"Nic, bangun!!! Ya Tuhan, bangun! Maafkan aku, ku fikir kau bercanda, buka matamu kumohon!" Bella menangis terisak melihat itu, Brian melirik kecil kekasihnya itu tak lama ia pun membuka matanya dan tersenyum ke arah Bella.
"Kau menangis untukku? Lalu mengapa kau begitu jahat padaku?" Bella terkejut melihat Brian yang tersenyum ke arahnya.
"Bodoh!!! Kau fikir ini lucu hah? Mempermainkan kematian?" Brian mulai bangkit begitu pun Bella.
"Lalu aku harus bagaimana? Masih untung aku tidak mendobrak pintu ini dan merusaknya!"
"Tapi tidak menggunakan cara itu!" Brian tersenyum mendengar penuturan itu.
"Baiklah aku minta maaf, saatnya tidur lebih baik kita istirahat!" Ujar Brian seraya menggendong Bella dan membawanya masuk. Brian membaringkan Bella di ranjangnya, bukan malah tidur Bella justru menghampiri jendela membelakangi Brian yang sedang duduk di tepi ranjang. Sepatah katapun tak Bella lontarkan, pemuda yang sedang ada di belakangnya itu harusnya menghargai perasaannya tapi tidak dengan Brian, sama sekali tak ada penyesalan dalam matanya.
"Hei, kau ini kenapa bukankah berulang kali sudah aku minta maaf?" Ujar Brian seraya menghampiri Bella, namun tetap saja Bella tetap diam.
"Baiklah, sepertinya hari ini aku sudah keterlaluan terhadapmu... Maafkan aku jika memang masih mungkin, apa kau mau memaafkanku?" Ujar Brian, namun tetap saja Bella masih terdiam. Perlahan Brian memutar tubuh Bella menghadapnya, Brian meraih tangan Bella menuntunnya ke arah telinganya.
"Jangan begini, aku benci melihatmu diam seperti ini! Berapa kali harus kukatakan? Usahakan selama kau bersamaku tawamu akan tetap ada!"
"Dasar...." Bella hendak ingin menyumpah pada Brian, namun Brian memotongnya.
"Berhentilah menyumpah. Aku sudah menyesali perbuatanku, apa kau mau memaafkanku?"
"Apa jaminannya jika aku memaafkanmu?"
"Apapun yang kau minta!" Mendengar hal itu Bella merasa kemenangan berada di pihaknya kali ini.
"Berjanjilah kau akan membuang sifat dinginmu itu! Aku tidak suka!"
"Kau ini kenapa? Sifat itu memanglah dasar diriku? Membuangnya sama saja menjadikanku orang lain, bukan aku yang sesungguhnya!"
"Jika dengan menjadi orang lain kau bisa jadi lebih baik kenapa tidak?" Brian membuang nafasnya kasar, gadisnya memanglah sulit di tentang dengan berat hati Brian pun mengangguk. Bella tersenyum penuh kemenangan pada Brian.
"Kau senang?" Bella mengangguk kecil mendengar itu.
"Baiklah, ayo kita tidur!" Brian berlalu dari hadapan Bella, namun ia menahannya menatap Brian penuh harap.
"Aku lapar, bisa kita makan malam di luar?" Brian tertawa kecil mendengar hal itu, tangan kekarnya mengacak kecil pucuk kepala Bella.
"Baiklah, ayo!"
"Kita jalan kaki saja ya?"
Anggukan kecil Brian berikan pada Bella. Sebelum pergi Brian mengganti pakaiannya terlebih dahulu, karena bercak darah disana membuatnya kotor Mereka berdua pun keluar dari dalam hotel untuk mencari makanan.
Langkah kaki mereka berjalan diantara pemandangan malam indah Kota Saporo, tak jarang obrolan hangat terlontar begitu saja dari mulut mereka untuk menghilangkan kesunyian yang ada. Malam ini cuaca cukup dingin Brian melihat gadisnya menggosok - gosokkan tangannya mencoba mengurangi rasa dingin yang yang menghinggap. Brian menarik lembut tangan Bella, mengajaknya duduk di sebuah halte bis yang sedang sepi.
