...Mereka yang menolak kebebasan kepada orang lain...
...maka kebebasan itu tak layak pula untuk dirinya...
Beberapa ambulance dan pemadam kebakaran sudah ada didepan kantor polisi, gadis bernama Bella ini yang menelfon mereka.
Ia duduk di bangku panjang masih tetap terpaku dengan pandangan kosong, telapak tangan seseorang mulai menepuk bahunya membuat lamunannya terhenti, pandangannya kini teralih pada sosok pemuda didepannya dengan pakaian polisi yang begitu rapi, dia adalah Han seorang inspektur muda di Tokyo.
"Bella, maaf tapi aku harus menyampaikan ini. Stevan Drew tewas dalam tragedi ini." Han menunduk tak berani menyaksikan apa yang akan terjadi pada Bella setelah mengetahui Stevan tewas dalam tragedi ini.
"Bagaiman dengan tuan Brad?"
"Dia juga tewas." Han tak sampai hati mengatakan hal itu, tetapi bagaimanapun Bella harus tau hal itu.
"Siapa yang melakukan hal ini Han?"
"Kau tau organisasi yang sedang diburu oleh tentara Amerika? Organisasi itu melarikan diri kemari, ada seorang detektif jenius menyusup ke markas mereka! Tapi, belum lama ini kabar tentangnya sudah tidak ada. Tapi, dia mengirim sebuah berkas dan beberapa uang yang dicuri oleh organisasi itu, beberapa hari yang lalu."
"Itu artinya ini adalah peringatan bagi kita?"
"Mungkin, dan detektif itu mungkin sudah tewas saat ini."
"Sertakan aku dalam misimu Han, aku tidak bisa tinggal diam kali ini!"
"Itu tidak mungkin! Serahkan saja pada kami!"
"Apakah aku akan diam saja? Ketika melihat anggota keluarga dihukum atas kesalahan yang sama sekali tidak mereka lakukan? Aku tidak akan diam!" Bella murka kali ini, ia pun beranjak dari tempat itu entah akan kemana ia sekarang, hatinya yang begitu kacau dan hancur yang menuntunnya untuk terus berjalan.
Langkahnya menapak diatas pasir putih, entah ada apa dengan hatinya hingga menuntunnya menuju pantai.
Sepoi angin berhembus begitu kencang malam ini, dingin, hal itu adalah sesuatu yang dirasakan Bella saat ini. Tetapi kakinya tetap berjalan, tak beberapa lama kesadarannya pun hilang ia pun jatuh pingsan.
Mentari pagi kini mulai bersinar terang, seorang pemuda kini mulai membuka matanya dia adalah Brian. Safir biru itu, kini mulai terlihat ketika ia mulai membuka kelopak matanya.
Ia bangun dan merentangkan kedua tangannya, dan beranjak dari ranjangnya. Ia membuka tirai yang menutupi jendela, membiarkan cahaya mentari masuk menyinari isi rumahnya. Matanya yang terkesan tajam mulai menikmati indahnya pantai pagi ini, ia melihat ombak pantai yang begitu tenang dan beraturan, hingga matanya tak sengaja melihat seorang gadis tergeletak tak sadarkan diri dipinggir pantai, dengan segera ia pun mulai membuka pintu dan keluar menghampiri gadis itu dibopongnya gadis itu dan dibawanya masuk kedalam rumahnya.
Gadis yang tak lain adalah Bella ini ia baringkan diatas ranjang tangannya mulai menarik selimut untuk menutupi tubuh Bella. Brian berdiri melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.
Beberapa menit kemudian Brian terlihat begitu rapi dan segar, rambut pirangnya terlihat sedikit basah itu membuat dirinya terlihat tampan, ia menhampiri Bella yang terlelap diatas ranjangnya matanya mulai memperhatikan Bella. Helaian rambut sedikit menutupi wajahnya, tangannya menyingkirkan helaian rambut yang menyembunyikan wajah cantiknya. Brian terlarut dalam keindahan wajah ciptaan sang pencipta yang begitu cantik, tak lama Brian menggelengkan kepalanya.
