Jembatan Dosa
...Anda bebas memilih...
...Tetapi Anda tidak bebas...
...Dari konsekuensi pilihan Anda...
____________
Seorang lelaki tua sedang menghisap seputung rokok, ia duduk pada sebuah kursi mewah berlapiskan berlian.
Beberapa langkah didepannya kini terlihat seorang pemuda bersurai coklat, pemilik sepasang bola mata hitam yang menawan, rambutnya panjang lurus namun begitu rapi, ia memberi hormat pada lelaki tua yang berada tak jauh darinya.
"Bangunlah, ada masalah apa?" Tanya lelaki tua yang sedang duduk nyaman diatas kursi berlapis berlian nya, ia adalah tuan Shawn.
"Ada beberapa berkas yang hilang dan banyak sekali uang di Brankas yang hilang, tetua."
Jawaban kecil yang terlontar dari seorang pemuda bersurai coklat, lebih tepatnya "Eddie", membuat Shawn Tertawa meremehkan.
"Hanya orang bodoh yang akan melakukan itu didalam markas kita, Ed!"
"Jadi tetua, apa yang harus kita lakukan?"
"Ini saatnya, bukan kita yang akan membereskan ini! Tetapi, pemuda itu. Brian!"
"Baiklah saya mengerti."
Eddie membungkuk kecil, memberi penghormatan sebelum ia meninggalkan ruangan Shawn.
Langkahnya membawanya berjalan ke suatu tempat, hatinya sedikit ragu untuk melangkah pergi menghampiri ruangan.
Dimana Disana adalah tempat pemuda bernama Brian itu bersemayam. Tepat ketika ia sampai dihadapan pintu besi yang berdiri kokoh, ia mulai mengucap sebuah harapan kecil.
"Tuhan, semoga semua akan baik-baik saja."
Harapan kecil itu memantapkan tangannya terangkat membuka pintu besi itu, dalam keremangan ruangan yang bahkan secercah cahaya pun tak begitu ada, suara pukulan mulai terdengar. Samar-samar terlihat seorang pemuda yang sedang berlatih tinju, dengan penuh tenaga tangannya menghantam beberapa boneka kayu dihadapannya.
Perlahan Eddie mulai mendekati pemuda yang sedang fokus menghantam boneka kayu.
"Brian." Sapa Eddie, namun tak ada sekalipun respon untuk sapaan itu, pemuda bernama Brian itu masih saja memukul boneka kayu itu. Eddie mencoba tenang, ia tidak ingin terbawa emosi.
"Kenapa kau kemari?" Brian, tangannya masih tetap memukul boneka kayu itu sembari berbicara pada Eddie.
"Ada tugas untukmu dari tetua!"
Mendengar hal itu, Brian menghentikan pukulannya pada boneka kayu itu. Ia membuang nafasnya kasar dan berbalik menghadap Eddie.
"Ada penyusup, kau harus membereskannya." Ujar Eddie, senyuman kecil atau lebih mirip dengan seringai mulai terlukis pada wajah Brian.
"Berapa kali kita harus menuruti kemauan tua bangka iitu, hah? Tidakkah dia berkuasa, lalu kenapa dia tidak membereskannya sendiri?"
Tanpa sepatah katapun Eddie mulai melangkah keluar, begitupun dengan Brian. Beberapa orang bersenjata yang mereka lewati memberi hormat pada mereka Brian juga Eddie.
"Tutup semua pintu masuk! Mari kita berburu penyusup!" Tangan Brian terangkat menunjuk semua tombol yang ada didalam markasnya, tanpa ada sekalipun penentangan semua orang Disana pun menuruti apa yang Brian perintahkan.
Mulai dari pintu masuk, hingga pintu rahasia semuanya terkunci dan dijaga ketat. Sembari semua orang sedang sibuk, tatapan mata penuh introgasi milik Brian, dengan jeli memperhatikan setiap orang yang ada didalam markas. Tak butuh waktu lama, pandangannya kini tertuju pada satu orang, Brian merogoh kecil sakunya tak lama sebuah pistol mulai ia todongkan pada orang itu.
"Kenapa kau lakukan itu?" Tanya Brian, pada seorang pria paruh baya yang ditodong pistol, senyuman terkesan licik terukir kecil pada mimik wajah pria itu.
"Apa kau tidak sadar bahwa organisasi ini sudah terlalu banyak melakukan dosa? Dan apakah kau akan menambah dosamu dengan membunuhku disini? Atau membiarkanku hidup dan menjadi ancaman bagi kalian?"
