Jembatan Dosa

Jembatan Dosa

Manusia Berhati Batu

...Anda bebas memilih...

...Tetapi Anda tidak bebas...

...Dari konsekuensi pilihan Anda...

____________

Seorang lelaki tua sedang menghisap seputung rokok, ia duduk pada sebuah kursi mewah berlapiskan berlian.

Beberapa langkah didepannya kini terlihat seorang pemuda bersurai coklat, pemilik sepasang bola mata hitam yang menawan, rambutnya panjang lurus namun begitu rapi, ia memberi hormat pada lelaki tua yang berada tak jauh darinya.

"Bangunlah, ada masalah apa?" Tanya lelaki tua yang sedang duduk nyaman diatas kursi berlapis berlian nya, ia adalah tuan Shawn.

"Ada beberapa berkas yang hilang dan banyak sekali uang di Brankas yang hilang, tetua."

Jawaban kecil yang terlontar dari seorang pemuda bersurai coklat, lebih tepatnya "Eddie", membuat Shawn Tertawa meremehkan.

"Hanya orang bodoh yang akan melakukan itu didalam markas kita, Ed!"

"Jadi tetua, apa yang harus kita lakukan?"

"Ini saatnya, bukan kita yang akan membereskan ini! Tetapi, pemuda itu. Brian!"

"Baiklah saya mengerti."

Eddie membungkuk kecil, memberi penghormatan sebelum ia meninggalkan ruangan Shawn.

Langkahnya membawanya berjalan ke suatu tempat, hatinya sedikit ragu untuk melangkah pergi menghampiri ruangan.

Dimana Disana adalah tempat pemuda bernama Brian itu bersemayam. Tepat ketika ia sampai dihadapan pintu besi yang berdiri kokoh, ia mulai mengucap sebuah harapan kecil.

"Tuhan, semoga semua akan baik-baik saja."

Harapan kecil itu memantapkan tangannya terangkat membuka pintu besi itu, dalam keremangan ruangan yang bahkan secercah cahaya pun tak begitu ada, suara pukulan mulai terdengar. Samar-samar terlihat seorang pemuda yang sedang berlatih tinju, dengan penuh tenaga tangannya menghantam beberapa boneka kayu dihadapannya.

Perlahan Eddie mulai mendekati pemuda yang sedang fokus menghantam boneka kayu.

"Brian." Sapa Eddie, namun tak ada sekalipun respon untuk sapaan itu, pemuda bernama Brian itu masih saja memukul boneka kayu itu. Eddie mencoba tenang, ia tidak ingin terbawa emosi.

"Kenapa kau kemari?" Brian, tangannya masih tetap memukul boneka kayu itu sembari berbicara pada Eddie.

"Ada tugas untukmu dari tetua!"

Mendengar hal itu, Brian menghentikan pukulannya pada boneka kayu itu. Ia membuang nafasnya kasar dan berbalik menghadap Eddie.

"Ada penyusup, kau harus membereskannya." Ujar Eddie, senyuman kecil atau lebih mirip dengan seringai mulai terlukis pada wajah Brian.

"Berapa kali kita harus menuruti kemauan tua bangka iitu, hah? Tidakkah dia berkuasa, lalu kenapa dia tidak membereskannya sendiri?"

Tanpa sepatah katapun Eddie mulai melangkah keluar, begitupun dengan Brian. Beberapa orang bersenjata yang mereka lewati memberi hormat pada mereka Brian juga Eddie.

"Tutup semua pintu masuk! Mari kita berburu penyusup!" Tangan Brian terangkat menunjuk semua tombol yang ada didalam markasnya, tanpa ada sekalipun penentangan semua orang Disana pun menuruti apa yang Brian perintahkan.

Mulai dari pintu masuk, hingga pintu rahasia semuanya terkunci dan dijaga ketat. Sembari semua orang sedang sibuk, tatapan mata penuh introgasi milik Brian, dengan jeli memperhatikan setiap orang yang ada didalam markas. Tak butuh waktu lama, pandangannya kini tertuju pada satu orang, Brian merogoh kecil sakunya tak lama sebuah pistol mulai ia todongkan pada orang itu.

"Kenapa kau lakukan itu?" Tanya Brian, pada seorang pria paruh baya yang ditodong pistol, senyuman terkesan licik terukir kecil pada mimik wajah pria itu.

