"Manager Davien, apa anda sudah melihat stock unit kita yang sudah melebihi kapasitas?" tanya Dirga datar.
"Sudah pak Dirga," sahut manager Davien berusaha tenang.
"Bukankah stock-stock unit itu atas pesanan anda semua manager Davien?" kata Dirga masih dalam mode datarnya.
"Benar pak?" sahut pak Davien mulai tidak tenang.
"Lalu kenapa anda tidak bisa menjualnya? Hingga stock unit-unit itu sampai meluber keluar dari gudang?" kata Dirga dengan nada mulai naik satu oktaf.
"Pesanan para konsumen itu berubah ketika unit-unit itu sudah distribusi oleh produsen ke perusahaan kita pak," sahut manager Davien dengan wajah tersudut.
"Dan anda mengikuti saja tanpa berusaha menjual kembali unit-unit yang telah dipesan itu manager Davien," cecar Dirga.
"Iya pak," ucap manager Davien gugup tanpa bisa membantah.
"Manager Davien, anda pasti bisa menghitung, berapa dana perusahaan yang tertahan pada belasan ribu stock unit yang belum mampu anda jual bukan?" Dirga menurunkan nada suaranya.
"Iya pak," sahut manager Davien dengan anggukan lemah.
"Baiklah, anda saya beri waktu 2 jam dari sekarang untuk meeting bersama team marketing anda," kata Dirga sambil melirik arloji ditanganya.
"Tapi pak,-" manager Davien nampak ragu, karena sebagian besar team marketing-nya sedang berada diluar kantor untuk melakukan tugas marketing mereka.
"Seberapa team marketing yang ada saja manager Davien, sisanya anda bisa membuat meeting ulang besok pagi." ucap Dirga memberi ide.
"Dan tepat pukul 5 sore setelah meeting selesai, beritahu saya strategi penjualan yang akan anda lakukan manager Davien," imbuh Dirga.
"Sekarang, anda boleh pergi." Ucap Dirga sambil menunjuk dengan wajahnya kearah pintu keluar ruang kerjanya.
"Baik pak Dirga, saya permisi dulu," pamit manager Davien, ia segera berdiri dari duduknya sambil membawa tablet miliknya ditangannya.
"Eum," sahut Dirga. Ia kembali fokus memeriksa berkas-berkas dihadapannya yang harus segera ia tanda-tangani.
*
"Dirga, kenapa pagi ini kau masih terlihat jelek?" ungkap Firans jujur, saat melihat Dirga belum mencukur rambut dan bulu-bulu yang mulai menebal diwajahnya. Keduanya baru saja keluar dari ruang meeting para team marketing, untuk mengetahui sejauh mana strategi penjualan dari manager marketing dan para team-nya.
"Apa kejelekan-ku mengganggumu?" tanya Dirga acuh. sambil melangkah memasuki lift.
"Tentu saja Dirga. Aku merindukan wajah tampanmu dan penampilan kerenmu dulu," sahut Firans menatap wajah Dirga yang tidak terurus.
"Firans, apakah kau baik- baik saja?" Dirga balas menatap Firans dengan rasa curiga.
"Cih! Kau fikir aku menyukaimu, aku pria sejati, masih banyak gadis cantik yang bisa kukagumi dari pada sesama jenis." ucap Firans yang tahu isi fikiran sahabatnya itu.
Ujung bibir Dirga sedikit tertarik, menampilkan sedikit senyuman diwajahnya. "Lalu kapan kau akan mengenalkan gadismu?" tantang Dirga.
"Oh, rupanya kau menyangsikan-ku ya?" Ucap Dirga tak terima.
"Tak perlu tersinggung, apa lagi marah. Bukankah selama ini kau tidak pernah mengenalkan satu-pun gadis padaku." ucap Dirga lagi, masih dengan gayanya yang seolah mengejek.
"Monaliza! Ayo kita berangkat sekarang," panggil Firans. Saat dirinya dan Dirga melewati meja resepsionis.
"Baik pak," sahut Monaliza. Dirinya yang sudah bersiap lalu mengambil tas kerjanya menyusul Dirga dan Firans dari belakang mereka.
'Firans, apa maksudmu?" Bisik Dirga, ia nampak terkejut, mengapa Firans mengajak resepsionis itu untuk ikut bersama mereka.
"Aku coba merekrut Monaliza untuk satu hari saja menjadi seorang SPG di showroom yang akan kita kunjungi hari ini," ujar Firans sambil masuk kebelakang kemudi mobil Dirga, sementara Dirga ikut masuk dan duduk dijok sebelah kemudi.