'Kau ini kenapa?' Fikir Brian, ia pun berdiri keluar dari kamarnya menuju dapur, tangannya mulai aktif membuat racikan minuman. Sementara Brian yang sedang sibuk membuat minuman, Bella yang sedang terlelap ini mulai membuka matanya, pandangannya beredar ke segala arah tangannya mulai menyentuh kepalanya yang sedikit sakit, tak lama suara langkah kaki membuat pandangannya teralih. Brian datang masuk kedalam kamar menghampiri Bella dengan membawa dua cangkir minuman.
"Kau sudah bangun?" Brian menatap Bella yang sedang duduk bersandar di ranjangnya, tatapan bingung Bella berikan pada Brian.
"Siapa kau?" Brian tidak menjawab pertanyaan kecil itu, tangannya menyodorkan segelas minuman hangat pada Bella, gadis yang sama sekali tak ia kenal.
Bella mengambil minuman yang diberikan Brian, sementara Brian ia duduk di kursi yang letaknya tak cukup jauh dari ranjangnya, kursi itu menghadap tepat ke arah jendela.
"Terima Kasih." Ucapan kecil dari Bella membuat Brian sedikit terkejut, namun dirinya hanya merespon ucapan itu dengan deheman kecil, Bella mulai menyeruput coklat hangatnya.
"Apa kau tinggal sendiri disini?"
"Ya" Jawaban singkat dari Brian tanpa menatap Bella.
"Dimana keluargamu?"
"Keluarga? Apa itu keluarga?" Kali ini Brian mengalihkan pandangannya ke-arah Bella.
"Orang yang ada bersamamu dan mereka menyayangimu."
"Aku tidak memiliki itu dan tidak ingin memilikinya! Tidak ada kasih sayang sejati didunia ini! Semua yang ada didunia ini adalah ilusi bagiku."
Tatapan heran Bella berikan pada Brian, banyak pertanyaan dihatinya tentang pemuda yang ada didepannya ini. Bella mulai meletakkan cangkir yang berisikan coklat hangat itu diatas meja disampingnya.
"Kasih sayang sejati itu ada didunia ini, tetapi hanya sedikit diantara banyak orang didunia ini yang mendapatkannya! Karena tidak semua orang didunia ini hatinya bersih! Semua yang kau dapatkan itu tergantung pada perbuatanmu dimasa lalu. orang yang mendapatkan kasih sayang sejati adalah mereka yang beruntung, jangan sia-siakan itu!" Brian terdiam sejenak mencoba mencerna kata-kata Bella.
"Apa kau termasuk orang yang beruntung itu?"
"Iya, tapi itu sudah tidak lagi. mereka yang menyayangiku sudah berada bersama Tuhan." Brian tersenyum kecil mendengar jawaban Bella.
"Dunia itu ilusi!"
"Semua orang memiliki waktu yang berbeda untuk tetap berada didunia, dunia ini adalah fasilitas Tuhan yang diciptakan untuk kita... Tuhan, memberi mereka waktu dan memperhatikan mereka, tergantung bagaimana cara mereka hidup, tapi tetap saja saat waktu yang telah diberikan habis, maka mau tidak mau kita harus pergi."
"Nona, bagaiman jika kau bersihkan dirimu."
"Baiklah." Bella pun beranjak masuk kedalam kamar mandi.
"Aku sudah lama menutup mataku untuk melihat dunia, yang kulihat hanyalah tujuanku! Satu tujuan, yang begitu ingin ku wujudkan! Aku bergerak atas dasar ambisi dan prinsip ku! Sebanyak apapun tangan ini bergerak untuk membunuh tetap saja tidak terasa, karena aku hidup dalam ilusi yang ku buat dan yang ku inginkan. Dan aku berjalan diantara kegelapan! Berusaha untuk mencari Cahaya, tapi aku sadar tidak akan ada secercah cahaya yang berani masuk kedalam Badai! Karenanya aku membuat cahaya ilusi yang hanya dapat ku lihat didalam badai, cahaya itu adalah tujuanku!" Ujar Brian, ia mulai menyeruput coklat hangatnya menikmatinya hingga tegukan terakhir.
