Deru ombak malam ini begitu tenang, tetapi apakah ketenangan itu akan sama tenangnya dengan hati seseorang. Yang begitu gelisah, yang sedang duduk diambang pintu menatap ke arah depan pantai, yang begitu tenang itu. Malam ini cahaya bulan sedikit tertutup, oleh gumpalan awan hitam. Sepoi angin berhembus kencang, Bella gadis cantik ini begitu gelisah. Karena sudah 2 minggu Brian sama sekali tak menginjakkan kakinya dirumah.
..."Apa yang terjadi padaku? Beberapa hari lalu aku mengenal seorang pemuda aneh, yang sangat emosional. Dia tampan, dengan kharismanya yang begitu menawan, bagi kalangan wanita mungkin sosok Brian adalah idaman yang begitu ideal. Tetapi, bagaimana jika sosok yang kau anggap sempurna, justru memiliki kekurangan pada psikologi nya dan kepribadiannya yang aneh. Jika kita memang ingin bersanding dengan seseorang, maka penilaian yang harus kau lakukan bukan hanya pada luarnya. Tetapi nilai juga kepribadianya. Hatiku begitu peduli padanya, entah sejak kapan itu terjadi. Pertama kali aku menemuinya, tak ada perasaan apapun padanya hanya ada rasa iba dan sebuah simpati. Tetapi pertemuan kami yang kedua, meberiku sebuah fakta menarik. Dan membuat aku begitu tertarik untuk menguak fakta masa lalu kehidupannya." Lirih Bella matanya masih memperhatikan pantai yang tenang itu....
"Dimana kau?" Batinnya, Bella menggelengkan kepalanya tak lama ia menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman kecil.
"Padahal kau orang asing, tapi ketika kau jauh dariku entah rasanya sangat sunyi, sudahlah! Untuk apa aku memikirkan seseorang yang sama sekali tak layak untuk difikirkan?" Ujar Bella seraya beranjak masuk kedalam rumah tua milik Brian.
..._____0_____...
Dilain tempat, sebuah rencana besar sudah jauh hari direncanakan oleh beberapa pihak yang terlibat. Beberapa orang bersenjata dengan pakaian berwarna hitam, dan topeng hitam yang menutupi wajah mereka, mereka menyembunyikan identitas mereka dibalik topeng itu.
Sebelum masuk kedalam gedung besar bertuliskan "Bank" mereka mengirim salah seorang pemuda masuk kedalam sana, untuk merusak seluruh sistem CCTV.
Disanderanya beberapa orang didalam sana, dan beberapa orang yang lain sedang dipaksa membuka Brankas, terbukanya brankas itu memberikan keuntungan, dengan cepat beberapa penyandera mulai mengambil uang itu.
Cukup yakin uang yang ia butuhkan usai diambil, seorang pemuda yang juga menyembunyikan identitasnya menghampiri para bawahannya.
"Bagus, ini sudah cukup! Ayo kita pergi sekarang!" Ucap seorang pemuda pada bawahannya.
"Tuan Brian, tim alpha yang lain sudah menjalankan tugasnya." Mendengar ucapan dari bawahannya, dia yang tak lain adalah Brian tersenyum kecil.
"Bagus, segera pergi dari tempat ini!" Brian memberikan arahan pada anak buahnya untuk segera pergi, tanpa penolakan para bawahan Brian mulai menuruti perintah Brian. Ketika mereka keluar dari dalam bank jejeran FBI Jepang mengepung mereka, Brian memperhatikan mereka. Banyak senjata ditodongkan ke-arahnya, salah satunya ada pemuda yang seumuran dengannya berdiri diantara para FBI, pemuda itu tak lain adalah Inspektur Han.
"Jatuhkan uang itu dan tetap Disana!" Ucap Han lantang, itu adalah sebuah peringatan yang ditujukan pada Brian, justru sebuah seringai licik Brian berikan pada Han. Beberapa bawahan Brian mulai ikut menodongkan senjata ke-arah para FBI.