"Aku bukan Tuhan, yang bisa menentukan kau hidup atau mati! Tapi aku seorang manusia yang akan memberimu pilihan! Katakan padaku siapa yang mengirimmu kemari, atau orang lain akan memaksamu menemui Tuhan lebih awal!"
"Pengkhianatan adalah hal yang paling memalukan bagi seorang prajurit, mati disini dan melindungi segalanya adalah sebuah kebanggaan!"
Sebuah prinsip dari pria itu, membuat Brian begitu marah. Ia benar-benar gelap mata ketika mendengar prinsip yang dikatakan pria itu, baginya itu sangat menjijikkan, mengabdi atas dasar kesetiaan adalah hal memalukan bagi Brian.
"Bereskan dia!!!" Tegas Brian. Salah seorang pemuda mengarahkan pistol ke arah pria itu, tanpa ragu pelatuk pistol itu ditarik.
Dorrr
Satu kali tembakan mengakhiri nyawa pria itu. Yakin, jika pria dihadapannya itu sudah tewas, Brian dengan langkah tergesa-gesa menuju sebuah ruangan.
Dengan pintu kokoh yang berlapiskan emas dan berlian. Tangannya mulai membuka pintu itu, ia pun masuk kedalamnya, tempat itu adalah tempat Tetua Shawn.
"Bagus sekali Brian! Satu tugas lagi untukmu, ini tidak berat kita hanya perlu menghirup udara segar diluar sekarang, lalu habisi dua orang detektif Amerika bunuh juga dua orang agen FBI Amerika, itu adalah peringatan bagi mereka, karena sudah berani bermain-main denganku."
"Baiklah." Jawab Brian tegas.
"Kuberikan kau tim alpha, untuk menyelesaikan misi ini."
"Aku tidak membutuhkan banyak tim untuk misi semudah itu, aku bukan orang bodoh!"
"Baiklah, ingat ketika kau meninggalkan organisasi ini untuk menjalankan misi, identitasmu adalah Nicolas bukan Brian."
"Aku mengerti."
"Pergilah!"
Tugas sudah diterima, Brian pun pergi dari hadapan Shawn. Ia menuju ruang persenjataan mengambil beberapa senjata yang ia perlukan, setelah itu ia mulai mengganti pakaiannya dan memulai penyamaran.
Diambilnya mobil Ferrari mewah miliknya, ia pun mulai menjalankan mobilnya menuju kantor polisi, tepat ketika ia sampai Disana ia pun mulai menelfon seseorang.
"Kita butuh helicopter, berjagalah targetnya adalah kantor polisi Tokyo."
"Baiklah tuan muda." Ujar orang diseberang sana.
Brian menutup telfonnya ia pun turun dari mobilnya, dan mulai memasuki kantor polisi, namun dua orang polisi yang sedang berjaga didepan pintu masuk menahannya.
"Siapa kau? Ada kepentingan apa?" Brian tersenyum licik mendengar pertanyaan itu.
"Aku akan mengatakan kepentingan, hanya pada mereka yang ada hubungannya denganku!"
"Oh begitu, baiklah tetaplah disini jangan berani kau mendekati pintu!"
"Wah sepertinya aku harus mengajari kalian sopan santun tuan, ingat satu hal mengabaikan seorang tamu ketika berkunjung itu tidak baik."
Dua orang polisi itu tertawa mendengar tanggapan Brian, mereka seperti meremehkan sosok Brian.
"Rakyat biasa sepertimu akan mengajari kami?"
"Jangan memandang seseorang dari segi fisik, karena itu tidak berguna! Lihat dan perhatikan dia dari kemampuannya pasti kau akan membisu ketika melihatnya. Setiap orang memiliki keunggulan, dan ya.... jangan lengah, situasi disini sangat sepi hanya ada kalian dak aku! Aku akan bermain-main dengan kalian."
Dua orang polisi itu masih saja meremehkan Brian, sedang yang diremehkan hanya diam tak bergeming.
"Bingo!" Ucap Brian seraya tersenyum penuh kemenangan.
Dua orang polisi yang tadi meremehkan Brian kini diam membisu, Bagaimana tidak? Dua orang pemuda tiba-tiba sudah ada dibelakang mereka sambil menodongkan pistol tepat dibelakang kepala mereka. Ketika dua orang polisi itu ingin mencari senjata yang terletak disamping pakaian mereka betapa terkejutnya mereka ketika senjata itu tak ada. Brian tersenyum kecil memperhatikan dua orang polisi didepannya yang kebingungan mencari senjata yang tadinya ada.