"Apa kau tidak sadar bahwa organisasi ini sudah terlalu banyak melakukan dosa? Dan apakah kau akan menambah dosamu dengan membunuhku disini? Atau membiarkanku hidup dan menjadi ancaman bagi kalian?"

"Aku bukan Tuhan, yang bisa menentukan kau hidup atau mati! Tapi aku seorang manusia yang akan memberimu pilihan! Katakan padaku siapa yang mengirimmu kemari, atau orang lain akan memaksamu menemui Tuhan lebih awal!"

"Pengkhianatan adalah hal yang paling memalukan bagi seorang prajurit, mati disini dan melindungi segalanya adalah sebuah kebanggaan!"

Sebuah prinsip dari pria itu, membuat Brian begitu marah. Ia benar-benar gelap mata ketika mendengar prinsip yang dikatakan pria itu, baginya itu sangat menjijikkan, mengabdi atas dasar kesetiaan adalah hal memalukan bagi Brian.

"Bereskan dia!!!" Tegas Brian. Salah seorang pemuda mengarahkan pistol ke arah pria itu, tanpa ragu pelatuk pistol itu ditarik.

Dorrr

Satu kali tembakan mengakhiri nyawa pria itu. Yakin, jika pria dihadapannya itu sudah tewas, Brian dengan langkah tergesa-gesa menuju sebuah ruangan.

Dengan pintu kokoh yang berlapiskan emas dan berlian. Tangannya mulai membuka pintu itu, ia pun masuk kedalamnya, tempat itu adalah tempat Tetua Shawn.

"Bagus sekali Brian! Satu tugas lagi untukmu, ini tidak berat kita hanya perlu menghirup udara segar diluar sekarang, lalu habisi dua orang detektif Amerika bunuh juga dua orang agen FBI Amerika, itu adalah peringatan bagi mereka, karena sudah berani bermain-main denganku."

"Baiklah." Jawab Brian tegas.

"Kuberikan kau tim alpha, untuk menyelesaikan misi ini."

"Aku tidak membutuhkan banyak tim untuk misi semudah itu, aku bukan orang bodoh!"

"Baiklah, ingat ketika kau meninggalkan organisasi ini untuk menjalankan misi, identitasmu adalah Nicolas bukan Brian."

"Aku mengerti."

"Pergilah!"

Tugas sudah diterima, Brian pun pergi dari hadapan Shawn. Ia menuju ruang persenjataan mengambil beberapa senjata yang ia perlukan, setelah itu ia mulai mengganti pakaiannya dan memulai penyamaran.

Diambilnya mobil Ferrari mewah miliknya, ia pun mulai menjalankan mobilnya menuju kantor polisi, tepat ketika ia sampai Disana ia pun mulai menelfon seseorang.

"Kita butuh helicopter, berjagalah targetnya adalah kantor polisi Tokyo."

"Baiklah tuan muda." Ujar orang diseberang sana.

Brian menutup telfonnya ia pun turun dari mobilnya, dan mulai memasuki kantor polisi, namun dua orang polisi yang sedang berjaga didepan pintu masuk menahannya.

"Siapa kau? Ada kepentingan apa?" Brian tersenyum licik mendengar pertanyaan itu.

"Aku akan mengatakan kepentingan, hanya pada mereka yang ada hubungannya denganku!"

"Oh begitu, baiklah tetaplah disini jangan berani kau mendekati pintu!"

"Wah sepertinya aku harus mengajari kalian sopan santun tuan, ingat satu hal mengabaikan seorang tamu ketika berkunjung itu tidak baik."

Dua orang polisi itu tertawa mendengar tanggapan Brian, mereka seperti meremehkan sosok Brian.

"Rakyat biasa sepertimu akan mengajari kami?"

"Jangan memandang seseorang dari segi fisik, karena itu tidak berguna! Lihat dan perhatikan dia dari kemampuannya pasti kau akan membisu ketika melihatnya. Setiap orang memiliki keunggulan, dan ya.... jangan lengah, situasi disini sangat sepi hanya ada kalian dak aku! Aku akan bermain-main dengan kalian."

Dua orang polisi itu masih saja meremehkan Brian, sedang yang diremehkan hanya diam tak bergeming.

"Bingo!" Ucap Brian seraya tersenyum penuh kemenangan.

Dua orang polisi yang tadi meremehkan Brian kini diam membisu, Bagaimana tidak? Dua orang pemuda tiba-tiba sudah ada dibelakang mereka sambil menodongkan pistol tepat dibelakang kepala mereka. Ketika dua orang polisi itu ingin mencari senjata yang terletak disamping pakaian mereka betapa terkejutnya mereka ketika senjata itu tak ada. Brian tersenyum kecil memperhatikan dua orang polisi didepannya yang kebingungan mencari senjata yang tadinya ada.

