sejenak kunyahan dalam mulutnya saat mendengar ucapan ibunya. Bagaimanapun juga, ingatannya tentang Megan yang meninggal secara mendadak akibat kecelakaan lalu lintas tunggal membuatnya belum bisa melupakan peristiwa tragis itu sepenuhnya.
Sedikit demi sedikit ia baru bisa menerima kepergian Megan yang memang tidak akan pernah bisa kembali.
Butuh waktu lama untuk membuatnya menerima semuanya itu, sampai berdampak serius pada perusahaan keluarga yang dipercayakan ayahnya padanya.
"Kau kenapa Dirga?" tanya ibu Surya yang sempat menangkap perubahan raut wajah putranya.
"Aku-, aku hanya teringat pada Megan ma," sahut Dirga yang tersadar, saat mendengar pertanyaan ibunya.
Ibu Surya menghela nafasnya berat, dengan lembut ia mengusap punggung putranya yang duduk disampingnya.
"Mama sangat mengerti, ini sungguh berat bagimu Dirga, tapi kau harus tetap kuat Dirga, kau harus segera bangkit," ucap sang ibu lembut.
"Walau perusahaan kita adalah perusahaan yang terbilang kecil, tapi pegawai-pegawaimu yang hampir mencapai dua ribu jiwa itu membutukan pekerjaan untuk bisa menafkahi keluarganya Dirga,"
"Dan kita, pasti akan mendapatkan pahalanya, saat tetap bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan," ucap ibu Surya memberi semangat.
"Terima kasih ma," sahut Dirga, ia mentap sejenak wajah ibunya yang selalu sabar memberi nasihat padanya, lalu menghabiskan sisa sarapan yang ada didalam piringnya.
"Dirga," panggil ibu Surya. Mimik wajahnya sedikit ragu sambil melihat kearah suaminya yang sarapan dalam diam disampingnya.
"Ada apa ma?" tanya Dirga sambil membersihkan sudut-sudut bibirnya dengan menggunakan tissue.
"Mama senang, melihatmu sudah mau berangkat berkerja dalam beberapa hari ini-," ibu Surya menjedah ucapannya sejenak.
"Mama ingin kau merapikan penampilanmu sayang supaya enak dilihat para pegawaimu." lanjut ibu Surya mengatakan apa yang dikandung hatinya, ia merasa sangat iba pada putranya itu.
"Baiklah ma, akan aku fikirkan. Mama Han juga bilang begitu semalam," sahut Dirga.
Ibu Surya tersenyum mendengar ucapan Dirga. Sebagai ibu, ia ingin putranya bisa seperti dulu lagi, saat masih ada mendiang tunangannya itu.
"Pa, ma. Dirga berangkat dulu ya," pamit Dirga lalu mendekati kedua orang tuanya untuk mencium punggung tangan mereka sebelum pergi.
"Hati-hati dijalan nak," ucap ibu Surya. Sementara ayahnya hanya mengulas senyum tipisnya melihat Dirga yang mulai bangkit dari keterpurukannya.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Putra Al - Bantani
aku tetap hadir kak
2023-06-06
1
Rini Antika
pqgi atau pagi kak?✌️
2022-12-06
1
Rini Antika
untunglah blm sempet d anu"..🤭
2022-12-06
1