"Menyerah bukanlah tradisi kami inspektur! Tapi berjuang lalu mati dimedan perang adalah sebuah kebanggaan!" Dengan bangga Brian menjelaskan hal itu pada Han, safir birunya menatap tajam Han. Kening Han berkerut, ia sungguh tidak faham mengenai jalan pemikiran Brian yang begitu aneh menurutnya.
"Jawab pertanyaanku sekarang! Apakah ini medan perang?" Tawa jahat mulai menggema dari lisan seorang Brian diiringi dengan tepukan tangan kecil.
"Dunia ini sudah menjadi medan perang, saat keadilan tak lagi ditegakkan!"
"Apa maksudmu? Keadilan tetap berlaku pada setiap belahan negara!"
Brian tersenyum kecil menanggapi itu, dari atas langit terlihat sebuah helikopter berhenti tepat diatas gedung Bank, perlahan helikopter itu mulai mencari tempat pendaratan. Beberapa agen FBI mencoba menjauh mereka tidak tau bahwa helikopter itu bukanlah sebuah bantuan untuk mereka melainkan untuk Brian.
"Maaf, tapi kami kehabisan waktu! Biarkan kami pergi atau, kejadian yang sama akan terulang kembali!"
Brian memamerkan sebuah remote kecil dengan satu tombol merah. Inspektur Han terkejut melihat itu, tangannya mengepal kuat ingin rasanya ia menghabisi pemuda dibalik topeng hitam itu! Tapi dia tau pasti, remote kecil itu adalah remote Bom, mereka telah memasang Bom dalam Bank sebagai ancaman untuk Han.
Safir biru Brian masih memperhatikan inspektur Han dengan seksama, Brian sudah berada didalam helikopter tepat diantara pintu masuk helikopter. Perlahan helikopter itu mulai naik setelah yakin semua sekutunya telah masuk. Han kehilangan kendali dengan cepat tangannya mengeluarkan pistolnya membidik tepat pada sasarannya diatas.
Dorr
Brian mengelak dari tembakan yang cukup cepat itu, namun nihil bagian kakinya tertembak ia sedikit merintih kecil.
"Siapa mereka ini? Keji sekali perbuatannya?" Gumam Inspektur Han.
Brian yang terluka didalam helikopter itu perlahan mulai mengobati lukanya sendiri.
"Kau tak apa tuan?" Tanya salah seorang bawahan.
"Ya tenang saja, ini hanya luka kecil." Ujar Brian.
"Tuan muda Eddie, sangat ingin bertemu dengan anda, mengapa anda tidak kembali kemarkas?"
"Aku menunggu laporan dari orangku yang kukirim ke Amerika, untuk menyelesaikan sebuah tugas!" Mendengar itu salah seorang bawahan mengangguk kecil, gemuruh petir mulai menggema diatas langit guyuran hujan lebat mulai turun dengan derasnya, Brian menggosok kedua telapak tangannya hawa dingin menguar membuatnya sedikit menggigil.
"Dingin sekali!"Ujar Brian.
"Hari ini hujannya cukup lebat tuan muda." Brian mengangguk mendengar itu.
"Turunkan aku dimarkas pantai!" Perintah Brian.
"Baik Tuan!"
Brian mencoba mengobati lukanya kembali sambil menunggu tempat tujuannya tiba, beberapa menit kemudian tujuan Brian telah tiba. Uluran tali dari dalam helikopter mulai dijatuhkan hingga menyentuh tanah, Brian turun dari atas helikopter menggunakan uluran tali itu. Guyuran hujan masih tetap deras mengiringi langkah Brian berjalan memasuki rumah tua pinggir pantai miliknya.
Hujan diluar masih sangat lebat, Brian menggigil ketika dirinya sudah berada didalam rumah, ia mengunci pintu rumahnya lalu berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang sedikit gontai.
