Neraka dan Kebebasan

...Mereka yang menolak kebebasan kepada orang lain...

...maka kebebasan itu tak layak pula untuk dirinya...

Beberapa ambulance dan pemadam kebakaran sudah ada didepan kantor polisi, gadis bernama Bella ini yang menelfon mereka.

Ia duduk di bangku panjang masih tetap terpaku dengan pandangan kosong, telapak tangan seseorang mulai menepuk bahunya membuat lamunannya terhenti, pandangannya kini teralih pada sosok pemuda didepannya dengan pakaian polisi yang begitu rapi, dia adalah Han seorang inspektur muda di Tokyo.

"Bella, maaf tapi aku harus menyampaikan ini. Stevan Drew tewas dalam tragedi ini." Han menunduk tak berani menyaksikan apa yang akan terjadi pada Bella setelah mengetahui Stevan tewas dalam tragedi ini.

"Bagaiman dengan tuan Brad?"

"Dia juga tewas." Han tak sampai hati mengatakan hal itu, tetapi bagaimanapun​ Bella harus tau hal itu.

"Siapa yang melakukan hal ini Han?"

"Kau tau organisasi yang sedang diburu oleh tentara Amerika? Organisasi itu melarikan diri kemari, ada seorang detektif jenius menyusup ke markas mereka! Tapi, belum lama ini kabar tentangnya sudah tidak ada. Tapi, dia mengirim sebuah berkas dan beberapa uang yang dicuri oleh organisasi itu, beberapa hari yang lalu."

"Itu artinya ini adalah peringatan bagi kita?"

"Mungkin, dan detektif itu mungkin sudah tewas saat ini."

"Sertakan aku dalam misimu Han, aku tidak bisa tinggal diam kali ini!"

"Itu tidak mungkin! Serahkan saja pada kami!"

"Apakah aku akan diam saja? Ketika melihat anggota keluarga dihukum atas kesalahan yang sama sekali tidak mereka lakukan? Aku tidak akan diam!" Bella murka kali ini, ia pun beranjak dari tempat itu entah akan kemana ia sekarang, hatinya yang begitu kacau dan hancur yang menuntunnya untuk terus berjalan.

Langkahnya menapak diatas pasir putih, entah ada apa dengan hatinya hingga menuntunnya menuju pantai.

Sepoi angin berhembus begitu kencang malam ini, dingin, hal itu adalah sesuatu yang dirasakan Bella saat ini. Tetapi kakinya tetap berjalan, tak beberapa lama kesadarannya pun hilang ia pun jatuh pingsan.

Mentari pagi kini mulai bersinar terang, seorang pemuda kini mulai membuka matanya dia adalah Brian. Safir biru itu, kini mulai terlihat ketika ia mulai membuka kelopak matanya.

Ia bangun dan merentangkan kedua tangannya, dan beranjak dari ranjangnya. Ia membuka tirai yang menutupi jendela, membiarkan cahaya mentari masuk menyinari isi rumahnya. Matanya yang terkesan tajam mulai menikmati indahnya pantai pagi ini, ia melihat ombak pantai yang begitu tenang dan beraturan, hingga matanya tak sengaja melihat seorang gadis tergeletak tak sadarkan diri dipinggir pantai, dengan segera ia pun mulai membuka pintu dan keluar menghampiri gadis itu dibopongnya gadis itu dan dibawanya masuk kedalam rumahnya.

Gadis yang tak lain adalah Bella ini ia baringkan diatas ranjang tangannya mulai menarik selimut untuk menutupi tubuh Bella. Brian berdiri melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.

Beberapa menit kemudian Brian terlihat begitu rapi dan segar, rambut pirangnya terlihat sedikit basah itu membuat dirinya terlihat tampan, ia menhampiri Bella yang terlelap diatas ranjangnya matanya mulai memperhatikan Bella. Helaian rambut sedikit menutupi wajahnya, tangannya menyingkirkan helaian rambut yang menyembunyikan wajah cantiknya. Brian terlarut dalam keindahan wajah ciptaan sang pencipta yang begitu cantik, tak lama Brian menggelengkan kepalanya.

