"Pak Firans, hari ini sudah ada beberapa utang dagang yang jatuh tempo, baik itu unit mobil, unit sepeda motor, dan juga sparepartnya," lapor Lionlie, seorang manager keuangan.
"Lalu?"
"Pihak distributor meminta kita hari ini untuk segera melunasi tunggakan yang belum diselesaikan, kalau tidak-" Manager Lionlie menggantung ucapannya.
"Mereka tidak akan melakukan pengiriman unit lagi," Potong Firans, ia sudah hafal dengan ancaman distributor itu setiap kali perusahaan mereka terlambat melakukan pembayaran.
"Iya, pak Firans benar," sahut manager Lionlie.
"Baiklah, nanti akan saya sampaikan pada pak Dirga, kebetulan hari ini beliau sudah masuk." Ujar Firans kemudian.
"Terima kasih pak Firans, selamat siang." Firans meletakan gagang telepon pada tempatnya, lalu memijit keningnya yang terasa pening. Begitu banyak masalah yang terjadi dalam beberapa hari belakangan ini.
"Apa yang menyebabkan distributor itu tidak mau mengirim unit-unit pesanan kita Firans?" Dirga tiba-tiba saja sudah ada dibelakang Firans, rupanya sedari tadi ia sudah mendengarkan pembicaraan Firans ditelepon.
"Dirga, kau ada disini?" kata Firans yang agak terkejut dengan kehadiran Dirga yang tanpa ia sadari.
"Pak Lionlie, manajer keuangan kita, mengatakan bahwa dirinya belum bisa melunasi beberapa utang dagang yang sudah jatuh tempo beberapa hari ini," ungkap Firans.
"Kenapa?" tanya Dirga sambil melipat kedua tangannya didada.
"Kas minim, bahkan tidak mampu membayar satu tagihan yang paling kecil." Sahut Firans sambil membuka tablet miliknya.
"Lihat ini," Firans memperlihatkan layar tabletnya pada Dirga yang langsung merapat kemejanya.
'Sebanyak ini?!" Dirga terbelalak.
"Iya, ada 101 tagihan dengan nilai fantastis!" ucap Firans dengan wajah kusutnya.
"Itu baru tagihan lima hari ini. Belum besok, lusa dan seterusnya," imbuh Firans lagi.
"Kenapa hal itu bisa terjadi Firans? Sebelumnya semuanya baik-baik saja," tanya Dirga dengan tatapan tak mengerti.
Firans menatap wajah Dirga bingung, saat mendapat pertanyaan CEO-nya itu. Kemana otak encer yang selama ini ia miliki, yang membawa perusahaan Surya Otomotif yang dipercayakan pak Hardi Surya ayahnya lebih berkembang maju.
"Dirga, apakah kau baik- baik saja?" Firans balik bertanya.
"Apakah aku terlihat tidak baik-baik saja?" kembali Dirga bertanya dengan mengerutkan keningnya menatap Firans yang selama ini menjadi orang kepercayaannya.
Firans meraup wajahnya kasar dengan kedua tangannya, ia benar- benar merasa bingung akan apa yang harus ia katakan pada Dirga, yang berlagak pura- pura tidak mengerti.
"Begini saja, sudah waktunya istirahat, kita makan siang dulu, supaya aku memiliki kesabaran tinggi menghadapi bos sepertimu Dirga,".ucap Firans seraya berdiri, ia meraih ponsel dan tabletnya lalu mengambil kunci mobilnya, dan langsung melangkah pergi meninggalkan meja kerjanya.
Dirga terpana, ia ingin protes pada sikap Firans yang aneh menurutnya, tapi ia berusaha menahannya. Sahabatnya itu pasti punya alasan tertentu bersikap seperti itu padanya.
Walau terpaksa, Dirga akhirnya mengekor dari belakang, mengikuti Firans yang sudah lebih dulu mencapai lift.
"Kau yang menyetir mobilku!" Tanpa aba-aba, Firans melemparkan kunci mobilnya kearah Dirga seenaknya.
"Huff!" Dirga yang tidak siap langsung menggerakan tangan dan kakinya secara spontan, berusaha menangkap kunci mobil Firans yang melayang diudara menuju kearahnya supaya tidak terjatuh.
"Asisten brekele!!" umpat Dirga kesal setelah berhasil menangkap kunci mobil dalam genggamannya. Firans hanya terkekeh karena berhasil mengerjai bos-nya itu.
"Kita tidak akan menggunakan mobil jelekmu ini, tapi mobilku saja," kata Dirga memandangi mobil Firans yang kotor berdebu.
"Seperti dirimu Dirga, kotor, jelek, tidak terawat, bulu-bulu diwajahmu sudah berubah menjadi rambut-rambut brekele. Mungkin sebentar lagi orang-orang akan bingung membedakan mana wajah, dan mana belakang kepalamu." Ucap Firans seenaknya.
