"Firans, masuk keruanganku sekarang," panggil Dirga lewat sambungan telepon.
Sesudah berkata demikian, Dirga langsung menutup teleponnya begitu saja.
Firans menatap gagang telepon ditangannya, suara dingin Dirga seolah menyiratkan ada suatu masalah yang besar.
Ia segera meletakkan gagang telepon ditangannya pada tempatnya yang ada diatas meja. Firans bergegas, penasaran pada apa yang akan ia dengar dan hadapi nantinya, batin Firans.
Tok! Tok! Tok!
Firans mengetuk pintu ruang kerja Dirga dengan sangat hati-hati, ia berusaha menjaga sikap, karena gelagat dari Dirga ditelepon menunjukan bahwa dirinya akan terkena damprat dari sahabat baiknya sekaligus bos-nya itu.
"Masuk!" terdengar suara Dirga dari dalam.
Firans mendorong kenop pintu dengan perlahan, dari celah pintu yang terbuka sedikit, ia sudah dapat melihat sorot mata tajam Dirga sudah mengarah dan mengawasinya, membuat Firans kikuk untuk masuk.
Namun Firans berusaha bersikap setenang mungkin, karena ia belum tahu apa yang menyebabkan Dirga bersikap seperti itu sepagi ini.
"Duduklah," Dirga mempersilahkan Firans duduk pada kursi yang ada dihadapannya.
"Terima kasih," kata Firans menatap wajah Dirga yang terus menatapnya.
"Kemarin, kau bersama dengan wanita itu kan? Maksudku resepsionis yang kau bawa dan menjadikannya SPG-mu sehari," tanya Dirga.
"Itu benar, memangnya ada apa dengan itu?" Firans mengernyitkan keningnya, ia merasa Dirga mencurigainya, tapi tentang apa itu, fikirnya.
"Wanita itu sekarang sedang dirawat dirumah sakit," ucap Dirga, ia memperhatikan wajah Firans yang terkejut.
"Monaliza dirawat dirumah sakit?! Kenapa?" Tanya Firans dengan mata sedikit melebar seraya tak sadar bangkit dari duduknya, dengan posisi berdiri yang tidak sempurna, sedikit membungkuk, dengan kedua tangannya bertumpu pada depan meja kerja Dirga.
"Dia hampir diperkosa oleh tiga pria hidung belang," sahut Dirga datar. Sambil memperhatikan wajah Firans yang masih mencerna semua ucapannya barusan.
"Apakah kau tidak mengantar gadis itu pulang hingga kerumahnya, sehingga pada jam sebelas malam ia masih keluyuran tidak jelas." pungkas Dirga, ia terlihat kesal pada sahabatnya itu yang tidak bertanggung jawab mengembalikan anak gadis orang kembali kerumahnya.
"Tunggu-, tunggu Dirga!" Firans berusaha membuat klarifikasi dengan isyarat tangannya, posisinya masih berdiri didepan meja Dirga.
"Kau bilang Monaliza keluyuran malam-malam di jam sebelas malam?" tanya Firans menegaskan ucapan Dirga.
"Iya, saat aku pulang dari rumah papa dan mama Han, dijalan yang terbilang sepi, aku melihat seorang driver ojol sedang dihajar oleh dua orang pria." sahut Dirga, ia kembali menceritakan sepenggal kejadian semalam pada Firans.
"Saat aku berhasil menolong driver ojol itu dari dua pria jahat itu, ia memintaku untuk menolong seorang gadis yang dibawa oleh salah satu pria lagi, teman dari dua pria sebelumya, masuk kedalam semak-semak."
"Benar saja-"
"Benar saja apa?" Firans memotong perkataan Dirga.
"Tidak bisakah kau menjadi pendengar yang baik? Aku kan sedang mengatakan apa yang akan kau dengar juga," tegur Dirga, wajahnya terlihat kesal saat Firans memotong pembicaraannya.
"Sorry, sorry my boss, maklum, kejadian semalam yang kau ceritakan itu membuatku nervous," kata Firans, ia lalu duduk untuk mendengarkan kembali kelanjutan kisah dari Dirga.
"Saat tiba disemak-semak yang samar-samar penerangannya, pria itu sedang akan melakukan aksi bejatnya,"
"Untung saja aku belum terlambat. Setelah mendapat pukulanku, pria itu juga melarikan diri, menyusul kedua temannya."
"Disitulah aku mengetahui bahwa wanita itu adalah pegawai resepsionis yang kau bawa kemarin Firans," tatapan tajam Dirga membuat Firans merasa tertuduh.
"Tapi aku tidak terlibat Dirga, sumpah!" kata Firans dengan wajahnya yang sangat serius, sambil mengacungkan kedua jarinya keudara, dihadapan Dirga.