"Senjata yang kalian cari adalah senjata yang akan membunuhmu jika kalian berdua berteriak! Jaga mereka dan bereskan!" Ujar Brian.

"Siapa kau ini?" Brian tersenyum kecil mendengar pertanyaan kecil yang terlontar dari salah satu polisi yang ditahannya.

"Ada apa tuan? Kau tertarik?"

"Siapa kau?" Tanya polisi itu lagi.

"Aku Nicolas, Oke aku tidak memiliki banyak waktu sekarang ini. Aku harus pergi!"

Brian masuk ke-dalam kantor polisi itu, hanya ada beberapa polisi didalam sana. Ya, memang karena ini sudah sangat larut. Brian masuk kedalam ruangan pengawas CCTV, disana masih ada orang namun tak menyadari keberadaan Brian.

Didekatinya sang pengawas CCTV itu, dan ia lumpuhkan setelah itu ia merusak seluruh sistem CCTV. Target kedua, Brian mulai menuju sebuah ruangan rapat yang ada didalam kantor polisi Tokyo melewati beberapa polisi tak ada rasa takut pun didalam hati Brian, beruntungnya ia sempat merubah penampilannya dan mengambil seragam sang pengawas hingga tak ada pasang mata pun yang curiga. Sesampainya didalam ruang rapat, Brian mulai menaruh sesuatu disana.

Setelah cukup yakin semua tugas terselesaikan, Brian menuju ke-atas gedung kantor polisi. Sebuah Helikopter pun datang menjemputnya, dua orang polisi yang ia tahan tadi pun sudah dilumpuhkan, anak buah Brian menyuntikan sesuatu​ pada dua orang polisi itu. Seluruh anak buah Brian pun pergi meninggalkan kantor polisi itu.

"Perayaan kita akan dimulai!" Brian memperhatikan kantor polisi Tokyo dari dalam helikopter. Tangannya mulai menekan sebuah tombol berwarna merah, detik kemudian salah satu bagian dari kantor polisi itu meledak. Brian tersenyum licik setelah itu.

Dilain tempat, ledakan itu membuat seorang gadis yang berada tak jauh dari kantor polisi itu terpaku melihatnya. Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya, ia pun terisak.

"Apa-apaan ini! Aku baru saja ingin menemuimu!" Ujarnya yang masih terisak, tangannya mulai mencari ponsel yang ada didalam saku jaketnya, ia menekan tombol ponselnya menelfon seseorang.

Helikopter milik Brian berhenti tepat diatas sebuah rumah tua pinggir pantai, tali dari dalam helikopter mulai diturunkan hingga menyentuh tanah.

"Kalian laporkan ini pada tetua Shawn, biarkan aku beristirahat! Aku akan segera kembali ke markas setelah tenagaku pulih."

Brian turun setelah mengatakan hal itu pada beberapa anak buahnya. Setelah yakin Brian sudah turun dibawah sana, tali itu mulai ditarik kembali, Helikopter itupun pergi. Brian berjalan ke-arah rumah tua pinggir pantai itu, ada tangga kayu disana untuk membantunya naik ke-atas menuju rumah tua itu, tepat didepan pintu rumah itu ada sebuah jembatan kayu panjang menuju ke-arah pantai.

Angin malam berhembus sangat dingin malam ini, membuat Brian mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah tua itu, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang detik kemudian ia mulai terlelap.

..."Tak ada satupun kekuatan yang mampu mengalahkan kehendaknya, dia yang berkuasa atas rencana takdir bukanlah sesuatu yang tepat untuk menantangnya. Karena skenario kehidupanmu berada dibawah kendalinya, menikmati skenario yang direncanakannya adalah kewajiban seorang manusia."...

Terpopuler

Comments

🗿

🗿

knp jdi dikurang sih si bryan? emm penasaran gwe jadinya,

wiihh ngomong² nm nya sama gwe thor hahahaa...

kaget gwe pas pertama bca..