"Senjata yang kalian cari adalah senjata yang akan membunuhmu jika kalian berdua berteriak! Jaga mereka dan bereskan!" Ujar Brian.
"Siapa kau ini?" Brian tersenyum kecil mendengar pertanyaan kecil yang terlontar dari salah satu polisi yang ditahannya.
"Ada apa tuan? Kau tertarik?"
"Siapa kau?" Tanya polisi itu lagi.
"Aku Nicolas, Oke aku tidak memiliki banyak waktu sekarang ini. Aku harus pergi!"
Brian masuk ke-dalam kantor polisi itu, hanya ada beberapa polisi didalam sana. Ya, memang karena ini sudah sangat larut. Brian masuk kedalam ruangan pengawas CCTV, disana masih ada orang namun tak menyadari keberadaan Brian.
Didekatinya sang pengawas CCTV itu, dan ia lumpuhkan setelah itu ia merusak seluruh sistem CCTV. Target kedua, Brian mulai menuju sebuah ruangan rapat yang ada didalam kantor polisi Tokyo melewati beberapa polisi tak ada rasa takut pun didalam hati Brian, beruntungnya ia sempat merubah penampilannya dan mengambil seragam sang pengawas hingga tak ada pasang mata pun yang curiga. Sesampainya didalam ruang rapat, Brian mulai menaruh sesuatu disana.
Setelah cukup yakin semua tugas terselesaikan, Brian menuju ke-atas gedung kantor polisi. Sebuah Helikopter pun datang menjemputnya, dua orang polisi yang ia tahan tadi pun sudah dilumpuhkan, anak buah Brian menyuntikan sesuatu pada dua orang polisi itu. Seluruh anak buah Brian pun pergi meninggalkan kantor polisi itu.
"Perayaan kita akan dimulai!" Brian memperhatikan kantor polisi Tokyo dari dalam helikopter. Tangannya mulai menekan sebuah tombol berwarna merah, detik kemudian salah satu bagian dari kantor polisi itu meledak. Brian tersenyum licik setelah itu.
Dilain tempat, ledakan itu membuat seorang gadis yang berada tak jauh dari kantor polisi itu terpaku melihatnya. Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya, ia pun terisak.
"Apa-apaan ini! Aku baru saja ingin menemuimu!" Ujarnya yang masih terisak, tangannya mulai mencari ponsel yang ada didalam saku jaketnya, ia menekan tombol ponselnya menelfon seseorang.
Helikopter milik Brian berhenti tepat diatas sebuah rumah tua pinggir pantai, tali dari dalam helikopter mulai diturunkan hingga menyentuh tanah.
"Kalian laporkan ini pada tetua Shawn, biarkan aku beristirahat! Aku akan segera kembali ke markas setelah tenagaku pulih."
Brian turun setelah mengatakan hal itu pada beberapa anak buahnya. Setelah yakin Brian sudah turun dibawah sana, tali itu mulai ditarik kembali, Helikopter itupun pergi. Brian berjalan ke-arah rumah tua pinggir pantai itu, ada tangga kayu disana untuk membantunya naik ke-atas menuju rumah tua itu, tepat didepan pintu rumah itu ada sebuah jembatan kayu panjang menuju ke-arah pantai.
Angin malam berhembus sangat dingin malam ini, membuat Brian mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah tua itu, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang detik kemudian ia mulai terlelap.
..."Tak ada satupun kekuatan yang mampu mengalahkan kehendaknya, dia yang berkuasa atas rencana takdir bukanlah sesuatu yang tepat untuk menantangnya. Karena skenario kehidupanmu berada dibawah kendalinya, menikmati skenario yang direncanakannya adalah kewajiban seorang manusia."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
🗿
knp jdi dikurang sih si bryan? emm penasaran gwe jadinya,
wiihh ngomong² nm nya sama gwe thor hahahaa...
kaget gwe pas pertama bca..
2023-02-22
1
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𓆈
sayang banget berlian cuma buat diduduki🚶♂️
2023-02-22
1
Doͥctͣoͫr•ន𝑎𝗻𝐝ī🦅
Gw suka gaya Brian simple tapi pasti 😎
2023-02-22
1