'Kau ini kenapa?' Fikir Brian, ia pun berdiri keluar dari kamarnya menuju dapur, tangannya mulai aktif membuat racikan minuman. Sementara Brian yang sedang sibuk membuat minuman, Bella yang sedang terlelap ini mulai membuka matanya, pandangannya beredar ke segala arah tangannya mulai menyentuh kepalanya yang sedikit sakit, tak lama suara langkah kaki membuat pandangannya teralih. Brian datang masuk kedalam kamar menghampiri Bella dengan membawa dua cangkir minuman.

"Kau sudah bangun?" Brian menatap Bella yang sedang duduk bersandar di ranjangnya, tatapan bingung Bella berikan pada Brian.

"Siapa kau?" Brian tidak menjawab pertanyaan kecil itu, tangannya menyodorkan segelas minuman hangat pada Bella, gadis yang sama sekali tak ia kenal.

Bella mengambil minuman yang diberikan Brian, sementara Brian ia duduk di kursi yang letaknya tak cukup jauh dari ranjangnya, kursi itu menghadap tepat ke arah jendela.

"Terima Kasih." Ucapan kecil dari Bella membuat Brian sedikit terkejut, namun dirinya hanya merespon ucapan itu dengan deheman kecil, Bella mulai menyeruput coklat hangatnya.

"Apa kau tinggal sendiri disini?"

"Ya" Jawaban singkat dari Brian tanpa menatap Bella.

"Dimana keluargamu?"

"Keluarga? Apa itu keluarga?" Kali ini Brian mengalihkan pandangannya ke-arah Bella.

"Orang yang ada bersamamu dan mereka menyayangimu."

"Aku tidak memiliki itu dan tidak ingin memilikinya! Tidak ada kasih sayang sejati didunia ini! Semua yang ada didunia ini adalah ilusi bagiku."

Tatapan heran Bella berikan pada Brian, banyak pertanyaan dihatinya tentang pemuda yang ada didepannya ini. Bella mulai meletakkan cangkir yang berisikan coklat hangat itu diatas meja disampingnya.

"Kasih sayang sejati itu ada didunia ini, tetapi hanya sedikit diantara banyak orang didunia ini yang mendapatkannya! Karena tidak semua orang didunia ini hatinya bersih! Semua yang kau dapatkan itu tergantung pada perbuatanmu dimasa lalu. orang yang mendapatkan kasih sayang sejati adalah mereka yang beruntung, jangan sia-siakan itu!" Brian terdiam sejenak mencoba mencerna kata-kata Bella.

"Apa kau termasuk orang yang beruntung itu?"

"Iya, tapi itu sudah tidak lagi. mereka yang menyayangiku sudah berada bersama Tuhan." Brian tersenyum kecil mendengar jawaban Bella.

"Dunia itu ilusi!"

"Semua orang memiliki waktu yang berbeda untuk tetap berada didunia, dunia ini adalah fasilitas Tuhan yang diciptakan untuk kita... Tuhan, memberi mereka waktu dan memperhatikan mereka, tergantung bagaimana cara mereka hidup, tapi tetap saja saat waktu yang telah diberikan habis, maka mau tidak mau kita harus pergi."

"Nona, bagaiman jika kau bersihkan dirimu."

"Baiklah." Bella pun beranjak masuk kedalam kamar mandi.

"Aku sudah lama menutup mataku untuk melihat dunia, yang kulihat hanyalah tujuanku! Satu tujuan, yang begitu ingin ku wujudkan! Aku bergerak atas dasar ambisi dan prinsip ku! Sebanyak apapun tangan ini bergerak untuk membunuh tetap saja tidak terasa, karena aku hidup dalam ilusi yang ku buat dan yang ku inginkan. Dan aku berjalan diantara kegelapan! Berusaha untuk mencari Cahaya, tapi aku sadar tidak akan ada secercah cahaya yang berani masuk kedalam Badai! Karenanya aku membuat cahaya ilusi yang hanya dapat ku lihat didalam badai, cahaya itu adalah tujuanku!" Ujar Brian, ia mulai menyeruput coklat hangatnya menikmatinya hingga tegukan terakhir.