2023-02-22

1

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𓆈

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𓆈

sayang banget berlian cuma buat diduduki🚶‍♂️

2023-02-22

1

Doͥctͣoͫr•ន𝑎𝗻𝐝ī🦅

Doͥctͣoͫr•ន𝑎𝗻𝐝ī🦅

Gw suka gaya Brian simple tapi pasti 😎

2023-02-22

1

lihat semua
Episodes
1 Manusia Berhati Batu
2 Neraka dan Kebebasan
3 Iblis Baik Hati
4 Menaklukan Iblis Kota
5 Iblis yang Melarikan Diri
6 Renungan Cahaya
7 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 1)
8 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 2)
9 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 3)
10 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 4)
11 Nuansa Samudra Asmara
12 Sesuatu yang Berharga
13 Mencintai Seorang Pembunuh
14 Penebusan Dosa
15 Manusia yang Membawa Kabar
16 Ucapan yang Menamparku
17 Menerima Fakta dan Konsekuensi
18 Menit yang Menghitung Mundur
19 Pencipta yang Menyuruhku Kembali
20 Dari sini, Aku pergi ya!
21 Jembatan Dosa (Trailer) #2
22 Malaikat yang Membuang-ku
23 Pertobatan Pertama
24 Berdetak untuk Satu Nama
25 Sebuah Panggilan Asing
26 Limosin dan Perancis
27 Pejalan Kaki dan Kenangannya
28 Effiel dan Kamu
29 Satu Waktu dan Sakura
30 Rombongan Bodyguard Pengantar
31 Kamu dan Sakura-sakura itu
32 Selamat Datang Pria-ku
33 Butik dan Ambisi
34 Pria dari Masa Lalu
35 Konspirasi Kecil #1
36 Konspirasi Kecil #2
37 Konspirasi Kecil #3
38 Profesi yang Kembali
39 Manusia Bermata Satu
40 Surat atas Namamu
41 Ambisi Berdarah
42 Kedua Ambisi Gelap
43 Sisi Gelap Manusia
44 Wanitaku,Hatiku, Nyawaku
45 Pagi di Rumah Pinggir Pantai
46 Bersamamu
47 Ketenangan dan Kedatangan
48 Durasi Karmamu
49 Menit Pertama Perselisihan
50 Berada di Pelukanmu
51 Menjelang Pernikahan
52 Sosok Penguntit
53 Runyam
54 Peresmian dan Penguakan
55 Pemberantasan dan Misi
56 Jauh namun Dekat
57 Hai Negaraku
58 Seluk Beluk Alcatraz
59 Sebuah Ponsel dan Konspirasi
60 Gengster Penjara Al Capone
61 Hitungan Mundur 3
62 Hitungan Mundur 2
63 Hitungan Mundur 1
64 Sidang Kelicikan
65 Fakta yang Kalah
66 Manusia Dalam Jeruji
67 Manusia yang Curang
68 Perancis dan Dirimu
69 Es Krim
70 Mengantar Kado
71 Pertengkaran dan Lelucon
72 Manusia Kecil
73 Pagi ini
74 Manusia Penyangkal
75 Sebuah Pengakuan
76 Pesta Dansa
77 Pesta Dansa #2
78 Wine dan Dekapan
79 Pagi dan Sepasang Mata
80 Stevan Drew
81 Sebuah Seringai dari Balik Kaca