"Kita lihat saja nanti Firans, karena aku sudah membuat laporan polisi mengenai kasus ini," kata Dirga yang tidak bermaksud menakut-nakuti Firans. Ia tahu, sahabatnya itu tidak mungkin terlibat kasus pidana yang memalukan seperti itu.
"Polisi sudah mengambil keterangan dari driver ojol yang ditumpangi oleh resepsionis itu, sementara wanita itu, dia belum bisa dimintai keterangan karena kondisinya yang masih drop, tapi pihak rumah sakit sudah mengambil hasil visumnya guna penyelidikan." jelas Dirga panjang lebar.
Firans masih tegang, walau Dirga sudah menyelesaikan kisahnya. Bagaimana tidak, kejadian itu hampir saja merenggut kesucian seorang gadis yang bersamanya seharian kemarin.
Jadi, ia-pun merasa bersalah, kenapa dirinya percaya begitu saja pada Leon yang baru saja ia temui semalam.
"Firans, kau belum menjawab pertanyaanku? Setelah dari showroom yang ada di mall itu, apakah kau memang benar-benar mengantarkannya hingga tiba dirumahnya." tanya Dirga memastikan.
"Tidak, ia pulang bersama Leon," sahut Firans sambil mengingat saat terakhir ia bersama Monalizha.
"Leon? Siapa dia?" tanya Dirga yang merasa asing mendengar nama yang disebutkan oleh Firans.
"Menurut Monaliza, Leon adalah temanya, itu saja yang aku ketahui?" kata Firans yang tidak berani memberi keterangan lebih.
"Mungkinkah pria itu ada hubungannya dengan kejadian semalam?" ucap Dirga menduga-duga.
"Entahlah Dirga, kita tidak boleh membuat narasi yang tidak jelas. Apalagi kau tadi mengatakan sudah membuat laporan polisi mengenai kasus ini, kita tunggu saja perkembangan kasusnya Dirga." ujar Firans mengingatkan.
"Kau benar Firans," ucap Dirga sambil menganggukan kepalanya.
"Oh, ya Dirga, apakah kau merasa kehilangan sesuatu?" tanya Firans menatap wajah Dirga yang juga sedang menatapnya.
"Sesuatu?" Firans berfikir sejenak.
"Ponselku Firans, aku tidak tahu tercecer dimana. Tadi malam aku baru menyadari bila ponselku tidak ada disakuku saat aku akan menghubungi pihak kepolisian," sahut Dirga dengan wajah cemas.
"Aku berusaha menghubungi ponselku itu, tapi tidak ada yang mengangkatnya. Sial! Banyak data pentingku didalamnya," kata Dirga dengan wajah frustrasi.
"Ini ponselmu," Firans segera mengeluarkan ponsel Dirga dari dalam saku celananya, kalau saja tidak dalam situasi seperti ini pasti Firans akan mengusili sahabatnya itu.
"Bagaimana bisa ada ditanganmu Firans?" Dirga langsung merampas ponsel miliknya dari tangan Firans, Wajahnya langsung berubah senang, sambil memperhatikan dan mengutak-atik ponselnya itu.
"Dari pemuda yang bernama Leon itu," sahut Firans.
"Leon? Bagaimana bisa ponselku ada ditangannya?" tanya Dirga heran sambil mengernyitkan keningnya menatap Firans dihadapannya.
"Menurut ceritanya, ia membantumu berdiri saat kau terduduk didalam lift kemarin hingga membawamu keluar. Namun ketika ia hendak mengembalikan ponselmu yang tertinggal didalam lift, kau sudah menghilang entah kemana."
"Leon menyangka poto mendiang Megan pada ponselmu itu adalah Monaliza, itu sebabnya ia memperlihatkan poto itu pada Monaliza dan menanyakan siapa pria yang ada disebelahnya," jelas Firans.
"Kalau kuperhatikan dari cara ia bertanya, sepertinya antara Leon dan Monaliza itu punya hubungan yang dekat." imbuh Firans menduga-duga.
Dirga termenung sejenak, semalam saat memasuki lift ia memang sempat mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya, itupun karena alasan yang sama dengan Leon, melihat ada kemiripan yang terlalu banyak antara Monalisa dan Megan, mendiang tunangannya. Mungkin setelah itulah ponselnya terjatuh, batinya.
"Apakah kau tidak rela bila Monaliza, pegawai resepsionismu itu dekat dengan pria lain?"tanya Firans. Ia menyangka, diamnya Dirga karena memikirkan ucapan terakhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Rini Antika
sepertinya Dirga cemburu deh..🤭
2022-12-07
1
Syhr Syhr
Jangan bilang kamu cemburu, 🙈
2022-11-26
1
nowitsrain
maaf tapi aku tidak bisa berpikir positif soal Leon 😌
2022-11-01
1