Suara kecipak-cipak air tak lagi terdengar dari dalam kamar mandi, pintu kamar mandi perlahan mulai terbuka terlihat Bella kini sudah bersih dan segar. Wajahnya yang putih itu terlihat sangat cantik, Brian matanya terfokus tetap pada jendela didepannya, pandanganya tak sekalipun teralih pada Bella yang masih ada diambang pintu.

"Kau akan pergi setelah ini?" Brian mencoba bertanya pada Bella dengan pandangan​yang masih terfokus pada jendela.

"Boleh ku katakan sesuatu padamu?" Deheman kecil kembali Bella dapatkan dari Brian.

"Cobalah tatap lawan bicaramu ketika kau mengajaknya bicara."

Cukup! Bagi Brian, sepertinya Bella sudah membuatnya kesal sekarang, pandangannya beralih tepat pada Bella, tangannya mengepal keras. Diletakkannya cangkir yang sudah kosong itu dilantai, ia berdiri menghampiri Bella dan menatapnya dingin.

"Ingatlah, aku tidak butuh saran apapun darimu! Dan kau harus tau aku bukanlah orang baik! Pergilah sebelum sesuatu yang buruk terjadi padamu."

"Kau butuh saran untuk memperbaiki hidupmu, kau orang yang baik! Jika kau orang yang kejam, kau tidak akan membawaku kemari ketika aku pingsan!"

"Kenapa penilaianmu sempit sekali?!" Brian mulai menjauh dari Bella.

"Terima Kasih karena sudah menolongku. terima kasih atas sajian yang kau berikan."

Perlahan Bella mulai melangkah keluar dari rumah Brian. Ia menutup pelan pintu rumah itu ketika ia sudah berada diluar, ia mulai menuruni anak tangga dan pergi. Kakinya kini benar-benar menjauhi rumah tua itu. Suara deru ombak mengiringi langkahnya pergi, Brian sedang termenung didalam rumahnya tak lama ia mendapat sebuah panggilan dari ponselnya, ia pun menjawab panggilan itu.

"Hallo."

"Brian, semua yang dikatakan anak buahmu sungguh membuatku sangat bahagia, kami akan merayakannya apa kau ingin bergabung?"

"Tidak, biarkan aku lepas tugas selama beberapa waktu."

"Oh tunggu dulu, lepas tugas? Itu tidak mungkin, masih ada tugas lagi untukmu."

"Apa itu?"

"Kau sudah meledakkan kantor polisi Tokyo, dan membunuh dua orang detektif juga dua orang anggota Tentara... mereka ternyata orang penting yang di utus kemari untuk mencari kita... kau tau kita kan? Kita bukan hanya memotong bagian kepala, tapi juga bagian ekor dan yang lainnya."

"Jadi kau ingin membunuh semua keturunannya?"

"Iya benar sekali."

"Kau keji sekali pak tua!"

"Apa kau menyerah?"

"Tidak aku tidak pernah menyerah."

"Ya benar, kau hidup dalam ilusi yang kau tentukan sendiri, pastinya untuk melakukan itu tidak akan sulit."

Brian menutup telfonnya, kali ini ia bertekad akan menyelesaikan misinya dengan baik meskipun hatinya begitu berat, untuk menjalankan misi yang diberikan, sejenak ia menarik nafas dan membuangnya kasar.

"Shawn, sudah kehilangan akal! Membunuh semua keturunannya, itu berarti aku harus pergi ke Amerika? Tidak, aku harus mengirim orang untuk menyelesaikan misi keji ini!" Fikir Brian.

Brian mulai menghubungi beberapa orang yang ia percaya, untuk mengemban tugas yang diberikan Shawn untuknya.

Dilain tempat Bella berada didalam taxi ia baru saja diberi kabar oleh inspektur Han, tentang acara pemakaman Daddy dan Adiknya.

Sebelum meninggal Daddy nya pernah berpesan, jika dirinya tewas saat ditugaskan di Negara orang, maka dia ingin dimakamkan di Negara itu, begitupun juga adiknya. Taxi yang ia tumpangi kini telah sampai di sebuah pemakaman, terlihat banyak orang disana, Bella pun keluar dari mobil.