"Kenapa kita disini ?" Tanya Bella lugu, Brian tidak menjawab itu. Ia meraih kedua tangan Bella menggosok kedua telapak tangannya dengan lembut, mendekatkan ke arah bibirnya dan meniupnya, Bella tersenyum melihat itu Kali ini sebaliknya Brian menggosok telapak tangannya, setelah merasa cukup hangat Brian menempelkannya pada wajah Bella, tangan Bella menyentuh tangan Brian seraya tersenyum dan memejamkan matanya.
"Apa sudah tidak dingin ?" Perlahan Bella membuka matanya dan menggeleng kecil.
"Tidak, tapi terima kasih sudah mengurangi sedikit dingin yang sudah mengusikku."
"Tentu, apa kau ingin pulang?"
"Tidak aku ingin ke restoran!"
"Baiklah."
..._____0_____...
Brian melihat Bella makan dengan lahap senang sekali bisa membuatnya bahagia seperti ini, sama sepertinya Brian pun juga mulai menikmati makanannya.
"Nic, buka mulutmu!" ucap Bella sambil menyodorkan makanan ke arah Brian, Brian hanya menatapnya dingin.
"Selesaikan makanmu dan segera pulang!" Bella tersenyum dan menggeleng kecil.
"Tidak, tapi jika kau membuka mulutmu kita akan segera pulang!" Brian tidak menggubrisnya dan terus menyantap makanannya.
"Kau tidak mencintaiku. Kau kejam"Protes Bella.
"Aku hanya memintamu membuka mulut, apa itu salah?" Protesnya lagi.
"Kalimat konyol macam apa itu? Kau tidak yakin padaku? Kau menyukaiku?" Tanyanya kesal.
"Kalau begitu buktikan!" Mendegar itu Brian pun diam membisu.
"Nic jadilah laki laki sejati dan buktikan!" Mendegar ungkapan itu membuat Brian cukup kesal dan menatap tajam ke arahnya.
"Jika aku bisa membuktikannya maka kau harus memenuhi keinginanku!"
"Baiklah!"
Mendengar jawaban kecil itu membuat Brian bahagia ia semakin bertekad unutk melakukan sesuatu, Brian berdiri meninggalkan Bella, berjalan ke arah panggung kecil yang disediakan di restoran itu untuk bermain musik. Brian mengambil sebuah mich. Bella memperhatikan hal itu, gerak gerik pemuda yang baru saja ia tantang.
"Baiklah semuanya. Untuk tuan dan nyonya yang sedang menikmati hidangan dan sajian lezat Tolong berikan perhatian kalian sebentar pada saya!" Mendengar ucapan Brian para pengunjung di restoran itu mengalihkan pandangan mereka sepenuhnya pada Brian termasuk Bella.
"Aku berdiri disini untuk sebuah alasan khusus, untuk gadis yang sedang ada disana!" Brian menunjuk Bella yang sedang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Hey sayang Kau bertanya padaku apakah aku benar mencintaimu ataukah tidak? Baiklah, tapi sebelum kujawab itu, biarkan aku mempersembahkan sebuah lagu Dengar baik baik ini untukmu."
Brian Bibirnya yang sudah lama tak bernyayi, kini mulai mengalunkan sebuah lagu. Dengan iringan dari sebuah gitar yang yang dimainkannya. Lagu berjudul True Love mulai dialunkan dengan penuh perasaan, petikan terakhir dari gitar yang dimainkan Brian, disambut hangat dengan tepuk tangan dan sorakan.
"True Love itu adalah judul lagu yang baru kumainkan. Apa kalian percaya cinta sejati itu ada ? Dulu aku tidak mengenal apa itu cinta, namun karena kepedulian yang diberikan seorang gadis, yang masuk secara tiba tiba dalam hidupku yang berantakan. Aku sadar satu hal bahwa yang kubutuhkan hanyalah sebuah kasih sayang, dan itu terbukti dengan rasa sayang yang ia mililki, sudah menjebakku dalam sebuah perasaan. Cinta namanya, aku yang diliputi kebencian, bisa menemukan sebuah ketenangan karenanya. Perlahan benang merah mulai merajut kepingan hati kami, dan menyatukannya seiring bergantinya waktu, hatiku memilihnya sebagai seorang kekasih. Takdir yang menyatukan kami. Dan Aku begitu bersyukur karena dipertemukan dengannya, aku sangat menyayangimu, Bella!"