82 Perjanjian Kecil
83 Mengungkap Fakta
84 Konspirasi Baru
85 Pelukan Malam Ini
86 Manusia yang Diliputi Amarah
87 Manusia Cacing
88 Petang ini dan Sebuah Seringai
89 Tahap Kasus Pertama
90 Ini adalah Sebuah Konspirasi
91 Sebuah Kabar Bahagia
92 Calon Penerus
93 Konspirasi Baru
94 Satu Kali Tangkap
95 Mengenai Satu Ciuman
96 Konspirasi yang Berjalan
97 Memulai Konspirasi
98 Koneksi Pertama
99 Koneksi Pertama #2 (Problem)
100 Kesalahan Fatal
101 Cari Mati
102 Kelicikan Masih Berlanjut
103 Kemarahan Sepihak
104 Satu Sisi Menarik Satu Sisi Suram
105 Meredam Sisi Buruknya
106 Menjalankan Satu Rencana
107 Pada Kenyataannya
108 Sebenarnya ada apa?
109 Mencoba Melupakannya
110 Sebuah Fakta Lain
111 Hal yang Membahagiakan
112 Sedikit Membuat Lupa
113 Mengingat Kembali
114 Kemarilah
115 Sayang Tetaplah Bersamaku
116 Tetap Diam Namun Baik
117 Mata yang Masih Memantau
118 Bolehkah Aku Mengenalmu Lebih Jauh
119 Antara Suram dan Getir
120 Mencoba Menahan Luka
121 Secercah Kesempatan
122 Menjebaknya
123 Pulang Sebentar
124 Pemancar
125 Kita Ringkus Dia Sekarang
126 Penyergapan Malam Ini
127 Mengejarmu
128 Kembalilah
129 Berusaha Membawamu Pulang
130 Pada Akhirnya
131 Arogansi Manusia
132 Negara Orang
133 Waktu Bersamamu
134 Tasya Sialan!
135 Kami Akan Pulang
136 Satu Hal Lagi
137 Lagi-lagi
138 Hukuman apa yang pantas?
139 Ambisi Tasya
140 Aku ingin bertemu!
141 Mencoba Mencari Celah
142 Konspirasi Kedua Dendam
143 Mencoba memecah belah
144 Kembali Berulah
145 Memulainya
146 Sebuah Pesan
147 Bertindak Sendiri
148 Bertindak Sendiri
149 Meringkusnya
150 Keputusan
151 Sebuah Keputusan
152 Setelah Saat Itu
153 Daddy, Bolehkah?
154 Di Sekolahnya
155 Sebuah Panggilan Telepon
156 Kalian ini kenapa?
157 Singgah Sebentar
158 Perbedaan Semacam Apa Ini?
159 Sebenarnya Ada Apa?
160 Tentang Perbedaan Di antara Kami
161 Daddy Aku Mohon!
162 Mata-mata
163 Sebuah Pesan
164 Kebaikan
165 Berbagi itu indah
166 Berat Namun Akan Ku Coba
167 Awal Mulanya
168 Sebuah Kenyataan Pahit
169 Aku Melihatnya
170 Sebelum Rencana Dimulai
171 Menata Rencana
172 Jadi Sebenarnya
173 Hallo Sienna!
174 Pembicaraan Malam Ini
175 Siapa Kau? #1
176 Siapa Kau #2
177 Bernafas Sejenak
178 Valentine Days
179 Aku milikku
180 Mengapa Kami Bersama mu
181 Family Time 1
182 Family Time 2
183 Liburan di Hawai
184 Mereka Pewaris Kami
185 Calon Pewaris
186 Pewaris Kami (Ending)
Episodes