"Kenapa kau tidak bicara dulu denganku Firans?" tanya Dirga masih berbisik sambil memelototkan matanya karena tidak suka pada apa yang dilakukan asistennya itu.
"Kenapa? Apakah kau sudah alergi melihat wanita cantik?" kata Firans yang tak berniat menjawab pertanyaan Dirga sebelumnya.
"Kau sudah tahu, bila aku tidak menyukai ada wanita asing masuk kedalam mobilku Firans," ucap Dirga dingin.
"Maafkan aku Dirga, aku tidak bermaksud merusak aturanmu, ini semua-," Firans berusaha memberi penjelasan.
"Turun dari mobilku, aku bisa menyetirnya sendiri!" usir Dirga.
"Baiklah," sahut Firans sambil mengangkat kedua tangannya keatas. Lalu membuka sabuk pengaman yang sudah terpasang rapi ditubuhnya. Ia tahu Dirga memang tidak pernah mentolerir bila itu ada hubungannya dengan wanita.
"Kita bertemu dishowroom sesuai rencana," imbuh Firans sambil keluar dari mobil Dirga.
"Eum." sahut Dirga datar. Ia berpindah kebelakang kemudinya, menghidupkannya, dan langsung meninggalkan parkiran, menyisakan Monaliza yang nampak bingung melihat CEO-nya pergi begitu saja meninggalkan Firans asistennya.
"Pak Firans?" Panggil Monaliza.
"Maaf Mona, pak Dirga sedang buru-buru, kau ikut denganku saja dimobilku, ayo." kata Firans. Ia berlalu menuju mobilnya yang diparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Monaliza tidak banyak bertanya, ia hanya menganggukan kepalanya lalu mengekor dibelakang Firans.
"Duduklah didepan Mona." panggil Firans, saat dilihatnya Monaliza duduk dijok belakang mobilnya.
"Saya tidak berani pak Firans,"jawab Monaliza sopan.
"Kenapa?" tanya Firans sambil menatap Monaliza dari pantulan spion dalam mobilnya.
"Saya hanya pegawai rendahan pak Firans." sahut Monaliza dengan suara pelan.
"Saya juga seorang pegawai, sama sepertimu Mona, ayo pindahlah kedepan," suruh Firans lagi.
"B-baik pak Firans," Monaliza terpaksa turun dan pindah kedepan, duduk disamping Firans dengan sedikit gugup.
Sebagai pegawai biasa, ia hanya menurut saja, saat manager operasional menelponnya ketika ia baru saja tiba dikantor, memberi tugas untuk mengikuti Firans dan Dirga ke showroom mobil hari ini.
"Mona, apa manager operasional sudah memberitahu tugas apa yang akan kau lakukan di showroom nanti?" tanya Dirga, ketika keduanya saling diam didalam mobil.
"Sudah pak Firans, saya bahkan telah diberi ini untuk mempelajarinya." Monaliza menunjukan beberapa brosur yang ia keluarkan dari dalam tas kerjanya.
"Bagus!" ucap Firans melirik brosur yang telah ditunjukan Monaliza padanya, ia lalu kembali berfokus pada jalan didepannya.
*
Monaliza baru saja keluar dari ruang ganti, mengenakan seragam seorang SPG mobil yang terlihat seksi.
Pesona langkah gemulainya memasuki showroom Surya Otomotif yang berada di salah satu mall terkenal yang ramai dengan pengunjungnya, dan bergabung dengan para SPG mobil lainnya langsung menyita perhatian.
Seperti tersihir, para pengunjung mall yang berlalu lalang, langsung menyerbu showroom pameran pagi itu. Ada yang benar-benar berminat membeli mobil yang sedang dipamerkan, ada pula yang hanya sekedar untuk melihat mahluk cantik dan seksi itu.
Monaliza terlihat lebih menonjol dari para SPG lainnya, dan sangat piawai dalam memberikan penjelasan spesifikasi mobil yang diminati pengunjung demi pengunjung yang mendatanginya.
Firans, Dirga, dan kepala showroom, memperhatikan semua kegiatan para SPG itu dari ruang kerja kepala showroom yang berdinding kaca gelap. Sambil membicarakan pekerjaan.
Beberapa program dijabarkan oleh Firans pada sang kepala Showroom demi meningkatkan penjualan dibulan itu yang tinggal beberapa lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Rini Antika
aku kirim 🌹 biar tambah semangat nulisnya .😘😘
2022-11-16
2
Rini Antika
Semangat terus Kak..💪💪
2022-11-16
1
Rini Antika
ada huruf A yg ikutan nyelip jd "terpakasa" nulisnya..✌️
2022-11-16
1