Meskipun langkah kakinya sangat berat melangkah ke arah dua peti berisikan mayat itu, namun Bella tetap memantapkan hatinya dan berjalan mendekati kerumunan orang itu.

"Kami menunggumu, sekarang kita harus memulai upacara ini.. Mr. Brad dan Tuan Stevan adalah prajurit yang baik, mereka berdua bukan hanya tentara yang kuat dan gagah tetapi juga detektif yang sangat cerdas. Sulit menemukan orang seperti mereka." Ujar inspektur Han ketika Bella berada disampingnya.

"Silahkan dimulai!" Ucap Bella.

Han memberi aba-aba pada prajuritnya untuk memberi penghormatan terakhir, pada dua peti yang berisikan manusia yang sudah tak bernyawa. Upacara pemakaman itu berjalan lancar tanpa ada kendala hingga akhir. Ketika semua orang sudah meninggalkan pemakaman, hanya ada Han dan Bella yang masih setia disana.

"Apa kau masih bertekad untuk mencari buronan itu, dan membereskannya sendiri?" Tanya Han.

"Aku hanya membantumu mencari tau tentang buronan itu, dan aku hanya akan menghukum dia yang paling berdosa dalam tragedi ini!"

"Jadi targetmu hanya pada bosnya?"

"Tidak, semuanya pasti akan ditangkap! Tapi bosnya yang akan mendapat hukuman paling berat."

"Kau anak seorang Tentara juga detektif paling besar dari Amerika, analisismu pasti sangat tajam, seperti ayahmu dan adikmu." Bella tersenyum kecil mendengar ucapan Han.

"Letak ketajaman analis, bukan pada dari keturunan siapa dia dan apa latar belakang keluarganya. Namun terletak pada bagaimana cara ia berfikir dan menyimpulkan sebuah permasalahan dengan tenang."

"Wah bahkan sekarang caramu berbicara sudah seperti Mr. Brad.. apa dia yang mengajarimu?"

"Ya, semua yang diajarkan Daddy adalah pelajaran yang baik dan berguna."

"Apa kau akan kembali setelah ini?"

"Kembali, kemana?" Tanya Bella heran pada Han.

"San Fransisco, Amerika Serikat."

"Tidak, aku akan kembali hanya jika buronan internasional itu sudah dibereskan!" Mendengar hal itu, Han mencoba pasrah kali ini, memberikan Bella kesempatan.

"Baiklah, aku mengijinkanmu ikut serta dalam misi ini."

"Terima kasih, aku pergi dulu Han." Bella mulai berlalu dari hadapan Han.

..."Cahaya selalu datang ketika Badai pergi, mereka tak bisa dipersatukan... Sudah takdir mereka hidup saling menyimpang. Ketika dua insan dengan pribadi yang menyimpang memang dipersatukan, cinta keduanya menjadi hal yang menarik untuk di simak."...

Terpopuler

Comments

тαуσηg

тαуσηg

bryan manusia apa jelmaan ya🤔

2023-02-22

2

Doͥctͣoͫr•ន𝑎𝗻𝐝ī🦅

Doͥctͣoͫr•ន𝑎𝗻𝐝ī🦅

Sudah jelas itu pasti target keturunan nya si Bella, haduh ini parah ini, sgala jenis buntut dan ekor mw di habiskan pdahal gk punya salah kejam sekali si tua bangka itu 🙄🗿