Suara kecipak-cipak air tak lagi terdengar dari dalam kamar mandi, pintu kamar mandi perlahan mulai terbuka terlihat Bella kini sudah bersih dan segar. Wajahnya yang putih itu terlihat sangat cantik, Brian matanya terfokus tetap pada jendela didepannya, pandanganya tak sekalipun teralih pada Bella yang masih ada diambang pintu.
"Kau akan pergi setelah ini?" Brian mencoba bertanya pada Bella dengan pandanganyang masih terfokus pada jendela.
"Boleh ku katakan sesuatu padamu?" Deheman kecil kembali Bella dapatkan dari Brian.
"Cobalah tatap lawan bicaramu ketika kau mengajaknya bicara."
Cukup! Bagi Brian, sepertinya Bella sudah membuatnya kesal sekarang, pandangannya beralih tepat pada Bella, tangannya mengepal keras. Diletakkannya cangkir yang sudah kosong itu dilantai, ia berdiri menghampiri Bella dan menatapnya dingin.
"Ingatlah, aku tidak butuh saran apapun darimu! Dan kau harus tau aku bukanlah orang baik! Pergilah sebelum sesuatu yang buruk terjadi padamu."
"Kau butuh saran untuk memperbaiki hidupmu, kau orang yang baik! Jika kau orang yang kejam, kau tidak akan membawaku kemari ketika aku pingsan!"
"Kenapa penilaianmu sempit sekali?!" Brian mulai menjauh dari Bella.
"Terima Kasih karena sudah menolongku. terima kasih atas sajian yang kau berikan."
Perlahan Bella mulai melangkah keluar dari rumah Brian. Ia menutup pelan pintu rumah itu ketika ia sudah berada diluar, ia mulai menuruni anak tangga dan pergi. Kakinya kini benar-benar menjauhi rumah tua itu. Suara deru ombak mengiringi langkahnya pergi, Brian sedang termenung didalam rumahnya tak lama ia mendapat sebuah panggilan dari ponselnya, ia pun menjawab panggilan itu.
"Hallo."
"Brian, semua yang dikatakan anak buahmu sungguh membuatku sangat bahagia, kami akan merayakannya apa kau ingin bergabung?"
"Tidak, biarkan aku lepas tugas selama beberapa waktu."
"Oh tunggu dulu, lepas tugas? Itu tidak mungkin, masih ada tugas lagi untukmu."
"Apa itu?"
"Kau sudah meledakkan kantor polisi Tokyo, dan membunuh dua orang detektif juga dua orang anggota Tentara... mereka ternyata orang penting yang di utus kemari untuk mencari kita... kau tau kita kan? Kita bukan hanya memotong bagian kepala, tapi juga bagian ekor dan yang lainnya."
"Jadi kau ingin membunuh semua keturunannya?"
"Iya benar sekali."
"Kau keji sekali pak tua!"
"Apa kau menyerah?"
"Tidak aku tidak pernah menyerah."
"Ya benar, kau hidup dalam ilusi yang kau tentukan sendiri, pastinya untuk melakukan itu tidak akan sulit."
Brian menutup telfonnya, kali ini ia bertekad akan menyelesaikan misinya dengan baik meskipun hatinya begitu berat, untuk menjalankan misi yang diberikan, sejenak ia menarik nafas dan membuangnya kasar.
"Shawn, sudah kehilangan akal! Membunuh semua keturunannya, itu berarti aku harus pergi ke Amerika? Tidak, aku harus mengirim orang untuk menyelesaikan misi keji ini!" Fikir Brian.
