...Hidup adalah sebuah lagu, maka nyanyikanlah!...
...Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah! ...
...Hidup adalah tantangan, maka hadapilah! ...
...Hidup adalah mimpi, maka wujudkanlah! ...
...Hidup adalah pengorbanan, maka ikhlaskanlah!...
...Begitulah dinamika alur takdir diolah...
...Maka, terimalah konsekuensimu...
...Sebagai manusia yang menerima...
“Sepertinya takdir begitu adil, membawamu kemari untuk menghukumku! Sekarang, segeralah hukum mati, pendosa ini! Keluarkan pistol itu sekarang!" Bella tersenyum kecil mendengar itu, dalam tas selempang miliknya, ia mulai mengeluarkan pistol yang pernah di berikan Brian padanya. Mengarahkan pistol itu tepat ke arah Brian.
"Aku salut akan keberanianmu ini Bella, kau memang gadis yang tegar!" Ujar Brian, tangannya meraih kecil tangan Bella yang menggenggam pistol itu, mengarahkannya tepat ke arah jantungnya.
"Akhiri hidupku, tarik pelatuknya sekarang!" Detakan kencang seakan menghantam jantung Bella.
Mengapa dirinya harus mengakhiri hidup Brian? Jika Brian sendiri bertindak masuk kedalam jalan yang salah karena keluarganya. Jika tangannya menghukum Brian saat ini, lalu apa bedanya dirinya dan Brian. Bella membuang kasar pistol itu.
"Cukup, jangan keluarkan ucapanmu yang mengesalkan itu! Aku benci mendengarnya! Haruskah kau lukai aku, ketika namamu mulai bersemayam di hatiku? Lalu, untuk apakah momen indah yang kau berikan padaku sebelum ini, jika kau akan meninggalkanku sendiri nantinya! Tidakkah kau lihat diriku, hidup sebatang kara saat ini sama sepertimu!" Brian diam mendengar itu, gadis di hadapannya itu menatap sendu ke arahnya.
“Pendosa sepertiku! Apa yang kau harapkan dariku, yang tangannya begitu keji membantai keluargamu!"
Bella meraih kedua tangan Brian menggenggamnya.
"Tangan ini melakukan dosa, karena keluargaku juga. Aku meminta maaf, atas semua kesalahan yang di perbuat keluargaku padamu!" Hatinya sedikit luluh, mendengar ungkapan maaf, begitu tulus yang di ucapkan Bella untuknya. Tapi tetap saja, Brian tidak ingin memberi harapan pada Bella di sisa waktu hidupnya yang tak banyak.
"Bukankah dendamku sudah terbalaskan! Yang tersisa saat ini adalah sebuah karma, akibat pembalasan itu. Kau yang terhormat, tak perlu meminta maaf di depanku seperti itu! Pergilah, kau sudah tidak ku butuhkan lagi saat ini!"
Pahitnya ungkapan itu, membuat hati Bella sangat sakit. Ucapan Brian, yang biasanya mengumbar kata manis, kini berubah menjadi kalimat pedas yang menyayat hati. Tak kuasa berdiri dihadapan Brian Bella pun pergi, meninggalkan pemuda itu dengan hatinya yang hancur.?
_____0_____
Di atas gedung rumah sakit, pemandangan kota Tokyo begitu menawan. Bagaikan sebuah miniatur, yang akan mencuri hati para pemandangnya. Di atas gedung ini, terlihat dua saudara dengan raut wajah yang berbeda. Yang satu begitu tenang, yang satu begitu kacau. Mereka tak lain adalah Brian juga Eddie.
"Apa yang kau lakukan? Kau bodoh atau apa? Kenapa kau lepaskan cintamu, di sela waktu hidupmu yang tak banyak? Seharusnya kau habiskan waktu bersamanya, sebelum pemerintah Jepang mengirimmu ke Amerika, untuk memenuhi hukuman mati!" Cengiran kecil terlukis dalam wajah Brian, yang tenang yang masih memandang kota Tokyo.
"Aku harus membuatnya membenciku, sebelum aku akan meninggalkannya selamanya!"
"Lalu apa yang kau dapatkan dari itu?"
"Tidak ada setidaknya, dia tidak akan melakukan hal bodoh ketika aku mati!"
Eddie melirik kecil saudaranya itu, raut wajah yang begitu Eddie benci. Adalah ketika, meski dalam keadaan genting, saudaranya itu tetap tenang. Meski tau, dirinya sedang berada di ambang kematian.