"Kau, berani mengata-ngatai bos-mu?!" Dirga mendadak kesal dengan membulatkan matanya.
"Bukan mengata-ngatai pak bos, tapi kenyataannya, mungkin saja pak bos lupa bercermin tadi pagi, anggap aku cermin yang hidup," sahut Firans tanpa beban.
"Ayo masuk!" Firans langsung masuk mobilnya, dan duduk disamping kemudi.
Dirga bertambah kesal, Firans bersikap layaknya seorang bos, dan dirinya dijadikan sopirnya.
"Tunggu Firans, apakah kau mau membalikkan status kita? Aku kau anggap sopirmu?" Dirga menatap tajam wajah Firans yang telah duduk santai didalam mobilnya.
"Sepertinya itu ide yang bagus, aku tidak akan menolak," Firans semakin menjadi- jadi.
"Ayo cepat masuk, aku sudah sangat lapar, ini semua karena pengaruh perutku belum diisi," kilah Firans tanpa bersalah.
Dengan wajah kesalnya, Dirga terpakasa mengikuti apa maunya Firans. Ia masuk kedalam mobil, dan membanting pintu-nya dengan suara keras, baru kali ini ia diperlakukan bagai seorang sopir oleh asistennya sendiri.
"Jangan telalu kencang membanting pintu mobilku, nanti bisa rontok semuanya. Kau tahu 'kan, bila aku belum bisa mengganti mobil bututku ini dengan yang baru," tegur Firans.
Dirga tidak menjawab, ia segera mengidupkan mesin mobil Firans, dan tanpa menunggu lama, ia langsung melarikan mobil itu dengan kecepatan tinggi menuju pos jaga security, lalu menginjak rem dengan tiba- tiba disana, membuat detak jantung Firans hampir saja berhenti.
"Dirga, aku tidak mau mati sia-sia denganmu," ucap Firans sambil mengatur napasnya yang tiba-tiba saja terasa sesak akibat perbuatan Dirga barusan.
Dirga masih tidak menjawab, ia hanya tersenyum jahat, dirinya cukup puas karena telah membuat asisten bawelnya itu merasa ketakutan.
"Stop disini saja." ucap Firans, saat mereka tidak terlalu jauh meninggalkan kantor.
"Disini?" Tanya Dirga bingung, ia melirik sekilas kearah Firans, namun tetap menepikan mobil yang dikemudikannya dikumpulan pedagang kaki lima.
"Iya, kita makan disini saja," sahut Firans.
"Sikapmu kelewatan hari ini Firans, sepertinya selama ini aku terlalu lunak padamu," ucap Dirga mulai jengah dan tidak terima.
"Sabar Dirga, aku jamin makanan disini tidak kalah enaknya dengan yang ada direstoran-restoran langgananmu," ucap Firans meredam kekesalan sahabatnya itu, sambil membuka sabuk pengaman pada tubuhnya.
"Selain itu, mulai sekarang kau harus belajar berhemat." Setelah berkata demikian, Firans lalu keluar dari mobil tanpa canggung memasuki salah satu warung kaki lima yang ada dipinggir taman kota. Dirga terpaksa keluar mengikuti Firans yang sudah mendahuluinya.
"Pecel ayam bakar satu ya mas!" pesan Firans sambil mendudukan dirinya disalah satu kursi plastik yang belum ada penghuninya.
"Siap mas, temennya pesan apa mas?" tanya pemilik warung kaki lima.
"Kau pesan apa?" Tanya Firans pada Dirga yang mengambil duduk tepat dihadapannya.
"Makanan apa saja yang ada?" tanya Dirga menatap Firans.
"Tuh baca!" Tunjuk Firans memonyongkan mulutnya kearah kain lebar bertuliskan menu-menu makanan yang tersedia diwarung kaki lima itu.
Dirga membaca daftar nama satu-persatu menu makanan yang ada.
"Aku ikut pesananmu saja Firans, aku tidak yakin dengan pilihanku sendiri," ungkap Dirga yang belum terbiasa berada ditempat seperti itu.
"Tambah satu lagi pecel ayam bakarnya mas!" Seru Firans pada pemilik warung yang sedang mengolah pesanannya.
"Ok mas, lalu minumnya apa?" Tanya sang pemilik warung lagi.
"Teh anget dua ya," sahut Firans.
"Ok mas! Ditunggu sebentar ya," Pemilik warung itu dengan sigap segera mengolah apa yang menjadi tambahan pesanan pelanggannya.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mommy QieS
Banyak betul tagihannya, kak?
2023-06-09
1
Romero Oreo
lah, ini kek si fir bosnya😭
2023-03-24
1
Romero Oreo
pusing-pusing dah tu kepala si dirga
2023-03-24
1