Matanya tak sengaja menangkap seorang gadis yang terlelap diruang makan, hatinya menghangat ketika melihat wajah yang begitu damai itu terlelap terlelap. Brian mendekati Bella yang terlelap, Brian memperhatikan wajah damai yang terlelap itu sejenak.
"Ini sudah 2 minggu aku tak pulang, tapi mengapa dia masih disini?" Lirih Brian, tangan kekarnya mulai mengangkat Bella menggendongnya masuk kedalam kamar dan membaringkan tubuhnya diatas ranjang, sedangkan Brian membaringkan dirinya sendiri diatas sofa yang letaknya tak jauh dari ranjangnya.
Malam itu hujan badai mengguyur kota Tokyo tanpa henti, hujan yang diiringi gema petir. Dingin yang teramat sangat Brian rasa entah mungkin karena lukanya yang hanya ia obati dengan asal tanpa mengeluarkan peluru didalam kakinya, atau karena diluar sana tadi guyuran hujan membasahi tubuhnya. Jarum jam menunjukkan tepat tengah malam, Bella mulai membuka matanya ia terkejut melihat dirinya sendiri yang berada diatas ranjang banyak pertanyaan dalam fikirannya saat ini, namun pertanyaan itu mulai terjawab ketika matanya menangkap seorang pemuda yang sedang terlelap diatas sofa.
Perasaaan senang menghinggapi hatinya, Bella beranjak dari ranjangnya mendekati Brian yang sedang terlelap diatas sofa, ketika dirinya tepat berada dihadapan Brian ia begitu terkejut. Wajah pucat pasi dan kaki dengan balutan kain penuh darah, Bella tau benar balutan kain itu untuk menghentikan pendarahan dari luka dibalik kain itu.
"Ada apa denganmu? Baru saja kau pulang, kenapa kau bisa terluka?" Ujar Bella.
Bella mengambil sebuah selimut yang ada di ranjangnya tak lama ia kembali mendekati Brian memakaikan selimut itu pada Brian yang menggigil. Inisiatif kecil mulai muncul, Bella berjalan kecil kearah dapur mengambil wadah berisikan air hangat juga handuk kecil tak lama ia kembali mendekati Brian yang terlelap, tangannya mulai cekatan merawat Brian dengan penuh kasih.
Handuk kecil hangat yang menempel dikeningnya membuat Brian sedikit terusik, samar-samar Brian membuka matanya mencoba memfokuskan pandangan matanya pada Bella, hatinya benar-benar tersentuh ketika matanya memperhatikan apa yang sedang Bella lakukan, tatapan sendu Brian berikan padanya.
"Apa yang terjadi padamu?" Bella mencoba bertanya pada Brian yang sedang memperhatikannya, Brian memejamkan matanya sejenak tangannya mengepal kuat. Dengan sisa tenaga yang masih ia miliki ia menghentikan tangan Bella yang akan menaruh handuk kecil dikeningnya, Brian merubah posisinya menjadi duduk.
"Cukup!!! Jangan memberikan simpati palsu padaku!" Bella terkejut mendengar itu.
"Untuk apa, aku tidak mengharapkan apapun! Untuk saat ini cukup dengarkan aku dan buang egomu!" Bella mencoba bersikap tegas, mendengar itu Brian membuang nafasnya kasar. Brian mencoba memaksakan dirinya untuk berdiri dan berjalan kearah ranjangnya meski dengan susah payah dan dengan langkah yang gontai.
"Diam dan jangan banyak bicara lagi! Kau tau, kau bukanlah siapa-siapa! Tinggalkan aku biarkan aku istirahat!"
Brian membaringkan tubuhnya diatas ranjang mencoba terlelap, namun tetap saja rasa iba itu ada dalam hati Bella. Keras kepala yang dimilikinya melawan keras kepala Brian, Bella mendekati Brian yang memejamkan matanya diatas ranjang ia duduk disamping Brian.