2023-02-22

0

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𓆈

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𓆈

dunia ini panggung sandiwara kata nike

2023-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 Manusia Berhati Batu
2 Neraka dan Kebebasan
3 Iblis Baik Hati
4 Menaklukan Iblis Kota
5 Iblis yang Melarikan Diri
6 Renungan Cahaya
7 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 1)
8 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 2)
9 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 3)
10 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 4)
11 Nuansa Samudra Asmara
12 Sesuatu yang Berharga
13 Mencintai Seorang Pembunuh
14 Penebusan Dosa
15 Manusia yang Membawa Kabar
16 Ucapan yang Menamparku
17 Menerima Fakta dan Konsekuensi
18 Menit yang Menghitung Mundur
19 Pencipta yang Menyuruhku Kembali
20 Dari sini, Aku pergi ya!
21 Jembatan Dosa (Trailer) #2
22 Malaikat yang Membuang-ku
23 Pertobatan Pertama
24 Berdetak untuk Satu Nama
25 Sebuah Panggilan Asing
26 Limosin dan Perancis
27 Pejalan Kaki dan Kenangannya
28 Effiel dan Kamu
29 Satu Waktu dan Sakura
30 Rombongan Bodyguard Pengantar
31 Kamu dan Sakura-sakura itu
32 Selamat Datang Pria-ku
33 Butik dan Ambisi
34 Pria dari Masa Lalu
35 Konspirasi Kecil #1
36 Konspirasi Kecil #2
37 Konspirasi Kecil #3
38 Profesi yang Kembali
39 Manusia Bermata Satu
40 Surat atas Namamu
41 Ambisi Berdarah
42 Kedua Ambisi Gelap
43 Sisi Gelap Manusia
44 Wanitaku,Hatiku, Nyawaku
45 Pagi di Rumah Pinggir Pantai
46 Bersamamu
47 Ketenangan dan Kedatangan
48 Durasi Karmamu
49 Menit Pertama Perselisihan
50 Berada di Pelukanmu
51 Menjelang Pernikahan
52 Sosok Penguntit
53 Runyam
54 Peresmian dan Penguakan
55 Pemberantasan dan Misi
56 Jauh namun Dekat
57 Hai Negaraku
58 Seluk Beluk Alcatraz
59 Sebuah Ponsel dan Konspirasi
60 Gengster Penjara Al Capone
61 Hitungan Mundur 3
62 Hitungan Mundur 2
63 Hitungan Mundur 1
64 Sidang Kelicikan
65 Fakta yang Kalah
66 Manusia Dalam Jeruji
67 Manusia yang Curang
68 Perancis dan Dirimu
69 Es Krim
70 Mengantar Kado
71 Pertengkaran dan Lelucon
72 Manusia Kecil
73 Pagi ini
74 Manusia Penyangkal
75 Sebuah Pengakuan
76 Pesta Dansa
77 Pesta Dansa #2
78 Wine dan Dekapan
79 Pagi dan Sepasang Mata
80 Stevan Drew
81 Sebuah Seringai dari Balik Kaca
82 Perjanjian Kecil
83 Mengungkap Fakta
