..."Selaraskah aku denganmu? Gadis cantik yang di tuntun takdir menemuiku? Tak bisakah kau mengusirnya pergi jauh dari pandanganku, kali pertama mataku menemukan sosoknya bayangan akan dirinya seakan abadi dalam fikiranku? Tak ada satupun kekurangan yang ia miliki secara fisik, namun hatinya begitu mendambakan kasih sayang nyata? Dia hidup di antara kesunyian, namun masih sempat mengukir senyum untuk mereka yang begitu kesepian? Karenanya nuraniku sedikit terusik, akan ketegaran yang ada padanya. Benarkah jalan yang ku pilih selama ini, apakah memang sudah takdirku hidup layaknya badai, yang tak di harapkan kedatangannya! Tapi, apakah salah jika seorang anak membalas perbuatan tak senonoh orang egois yang begitu meremehkan sebuah jasa... Tidak, meskipun gadis itu ataupun orang lain takkan ada yang mampu merubah prinsip hidupku... Biarlah badai tetap ada dalam diriku!" Batin Brian dalam hati....
Kelopak matanya mengerjap, biru lautan yang ada di hadapannya sudah cukup melarutkan pemikirannya akan Bella. Sepoi angin sama sekali tak mengusiknya, rambut pirangnya berkibar tertiup angin. Semburat kecil terukir jelas pada parasnya yang tampan, "Malu" mungkinkah saat ini ia merasa malu? Mengingat sifatnya yang begitu hangat pada Bella, membuat senyumnya mengembang begitu saja. Gadis itu, cukup unik menurutnya!
..."Kau gadis yang bahkan sama sekali tidak menarik untuk di ikuti, tetapi beraninya kau menantang diriku tanpa sedikitpun ada rasa ragu dalam hatimu? Beraninya kau membuatku tak mampu melepas sosokmu dalam pikiranku? Manusia macam apakah kau ini, bayangmu sama sekali tak pernah pudar dalam ingatanku... Kali pertama aku menutup mata, kau berdiri di antara hidup ku yang gelap, mengulurkan tanganmu padaku... Aku berusaha menghapus dirimu dari memoriku, tak sedikitpun ingin aku mengingatmu... Namun apalah dayaku tak mampu." Batin Brian. Seorang pemuda berambut coklat mendekatinya yang sedang duduk di tepi pantai, hamparan pasir putih menjadi alas tempatnya duduk....
Pemuda yang tak lain adalah Eddie ini ikut duduk di samping Brian, birunya laut yang begitu indah memanjakan mata mereka.
"Apakah ini tentang gadis itu?" Ujar Eddie, Brian tersenyum kecil mendengarnya. Eddie adalah adiknya, menyembunyikan sesuatu dari saudaranya adalah hal yang sulit.
"Kau benar benar adikku yang hebat ya." Eddie tersenyum mendengar itu.
"Tidak ada satu ikatan di dunia ini yang mampu memisahkan ikatan persaudaraan, kau adalah kakak ku, sudah kewajibanku juga memperhatikanmu! Jadi, apakah gadis itu begitu mengusikmu?"
"Tidak, sama sekali tidak! Awalnya dia adalah beban yang begitu menyusahkanku, tetapi akhir akhir ini berbeda."
"Jadi, kesan apakah yang membuatnya berbeda akhir akhir ini?"
Eddie melirik singkat Brian, ia menangkap jelas senyuman Brian yang terukir bahagia.
"Simpatinya!" Ujar Brian.
"Ibu, kau teringat pada ibu?" Brian mengangguk mendengar itu.
"Benar sekali, sosok penuh kasih itu seakan hadir dalam dirinya... Entah apa tujuan takdirku bertemu dengan gadis menyusahkan sepertinya?"
Eddie merasakan satu hal, matanya menunduk sejenak mencoba meyakinkan perasaan seperti apakah yang sedang Brian alami saat ini, tapi ini adalah waktunya membuka hati Brian untuk orang lain. Tutur kata dari gadis yang ia pikirkan saat ini, mungkin mampu membelokkan takdirnya sedikit ke arah yang benar.
"Mungkin saja kau mencintainya, Brother!" Ujar Eddie, Brian menatap aneh adiknya yang tengah tersenyum memandang damai lautan.
"Apa yang kau katakan tidaklah benar." Ujar Brian acuh.
"Mungkin saja ibu memang ada dalam sosoknya, mungkin ia begitu sangat menyayangimu hingga melihatmu menempuh kegelapan ini tidaklah mungkin! Kau begitu menyayangi ibu bukan? Lalu mengapa kau berpaling dari cahaya yang sudah jelas akan menuntunmu menemui jalanmu!"
"Apa yang kau katakan tidaklah benar, mungkin saja hal itu hanya suatu kebetulan saja!" Eddie tersenyum kecil mendengar itu.
