Setelah bertanya pada beberapa tetangga, Firans dan Dirga akhirnya mengetuk pintu rumah berbahan dasar dari kayu yang ditunjuk oleh warga.
Belum ada tanda-tanda pintu akan dibuka, tapi didalam rumah itu sangat ramai terdengar suara tangisan anak-anak balita.
"Tunggu sebentar disini," ucap Firans sambil berlalu meninggalkan Dirga didepan rumah kayu itu seorang diri.
"Kau mau kemana Firans?" tanya Dirga menatap Firans yang berlalu meninggalkannya.
Firans tidak menjawab, ia hanya menunjuk ke satu warung kecil yang ada disebelah rumah Monaliza. Tidak lama Firans kembali sambil membawa sekantong plastik berisi beberapa kotak susu dan beberapa snack.
Firans kembali mengetuk pintu, dan menunggu beberapa saat lamanya diluar dengan sabar bersama Dirga. Tidak lama terdengar suara langkah kaki terburu-buru mendekati pintu.
Ceklek!
Seorang anak laki-laki berusia sebelas tahun muncul didepan pintu, ia mendongakan wajahnya keatas melihat pada Dirga dan Firans yang berdiri didepan pintu.
"Selamat sore dik," sapa Firans menatap anak laki-laki dihadapannya.
"Selamat sore om," sahut anak laki-laki itu.
"Ibumu ada?" tanya Firans lagi.
"Ada om, mari silahkan masuk, saya akan memanggil ibu," sahut anak laki-laki itu ramah. Firans melirik Dirga disampingnya, dengan isyarat matanya ia mengajak Dirga untuk masuk bersamanya. Keduanya duduk dikursi tamu plastik yang ada diruangan tamu yang cukup sempit itu, rumah itu memang terlihat agak kecil dan sedikit berantakan.
Tidak lama, seorang wanita yang berusia beberapa tahun lebih tua dari Dirga dan Firans datang dengan menggendong seorang anak laki-laki berusia tiga tahun yang masih menangis, dan dua orang anak perempuan berusia empat tahun dan lima tahun mengekornya sambil memegang erat rok lebar ibunya dari belakang, wajah mereka terlihat sembab, terlihat baru saja habis menangis. Sementara anak laki-laki berusia sebelas tahun itu juga turut berdiri didekat kedua adik perempuannya itu.
"Selamat sore bu, maafkan kami sudah datang mengganggu kesibukan ibu," ucap Firans membuka obrolan.
"Tidak apa-apa Pak, ada perlu apa ya Pak?" tanya wanita itu sambil mendiamkan balita yang digendongnya. Wajahnya nampak sangat lelah, terlihat kalau dirinya kurang beristirahat.
"Saya Firans, dan ini pak Dirga, kami dari perusahaan Surya Otomotif tempat Monaliza berkerja," sahut Firans memperkenalkan diri.
Wanita itu menatap sejenak kedua tamu dihadapannya, namun sebelum sempat berucap, ia kembali sibuk mendiamkan anak laki-lakinya yang terlihat rewel sejak sebelum kedua tamunya itu datang.
"Bu, ini untuk anak-anaknya," Firans menyodorkan satu kantung plastik yang telah ia siapkan sebelumnya.
Wanita itu melihat pada kantung plastik yang disodorkan Firans padanya, lalu menatap Firans ragu.
"Tidak apa-apa bu, saya sengaja membawanya untuk adik-adik kecil ini," ucap Firans lagi sambil tersenyum, tangannya masih terulur menyodorkan kantung plastik, kini ia mengarahkannya pada dua anak perempuan yang melihat kearahnya. Kedua anak perempuan itu langsung bersembunyi dibelakang punggung ibunya.
"Adik, kemari," panggil Firans pada anak laki-laki yang berusia sebelas tahun, setelah dilihatnya dua anak perempuan itu bersembunyi menghindarinya.
Anak laki-laki itu menoleh kearah ibunya yang masih tetap mendiamkan adik kecilnya. Setelah mendapat anggukan dari ibunya, ia lalu mendekati Firans yang memanggilnya.
"Siapa namamu?" tanya Firans.
"Rony om," sahut anak laki-laki itu.
"Ini buat Rony dan adik-adik, ambil dan bagikan pada adik-adikmu," ucap Firans sambil menyodorkan kantung plastik ditangannya pada Rony.
"Terima kasih om." Rony menerima kantung plastik yang diberikan Firans padanya. Ia lalu membagikan kotak-kotak susu kemasan dari dalam kantung plastik pada kedua adik perempuannya yang bersembunyi dibelakang punggung ibunya.