Updated 186 Episodes

1
Manusia Berhati Batu
2
Neraka dan Kebebasan
3
Iblis Baik Hati
4
Menaklukan Iblis Kota
5
Iblis yang Melarikan Diri
6
Renungan Cahaya
7
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 1)
8
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 2)
9
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 3)
10
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 4)
11
Nuansa Samudra Asmara
12
Sesuatu yang Berharga
13
Mencintai Seorang Pembunuh
14
Penebusan Dosa
15
Manusia yang Membawa Kabar
16
Ucapan yang Menamparku
17
Menerima Fakta dan Konsekuensi
18
Menit yang Menghitung Mundur
19
Pencipta yang Menyuruhku Kembali
20
Dari sini, Aku pergi ya!
21
Jembatan Dosa (Trailer) #2
22
Malaikat yang Membuang-ku
23
Pertobatan Pertama
24
Berdetak untuk Satu Nama
25
Sebuah Panggilan Asing
26
Limosin dan Perancis
27
Pejalan Kaki dan Kenangannya
28
Effiel dan Kamu
29
Satu Waktu dan Sakura
30
Rombongan Bodyguard Pengantar
31
Kamu dan Sakura-sakura itu
32
Selamat Datang Pria-ku
33
Butik dan Ambisi
34
Pria dari Masa Lalu
35
Konspirasi Kecil #1
36
Konspirasi Kecil #2
37
Konspirasi Kecil #3
38
Profesi yang Kembali
39
Manusia Bermata Satu
40
Surat atas Namamu
41
Ambisi Berdarah
42
Kedua Ambisi Gelap
43
Sisi Gelap Manusia
44
Wanitaku,Hatiku, Nyawaku
45
Pagi di Rumah Pinggir Pantai
46
Bersamamu
47
Ketenangan dan Kedatangan
48
Durasi Karmamu
49
Menit Pertama Perselisihan
50
Berada di Pelukanmu
51
Menjelang Pernikahan
52
Sosok Penguntit
53
Runyam
54
Peresmian dan Penguakan
55
Pemberantasan dan Misi
56
Jauh namun Dekat
57
Hai Negaraku
58
Seluk Beluk Alcatraz
59
Sebuah Ponsel dan Konspirasi
60
Gengster Penjara Al Capone
61
Hitungan Mundur 3
62
Hitungan Mundur 2
63
Hitungan Mundur 1
64
Sidang Kelicikan
65
Fakta yang Kalah
66
Manusia Dalam Jeruji
67
Manusia yang Curang
68
Perancis dan Dirimu
69
Es Krim
70
Mengantar Kado
71
Pertengkaran dan Lelucon
72
Manusia Kecil
73
Pagi ini
74
Manusia Penyangkal
75
Sebuah Pengakuan
76
Pesta Dansa
77
Pesta Dansa #2
78
Wine dan Dekapan
79
Pagi dan Sepasang Mata
80
Stevan Drew
81
Sebuah Seringai dari Balik Kaca
82
Perjanjian Kecil
83
Mengungkap Fakta
84
Konspirasi Baru
85
Pelukan Malam Ini
86
Manusia yang Diliputi Amarah
87
Manusia Cacing
88
Petang ini dan Sebuah Seringai
89
Tahap Kasus Pertama
90
Ini adalah Sebuah Konspirasi
91
Sebuah Kabar Bahagia
92
Calon Penerus
93
Konspirasi Baru
94
Satu Kali Tangkap
95
Mengenai Satu Ciuman
96
Konspirasi yang Berjalan
97
Memulai Konspirasi
98
Koneksi Pertama
99
Koneksi Pertama #2 (Problem)
100
Kesalahan Fatal
101
Cari Mati
102
Kelicikan Masih Berlanjut
103
Kemarahan Sepihak
104
Satu Sisi Menarik Satu Sisi Suram
105
Meredam Sisi Buruknya
106
Menjalankan Satu Rencana
107
Pada Kenyataannya
108
Sebenarnya ada apa?
109
Mencoba Melupakannya
110
Sebuah Fakta Lain
111
Hal yang Membahagiakan
112
Sedikit Membuat Lupa
113
Mengingat Kembali
114
Kemarilah
115
Sayang Tetaplah Bersamaku
116
Tetap Diam Namun Baik
117
Mata yang Masih Memantau
118
Bolehkah Aku Mengenalmu Lebih Jauh
119
Antara Suram dan Getir
120
Mencoba Menahan Luka
121
Secercah Kesempatan
122
Menjebaknya
123
Pulang Sebentar
124
Pemancar
125
Kita Ringkus Dia Sekarang
126
Penyergapan Malam Ini
127
Mengejarmu
128
Kembalilah
129
Berusaha Membawamu Pulang
130
Pada Akhirnya
131
Arogansi Manusia
132
Negara Orang
133
Waktu Bersamamu
134
Tasya Sialan!
135
Kami Akan Pulang
136
Satu Hal Lagi
137
Lagi-lagi
138
Hukuman apa yang pantas?
139
Ambisi Tasya
140
Aku ingin bertemu!
141
Mencoba Mencari Celah
142
Konspirasi Kedua Dendam
143
Mencoba memecah belah
144
Kembali Berulah
145
Memulainya
146
Sebuah Pesan
147
Bertindak Sendiri
148
Bertindak Sendiri
149
Meringkusnya
150
Keputusan
151
Sebuah Keputusan
152
Setelah Saat Itu
153
Daddy, Bolehkah?
154
Di Sekolahnya
155
Sebuah Panggilan Telepon
156
Kalian ini kenapa?
157
Singgah Sebentar
158
Perbedaan Semacam Apa Ini?
159
Sebenarnya Ada Apa?
160
Tentang Perbedaan Di antara Kami
161
Daddy Aku Mohon!
162
Mata-mata
163
Sebuah Pesan
164
Kebaikan
165
Berbagi itu indah
166
Berat Namun Akan Ku Coba
167
Awal Mulanya
168
Sebuah Kenyataan Pahit
169
Aku Melihatnya
170
Sebelum Rencana Dimulai
171
Menata Rencana
172
Jadi Sebenarnya
173
Hallo Sienna!
174
Pembicaraan Malam Ini
175
Siapa Kau? #1
176
Siapa Kau #2
177
Bernafas Sejenak
178
Valentine Days
179
Aku milikku
180
Mengapa Kami Bersama mu
181
Family Time 1
182
Family Time 2
183
Liburan di Hawai
184
Mereka Pewaris Kami
185
Calon Pewaris
186
Pewaris Kami (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!