84 Konspirasi Baru
85 Pelukan Malam Ini
86 Manusia yang Diliputi Amarah
87 Manusia Cacing
88 Petang ini dan Sebuah Seringai
89 Tahap Kasus Pertama
90 Ini adalah Sebuah Konspirasi
91 Sebuah Kabar Bahagia
92 Calon Penerus
93 Konspirasi Baru
94 Satu Kali Tangkap
95 Mengenai Satu Ciuman
96 Konspirasi yang Berjalan
97 Memulai Konspirasi
98 Koneksi Pertama
99 Koneksi Pertama #2 (Problem)
100 Kesalahan Fatal
101 Cari Mati
102 Kelicikan Masih Berlanjut
103 Kemarahan Sepihak
104 Satu Sisi Menarik Satu Sisi Suram
105 Meredam Sisi Buruknya
106 Menjalankan Satu Rencana
107 Pada Kenyataannya
108 Sebenarnya ada apa?
109 Mencoba Melupakannya
110 Sebuah Fakta Lain
111 Hal yang Membahagiakan
112 Sedikit Membuat Lupa
113 Mengingat Kembali
114 Kemarilah
115 Sayang Tetaplah Bersamaku
116 Tetap Diam Namun Baik
117 Mata yang Masih Memantau
118 Bolehkah Aku Mengenalmu Lebih Jauh
119 Antara Suram dan Getir
120 Mencoba Menahan Luka
121 Secercah Kesempatan
122 Menjebaknya
123 Pulang Sebentar
124 Pemancar
125 Kita Ringkus Dia Sekarang
126 Penyergapan Malam Ini
127 Mengejarmu
128 Kembalilah
129 Berusaha Membawamu Pulang
130 Pada Akhirnya
131 Arogansi Manusia
132 Negara Orang
133 Waktu Bersamamu
134 Tasya Sialan!
135 Kami Akan Pulang
136 Satu Hal Lagi
137 Lagi-lagi
138 Hukuman apa yang pantas?
139 Ambisi Tasya
140 Aku ingin bertemu!
141 Mencoba Mencari Celah
142 Konspirasi Kedua Dendam
143 Mencoba memecah belah
144 Kembali Berulah
145 Memulainya
146 Sebuah Pesan
147 Bertindak Sendiri
148 Bertindak Sendiri
149 Meringkusnya
150 Keputusan
151 Sebuah Keputusan
152 Setelah Saat Itu
153 Daddy, Bolehkah?
154 Di Sekolahnya
155 Sebuah Panggilan Telepon
156 Kalian ini kenapa?
157 Singgah Sebentar
158 Perbedaan Semacam Apa Ini?
159 Sebenarnya Ada Apa?
160 Tentang Perbedaan Di antara Kami
161 Daddy Aku Mohon!
162 Mata-mata
163 Sebuah Pesan
164 Kebaikan
165 Berbagi itu indah
166 Berat Namun Akan Ku Coba
167 Awal Mulanya
168 Sebuah Kenyataan Pahit
169 Aku Melihatnya
170 Sebelum Rencana Dimulai
171 Menata Rencana
172 Jadi Sebenarnya
173 Hallo Sienna!
174 Pembicaraan Malam Ini
175 Siapa Kau? #1
176 Siapa Kau #2
177 Bernafas Sejenak
178 Valentine Days
179 Aku milikku
180 Mengapa Kami Bersama mu
181 Family Time 1
182 Family Time 2
183 Liburan di Hawai
184 Mereka Pewaris Kami
185 Calon Pewaris
186 Pewaris Kami (Ending)
Episodes