"Aku akan diam, tapi setidaknya biarkan aku merawatmu! Aku hanya ingin kau baik-baik saja!" Tegas Bella, Brian pasrah mendengar itu, Bella pun mulai merawatnya kembali.
"Kenapa kau tetap disini?" Lirih Brian, matanya masih tetap terpejam merasakan hangatnya handuk kecil yang menempel dikeningnya.
"Janjinya adalah satu bulan kan?" Bella seraya tersenyum.
"Aku meninggalkan rumah ini berminggu-minggu dan kau tak pergi?" Brian mencoba bertanya lagi pada Bella.
"Aku senang kau pulang." Jawaban singkat namun terkesan manis Bella lontarkan, membuat hati Brian tersentuh kembali.
'Tidak ada seorang pun yang begitu peduli padaku, tidak ada satupun orang yang dengan belas kasihnya merawat dan menjagaku sepertinya! Ada apa dengan gadis ini, kenapa simpatinya membuat hatiku begitu hangat?' Batin Brian. Brian menggenggam kecil pergelangan tangan Bella mencoba menuntun telapak tangan Bella kearah wajahnya.
"Apa yang kau lakukan?" Pekik Bella.
"Ibu." Brian mencium lembut tangan halus Bella, mendengar kata kecil dari Brian membuat Bella tersenyum kecil.
"Bisa kukatakan satu hal padamu, Bella?" Bella berdehem pelan menanggapi ucapan Brian.
"Aku merindukanmu." Ujar Brian, Bella terkejut mendengar hal itu dia begitu bahagia.
"Untuk pertama kalinya, ada orang yang sangat peduli padaku, sudah empat belas tahun aku tidak merasakan hal seperti ini, hal yang kau berikan padaku."
Akhirnya Brian mulai terbuka pada Bella. Bella sungguh tidak mengerti tentang apa yang terjadi pada masa lalu Brian, misteri dibalik sifatnya Bella sangat ingin menguaknya. Kadang pemuda didepannya ini begitu acuh dan dingin, kadang peduli, kadang pula sifatnya begitu baik dan hangat, perubahan sifat yang tak menentu membuat Bella begitu yakin bahwa pemuda didepannya ini pernah mengalami guncangan hebat dalam hidupnya.
"Aku faham, dan aku mengerti." Bella, seraya tersenyum pada Brian.
Perlahan Brian mulai membuka mata menatap tepat gadis disampingnya yang sedang tersenyum kearahnya. Ditariknya lembut namun cepat gadis itu kearahnya hingga Bella jatuh tepat diatas Brian, tangan kekarnya mulai mengunci Bella, memeluknya.
"Biarkan seperti ini untuk malam ini." Ujar Brian.
Bella masih syok berada dalam dekapan hangat seorang pemuda untuk yang pertama kalinya. Mungkin karena kondisi Brian yang tak sehat membuatnya terlelap hanya dengan hitungan menit, perlahan Bella mulai bangun dan melepas pelukan Brian, kembali pada posisi duduk matanya mencoba memandang wajah Brian yang begitu damai terlelap.
Tangannya terulur menyentuh atas kepala pemuda itu, menyentuh rambut pirangnya yang menawan. Belaian lembut Bella berikan disana.
"Aku sama sekali tidak mengerti jalan fikiranmu, dan aku sama sekali tidak mengerti mengenai perubahan sifatmu! Tapi aku percaya satu hal, kau pemuda yang baik!" Lirih Bella.
..._____0_____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
Brian kamu ketahuan oleh Bella punya banyak luka dan pendarahan di kaki
2023-02-15
0
Embun
Brian sdh mencuri sebagian kepalamu bell hahaha
2023-02-02
0
ㄒ丨卂 Ꮯɧմɓɓყ🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
tuuuuuch kaaaaaannnn Bella saja yakin jika brian itu aslinya pria yang baik. cuma lagi tersesat dalam kegelapan saja makanya kejam
2023-01-29
2