"Kau sendiri yang mengatakan padaku, semua yang terjadi dalam kehidupan kita sudah ditentukan oleh putaran takdir yang terus berputar."
Brian membuang nafasnya kasar, hal yang paling sukar menurutnya adalah ketika dirinya berdebat langsung dengan adiknya Eddie. Setiap tutur kata yang ia lontarkan akan selalu benar menurut hatinya, tetapi lisannya selalu menyimpang menjauhi kebenaran akan tutur kata adiknya.
...______0______...
Seorang gadis cantik sedang mempelajari beberapa carik kertas di atas meja kerjanya. Matanya begitu perih, mengingat ini sudah 6 jam matanya mempelajari lembaran kertas berisi informasi yang ia kumpulkan.
Tragedi yang menimpa keluarganya, tak mematahkan semangatnya untuk tetap mencari tahu. Siapakah dalang di balik meledaknya kantor polisi Tokyo. Suara pintu sedikit mengejutkannya, konsentrasinya hilang seketika, ketika inspektur muda datang menghampirinya, inspektur muda itu tak lain adalah Han.
"Sibuk sekali ya, nona detektif?" Ujar Inspektur Han.
"Seperti yang kau lihat Han, lembaran informasi ini masih sebagian. Sisanya mungkin sedang menantiku lagi esok!"
"Jangan terlalalu terlarut dengan kasus ini Bella, Serahkan saja pada kami, cukup kau diam di rumah dan menunggu hasilnya."
Bella mengernyitkan dahinya sambil menatap Han dengan tatapan yang sulit diartikan, ada apa dengan pemuda di depannya itu? Bukankah dia sendiri yang memperbolehkan Bella menyelediki kasus ini?
"Ada apa?" Tanya Bella curiga.
"Tidak ada hanya saja melihatmu yang terlalu larut dalam kasus ini sedikit membuatku iba, kau ini seorang gadis tentu saja naluri lelaki ku tak tega melihatmu."
Han terkekeh setelah mengatakan itu, Bella melempar senyuman kecil ke arahnya.
"Dasar! Naluri lelaki katamu, tidakkah kau ini bukan seorang lelaki." Canda Bella.
"Lalu aku ini apa menurutmu?"
"Mungkin pribadi ganda atau semacamnya."
"Apa? Hei, tentu saja tidak... Jika aku seperti itu tidak mungkin hatiku tertarik padamu Bella."
Bella menaikkan satu alisnya mendengar itu, apakah ia tidak salah dengar kali ini? Apakah indra pendengarannya buruk? Mungkinkah seorang Inspektur muda dari Jepang ini menyukainya? Tetapi hatinya tak menyimpan sedikitpun rasa untuk pemuda di depannya itu.
"Apa?"
"Melihatmu yang begitu serius membuatku sedikit kagum, wajar jika aku tertarik padamu. Hmm, bagaimana jika kau ikut saja denganku besok malam." Ajak Han.
"Akan kau ajak kemanakah aku? Tidakkah lembaran yang harus ku selidiki masihlah banyak?"
"Cobalah luangkan waktumu, agar kau tidak terlalu jenuh! Orang pandai pun butuh istirahat dan bersenang senang. Ada pesta topeng di kediaman Inspektur Takamura, dia mengajakku kesana kau boleh ikut jika kau mau. Kau juga boleh mengajak orang lain, asalkan dia temanmu." Jelas Han, ia pun pergi dari hadapan Bella.
Pesta topeng, Bella mengingat kenangan lamanya bersama adiknya juga ayahnya, keluarga Bella memanglah sangat menyukai pesta. Hal membahagiakan ada di dalamnya. Hingga kesan akan pesta yang telah ia lalui, tak pernah sedikitpun lepas dalam memorinya.
Tapi apakah kali ini kesannya akan tetap sama? Ketika keluarganya pergi meninggalkannya seorang diri di negara orang?
Bella menggeleng kecil, dia berfikir menolak ajakan Han adalah hal yang tidak benar. Dengan murah hati Han menawarkannya untuk ikut, menolak adalah hal yang tidak sopan menurutnya.
Bayangan Brian seketika hadir dalam pikirannya, sepertinya mengajak pemuda itu ke pesta malam esok adalah sesuatu yang tepat. Dia begitu berharap Brian akan pulang malam ini, maka kesempatan untuk mengajaknya esok bukanlah sebuah angan.
...________0________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Brian kayaknya kamu sudah mulai cinta sama Bella
2023-02-22
0
Embun
y begitulah kadang ikatan yg ada membuat seseorang bisa merasakan apa yg di rasakan lainnya
2023-02-08
0
𝑳𝒂𝒚𝒚𝒂𝒓𝒊
Apakah Bella akan berhasil mengajak Brian ikut pesta topeng🤔
2023-02-08
2