Sementara anak laki-laki yang sedang menangis digendongan ibunya langsung terdiam saat melihat Rony mengulurkan satu kotak susu kemasan padanya, tangan mungilnya tanpa ragu menerimanya lalu memeluknya dengan erat.
Dirga dan Firans saling berpandangan sesaat ketika melihat semuanya itu, lalu kembali fokus menatap wanita yang kini memperhatikan keduanya.
"Bagaimana keadaan Monaliza Pak?" tanya Wanita itu menatap Firans dan Dirga.
"Monaliza, dia sudah lebih baik bu, tinggal pemulihan saja," sahut Firans.
"Maafkan saya Pak, sudah merepotkan pihak perusahaan untuk mengurus putri saya Monaliza dirumah sakit. Saya benar-benar sulit pergi meninggalkan rumah, Bapak-Bapak bisa melihat sendiri keadaan keluarga kami," ucap Ibu Monaliza menjelaskan kondisinya.
"Sebenarnya, saya tidak tega membiarkan Monaliza berkerja membanting tulang seorang diri, berkerja siang dan malam, tapi apa boleh buat, adik-adiknya masih kecil-kecil semua, mereka belum bisa ditinggalkan sendiri," jelas ibu Monalisa.
"Semenjak ayahnya meninggal dunia tiga tahun silam, Monaliza-lah yang mengambil alih dalam menghidupi keluarga kami," ucap ibu Monaliza dengan wajah sedihnya.
"Saya sering khawatir pada Monaliza, karena pekerjaannya di night club sering membuatnya pulang larut malam, juga tidak enak dengan para tetangga." kata ibu Monaliza lagi.
"Saya sering memintanya untuk berhenti saja dari sana, tapi Monaliza masih saja tetap mau bertahan disana. Menurutnya, pekerjaan barunya sebagai resepsionis di perusahaan Surya Otomotif belum bisa sepenuhnya membiayai hidup kami dan membayar hutang peninggalan mendiang ayahnya dulu." jelas ibu Monaliza.
"Sudah berapa lama Monaliza berkerja di tempat hiburan malam ini bu?" tanya Firans.
"Sejak empat tahun yang lalu, saat ayahnya sering sakit-sakitan," jelas ibu Monaliza.
"Berarti usianya saat itu baru berusia enam belas tahun, itu kan masih dibawah umur untuk berkerja," ucap Firans yang merasa ganjil.
"Iya Pak itu benar. Karena saat itu keluarga kami sangat butuh pemasukan, jadi Monaliza meminta pekerjaan pada kakak Leon yang bernama Keny, pemilik night club tempat Monaliza berkerja sekarang sebagai cleaning service waktu itu,"
"Keny Gamsonrich?" Tanya Dirga yang ikut bicara, saat mendengar nama orang yang dikenalnya.
"Iya Pak," sahut ibu Monaliza membenarkan.
"Jadi Monaliza waktu itu hanya berangkat disore hari, setelah menyelesaikan pekerjaan beberapa jam sebelum hiburan malam itu dibuka, ia sudah kembali pulang pak Firans," imbuh ibu Monaliza lagi.
"Dan sekarang, apakah Monaliza masih berkerja sebagai cleaning service disana?" tanya Firans lagi.
"Sudah tidak Pak, Monaliza sekarang diperbantukan sebagai asisten bartender," sahut ibu Monaliza.
Firans hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja mendengar semua penuturan dari wanita itu.
"Pak Firans, bolehkah saya menitipkan beberapa potong pakaian buat Monaliza dirumah sakit?" tanya ibu Monaliza.
"Tentu saja boleh bu," sahut Firans menyanggupi.
"Rony, tolong ambil tas merah yang telah ibu siapkan dikamar kakakmu," ucap ibu Monaliza pada Rony yang duduk disebelahnya.
"Baik bu," Rony beranjak masuk kedalam, tidak lama ia kembali dan membawa tas merah yang dimaksud oleh ibunya.
"Ini bu," Ronny menyerahkan tas merah yang ia bawa pada ibunya.
"Berikan pada om Firans Rony," perintah ibu Monaliza. Rony segera mengangkat tas merah yang dibawanya dan meletakannya didekat Firans.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Sudah paham kamu 'kan Dirga? jadi jangan menuduh Monaliza lagi. Kasihan atuh!
2023-01-03
1
Inru
Aku mau juga dong
2022-11-20
1
nowitsrain
Nah, Dirga, diam kan kau sekarang
2022-11-06
1