Air mata turun dari kelopak mata Bella ketika Brian mengutarakan perasaan untuknya, Brian pun tersenyum manis padanya.
"Sekian dariku Terima kasih atas perhatiannya!" ucap Brian yang disambut dengan tepuk tangan, Brian kini menghampiri Bella gadisnya yang masih meneteskan air mata.
"Kenapa?" Tanya Brian, yang sekarang sudah duduk di depannya dan menatapnya, Bella menggeleng dan tersenyum.
"Tidak, hanya saja aku tidak percaya kau bisa melakukannya!" Brian menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Tangannya bergerak mengusap lembut kepala Bella yang sedang tersenyum senang. Mereka pun melanjutkan menyantap makanannya yang sempat tertunda.
..._____0_____...
Penat menghinggapi tubuh Brian, tapi obrolan kecil dan beberapa candaan yang terlontar dari bibir Bella membuat penat itu tak lagi terasa, ini mungkin sudah terlalu larut, jalanan menuju penginapan pun sudah sepi sunyi, hanya ada suara langkah kaki kami yang terdengar dan obrolan hangat kami yang mengusir kesunyian. Dinginnya malam masih tetap sama begitu menusuk.
"Jadi, apa permintaan yang akan kau ajukan untukku?" Lirih Bella, senyuman tercipta pada wajah Brian kala indra pendengarannya mendengar pertanyaan lembut dari gadisnya.
"Apa harus aku memintanya sekarang?"
"Tentu saja, jika kau ingin."
"Tentu saja tidak sekarang Bella, kita berdua memiliki satu kesempatan akan itukan? Dengan kesempatan itu juga, tidak ada yang boleh menolak apa yang di ajukan nantinya, kesempatan emas itu akan kugunakan tepat pada waktunya... Dan ketika hal itu terjadi, baik kau dan aku sama sama akan pasrah menurutinya, tidak ada penolakan!"
"Baiklah, hal itupun juga berlaku padaku! Kau tidak boleh curang!" Ujar Bella, Brian menatap lembut gadisnya itu nada bicaranya yang cukup renyah itu membuatnya sangat gemas. Rambut panjang Bella yang tergerai itu sungguh sangat menawan untuknya. Entah ada apa dengan Bella, jalannya yang cukup santai itu mendadak berhenti, mungkin karena kakinya yang cukup lelah ia pun terjatuh. Brian terkejut melihat hal itu ia pun juga ikut berhenti.
"Awhh,,,, batu sial darimanakah ini astaga!" Brian terkikik mendengar itu.
"Kenapa kau tertawa! Setidaknya bantulah aku!"
"Kau bisa bangun sendirikan?" Ujar Brian seraya menatapnya dengan penuh seringai, Bella mendengus kesal dengan cepat ia pun bangkit dan berjalan meninggalkan Brian namun baru saja beberapa langkah ia berjalan Brian dengan cepat menggendongnya.
"Setelah kecerobahan itu, mana mungkin aku membiarkanmu berjalan lagi?" Tutur kata yang cukup lembut bagi Bella mendengar hal itu dari Brian.
"Kenapa bukannya tadi kau tak peduli?" Namun Brian tetap diam mendengar itu, ia tetap berjalan tanpa mempedulikan apa yang Bella katakan.
...'Jika bagian dari diriku terluka, apa aku tidak akan peduli? Kau bagian dari hidupku yang paling penting, tindakanku yang kadang acuh padamu tidak akan merubah ketulusan hatiku yang begitu mencintaimu Bella.' Batin Brian....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
ungkaoan yg daoam hati itu kalau diungkapkan dengan lantang akan membuat hati mu lega brian
2023-02-22
0
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
brian keren,berani mengungkapkan isi hati didepan keramaian makin maju ni brian
2023-02-22
0
Isty.n gbye😴
hmm khawatir kan, Bella ini kena Frank dah hihi
2023-02-22
1