Updated 186 Episodes

1
Manusia Berhati Batu
2
Neraka dan Kebebasan
3
Iblis Baik Hati
4
Menaklukan Iblis Kota
5
Iblis yang Melarikan Diri
6
Renungan Cahaya
7
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 1)
8
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 2)
9
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 3)
10
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 4)
11
Nuansa Samudra Asmara
12
Sesuatu yang Berharga
13
Mencintai Seorang Pembunuh
14
Penebusan Dosa
15
Manusia yang Membawa Kabar
16
Ucapan yang Menamparku
17
Menerima Fakta dan Konsekuensi
18
Menit yang Menghitung Mundur
19
Pencipta yang Menyuruhku Kembali
20
Dari sini, Aku pergi ya!
21
Jembatan Dosa (Trailer) #2
22
Malaikat yang Membuang-ku
23
Pertobatan Pertama
24
Berdetak untuk Satu Nama
25
Sebuah Panggilan Asing
26
Limosin dan Perancis
27
Pejalan Kaki dan Kenangannya
28
Effiel dan Kamu
29
Satu Waktu dan Sakura
30
Rombongan Bodyguard Pengantar
31
Kamu dan Sakura-sakura itu
32
Selamat Datang Pria-ku
33
Butik dan Ambisi
34
Pria dari Masa Lalu
35
Konspirasi Kecil #1
36
Konspirasi Kecil #2
37
Konspirasi Kecil #3
38
Profesi yang Kembali
39
Manusia Bermata Satu
40
Surat atas Namamu
41
Ambisi Berdarah
42
Kedua Ambisi Gelap
43
Sisi Gelap Manusia
44
Wanitaku,Hatiku, Nyawaku
45
Pagi di Rumah Pinggir Pantai
46
Bersamamu
47
Ketenangan dan Kedatangan
48
Durasi Karmamu
49
Menit Pertama Perselisihan
50
Berada di Pelukanmu
51
Menjelang Pernikahan
52
Sosok Penguntit
53
Runyam
54
Peresmian dan Penguakan
55
Pemberantasan dan Misi
56
Jauh namun Dekat
57
Hai Negaraku
58
Seluk Beluk Alcatraz
59
Sebuah Ponsel dan Konspirasi
60
Gengster Penjara Al Capone
61
Hitungan Mundur 3
62
Hitungan Mundur 2
63
Hitungan Mundur 1
64
Sidang Kelicikan
65
Fakta yang Kalah
66
Manusia Dalam Jeruji
67
Manusia yang Curang
68
Perancis dan Dirimu
69
Es Krim
70
Mengantar Kado
71
Pertengkaran dan Lelucon
72
Manusia Kecil
73
Pagi ini
74
Manusia Penyangkal
75
Sebuah Pengakuan
76
Pesta Dansa
77
Pesta Dansa #2
78
Wine dan Dekapan
79
Pagi dan Sepasang Mata
80
Stevan Drew
81
Sebuah Seringai dari Balik Kaca
82
Perjanjian Kecil
83
Mengungkap Fakta
84
Konspirasi Baru
85
Pelukan Malam Ini
86
Manusia yang Diliputi Amarah
87
Manusia Cacing
88
Petang ini dan Sebuah Seringai
89
Tahap Kasus Pertama
90
Ini adalah Sebuah Konspirasi
91
Sebuah Kabar Bahagia
92
Calon Penerus
93
Konspirasi Baru
94
Satu Kali Tangkap
95
Mengenai Satu Ciuman
96
Konspirasi yang Berjalan
97
Memulai Konspirasi
98
Koneksi Pertama
99
Koneksi Pertama #2 (Problem)
100
Kesalahan Fatal
101
Cari Mati
102
Kelicikan Masih Berlanjut
103
Kemarahan Sepihak
104
Satu Sisi Menarik Satu Sisi Suram
105
Meredam Sisi Buruknya
106
Menjalankan Satu Rencana
107
Pada Kenyataannya
108
Sebenarnya ada apa?
109
Mencoba Melupakannya
110
Sebuah Fakta Lain
111
Hal yang Membahagiakan
112
Sedikit Membuat Lupa
113
Mengingat Kembali
114
Kemarilah
115
Sayang Tetaplah Bersamaku
116
Tetap Diam Namun Baik
117
Mata yang Masih Memantau
118
Bolehkah Aku Mengenalmu Lebih Jauh
119
Antara Suram dan Getir
120
Mencoba Menahan Luka
121
Secercah Kesempatan
122
Menjebaknya
123
Pulang Sebentar
124
Pemancar
125
Kita Ringkus Dia Sekarang
126
Penyergapan Malam Ini
127
Mengejarmu
128
Kembalilah
129
Berusaha Membawamu Pulang
130
Pada Akhirnya
131
Arogansi Manusia
132
Negara Orang
133
Waktu Bersamamu
134
Tasya Sialan!
135
Kami Akan Pulang
136
Satu Hal Lagi
137
Lagi-lagi
138
Hukuman apa yang pantas?
139
Ambisi Tasya
140
Aku ingin bertemu!
141
Mencoba Mencari Celah
142
Konspirasi Kedua Dendam
143
Mencoba memecah belah
144
Kembali Berulah
145
Memulainya
146
Sebuah Pesan
147
Bertindak Sendiri
148
Bertindak Sendiri
149
Meringkusnya
150
Keputusan
151
Sebuah Keputusan
152
Setelah Saat Itu
153
Daddy, Bolehkah?
154
Di Sekolahnya
155
Sebuah Panggilan Telepon
156
Kalian ini kenapa?
157
Singgah Sebentar
158
Perbedaan Semacam Apa Ini?
159
Sebenarnya Ada Apa?
160
Tentang Perbedaan Di antara Kami
161
Daddy Aku Mohon!
162
Mata-mata
163
Sebuah Pesan
164
Kebaikan
165
Berbagi itu indah
166
Berat Namun Akan Ku Coba
167
Awal Mulanya
168
Sebuah Kenyataan Pahit
169
Aku Melihatnya
170
Sebelum Rencana Dimulai
171
Menata Rencana
172
Jadi Sebenarnya
173
Hallo Sienna!
174
Pembicaraan Malam Ini
175
Siapa Kau? #1
176
Siapa Kau #2
177
Bernafas Sejenak
178
Valentine Days
179
Aku milikku
180
Mengapa Kami Bersama mu
181
Family Time 1
182
Family Time 2
183
Liburan di Hawai
184
Mereka Pewaris Kami
185
Calon Pewaris
186
Pewaris Kami (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!