Brian mulai menghubungi beberapa orang yang ia percaya, untuk mengemban tugas yang diberikan Shawn untuknya.
Dilain tempat Bella berada didalam taxi ia baru saja diberi kabar oleh inspektur Han, tentang acara pemakaman Daddy dan Adiknya.
Sebelum meninggal Daddy nya pernah berpesan, jika dirinya tewas saat ditugaskan di Negara orang, maka dia ingin dimakamkan di Negara itu, begitupun juga adiknya. Taxi yang ia tumpangi kini telah sampai di sebuah pemakaman, terlihat banyak orang disana, Bella pun keluar dari mobil.
Meskipun langkah kakinya sangat berat melangkah ke arah dua peti berisikan mayat itu, namun Bella tetap memantapkan hatinya dan berjalan mendekati kerumunan orang itu.
"Kami menunggumu, sekarang kita harus memulai upacara ini.. Mr. Brad dan Tuan Stevan adalah prajurit yang baik, mereka berdua bukan hanya tentara yang kuat dan gagah tetapi juga detektif yang sangat cerdas. Sulit menemukan orang seperti mereka." Ujar inspektur Han ketika Bella berada disampingnya.
"Silahkan dimulai!" Ucap Bella.
Han memberi aba-aba pada prajuritnya untuk memberi penghormatan terakhir, pada dua peti yang berisikan manusia yang sudah tak bernyawa. Upacara pemakaman itu berjalan lancar tanpa ada kendala hingga akhir. Ketika semua orang sudah meninggalkan pemakaman, hanya ada Han dan Bella yang masih setia disana.
"Apa kau masih bertekad untuk mencari buronan itu, dan membereskannya sendiri?" Tanya Han.
"Aku hanya membantumu mencari tau tentang buronan itu, dan aku hanya akan menghukum dia yang paling berdosa dalam tragedi ini!"
"Jadi targetmu hanya pada bosnya?"
"Tidak, semuanya pasti akan ditangkap! Tapi bosnya yang akan mendapat hukuman paling berat."
"Kau anak seorang Tentara juga detektif paling besar dari Amerika, analisismu pasti sangat tajam, seperti ayahmu dan adikmu." Bella tersenyum kecil mendengar ucapan Han.
"Letak ketajaman analis, bukan pada dari keturunan siapa dia dan apa latar belakang keluarganya. Namun terletak pada bagaimana cara ia berfikir dan menyimpulkan sebuah permasalahan dengan tenang."
"Wah bahkan sekarang caramu berbicara sudah seperti Mr. Brad.. apa dia yang mengajarimu?"
"Ya, semua yang diajarkan Daddy adalah pelajaran yang baik dan berguna."
"Apa kau akan kembali setelah ini?"
"Kembali, kemana?" Tanya Bella heran pada Han.
"San Fransisco, Amerika Serikat."
"Tidak, aku akan kembali hanya jika buronan internasional itu sudah dibereskan!" Mendengar hal itu, Han mencoba pasrah kali ini, memberikan Bella kesempatan.
"Baiklah, aku mengijinkanmu ikut serta dalam misi ini."
"Terima kasih, aku pergi dulu Han." Bella mulai berlalu dari hadapan Han.
..."Cahaya selalu datang ketika Badai pergi, mereka tak bisa dipersatukan... Sudah takdir mereka hidup saling menyimpang. Ketika dua insan dengan pribadi yang menyimpang memang dipersatukan, cinta keduanya menjadi hal yang menarik untuk di simak."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
тαуσηg
bryan manusia apa jelmaan ya🤔
2023-02-22
2
Doͥctͣoͫr•ន𝑎𝗻𝐝ī🦅
Sudah jelas itu pasti target keturunan nya si Bella, haduh ini parah ini, sgala jenis buntut dan ekor mw di habiskan pdahal gk punya salah kejam sekali si tua bangka itu 🙄🗿
2023-02-22
0
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 𓆈
dunia ini panggung sandiwara kata nike
2023-02-22
0