"Aku benci melihat sifatmu yang tenang ini! Meskipun situasimu dalam keadaan genting, raut wajahmu tetap menyebalkan!" Brian berbalik menatap Eddie yang sedang menatapnya dingin.
"Aku yang akan mati bukan kau! Lalu kenapa kau berisik sekali!"
"Kenapa kau tidak pernah membiarkanku menyelesaikan misi pembunuhan dari Tuan Shawn, mengapa harus kau? Lihatlah sekarang, dirimu berada dalam ambang kematian!" Brian tersenyum mendengar itu, tangannya mulai menyentuh puncak kepala Eddie.
"Karena cukup aku yang melakukan pembalasan ini, aku adalah putra sulung! Jika aku kotor, kau tidak boleh kotor, jika aku terluka, kau tidak boleh terluka! Aku tidak ingin adikku, berada dalam kondisi yang sama denganku! Jika aku mati, kau harus tetap hidup, karena kau dan aku anak dari seorang pahlawan! Setidaknya, sebelum aku pergi, satu masalah sudah selesai. Dan yang kusisakan untukmu, adalah kehidupan yang bebas! Jangan berjalan diantara kegelapan sepertiku! Carilah cahaya yang akan menyinarimu, berjalan menuju masa depan! Ketika kau temukan itu jangan lepaskan!"
...Lari dari tanggung jawab...
...Adalah pilihan para pengecut...
...Manusia lahir dengan takdir sebagai...
...pemimpin dan penjaga, bukan pecundang....
...Nilai dari sebuah kehebatan adalah tanggung jawab...
Tutur kata yang begitu santun, begitu lembut begitu bijaksana bagi Eddie. Bagaimana mungkin saudaranya yang berpribadi dingin, mampu mengeluarkan kalimat bijak yang menyentuh hatinya. Hatinya tersentuh, mendengar tutur kata yang diberikan Brian padanya, setetes air mata jatuh dari kelopak mata Eddie. Brian tersenyum melihat adiknya yang menangis itu, tangannya mulai ia jauhkan dari Eddie.
"Siapa yang mengijinkanmu menangis hah?"
"Aku hanya tidak percaya, kau akan mengatakan hal itu!" Mendengar jawaban dari mulut Eddie, Brian pun tertawa.
"Karena aku ini juga manusia Ed, aku harus memastikan masa depanmu tetap cerah! Dan tidak mengikuti langkahku!"
Eddie berfikir sejenak, ia sedikit menangkap sesuatu dari perkataan saudaranya itu. Ia tersenyum licik kemudian.
"Aku akan tetap mengikuti langkahmu, yaitu meninggalkan cahayaku!"
"Apa maksudmu! Kau tidak akan mendengarkanku?" Ujar Brian.
"Aku mendengarkanmu! Hanya jika kau sudah melakukan hal itu!" Brian bingung apa yang sedang Eddie katakana saat ini.
"Apa?"Tanya Brian singkat.
"Kau adalah sosok badai sebelum ini, yang kedatangannya sama sekali tak diharapkan oleh siapapun! Tetapi ketika cahaya, mampu masuk ke dalam badaimu, justru kau meninggalkannya! Kau membuang Bella begitu saja, bukankah dia cahayamu? Lalu kenapa kau melepaskannya!
Bukankah sudah kukatakan apa alasannya?"
"Kau yang membuatnya sendiri dalam kehidupan ini, dengan membunuh keluarganya! Kau harus bertanggung jawab, kau tidak bisa mengembalikan nyawa mereka. Tapi setidaknya, kau harus mengembalikan kebahagiaannya di sisa hidupmu yang tak lama!" Tutur kata Eddie membuat Brian menyadari kesalahannya. Seharusnya dirinya tak membuang Bella begitu saja, sosok cahaya yang mengusir badai dalam hatinya.
_____0_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
@Ani Nur Meilan
Brian kamu harus perjuangkan cinta kamu, jangan buat Bella bersedih.
2023-02-15
0
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
itu benar... bahagiakan dia... seseorang ynk kluarganya sudah kau hancurkan
2023-02-15
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐀⃝🥀𝑰voᷠnͦeͮℛᵉˣ
Jika hati Bella dan Brian saling mencinta seperti apapun riak yang berusaha memisahkan akan tetap membuat mereka bersatu.
2023-02-08
0