Iblis yang Melarikan Diri

Deru ombak malam ini begitu tenang, tetapi apakah ketenangan itu akan sama tenangnya dengan hati seseorang. Yang begitu gelisah, yang sedang duduk diambang pintu menatap ke arah depan pantai, yang begitu tenang itu. Malam ini cahaya bulan sedikit tertutup, oleh gumpalan awan hitam. Sepoi angin berhembus kencang, Bella gadis cantik ini begitu gelisah. Karena sudah 2 minggu Brian sama sekali tak menginjakkan kakinya dirumah.

..."Apa yang terjadi padaku? Beberapa hari lalu aku mengenal seorang pemuda aneh, yang sangat emosional. Dia tampan, dengan kharismanya yang begitu menawan, bagi kalangan wanita mungkin sosok Brian adalah idaman yang begitu ideal. Tetapi, bagaimana jika sosok yang kau anggap sempurna, justru memiliki kekurangan pada psikologi nya dan kepribadiannya yang aneh. Jika kita memang ingin bersanding dengan seseorang, maka penilaian yang harus kau lakukan bukan hanya pada luarnya. Tetapi nilai juga kepribadianya. Hatiku begitu peduli padanya, entah sejak kapan itu terjadi. Pertama kali aku menemuinya, tak ada perasaan apapun padanya hanya ada rasa iba dan sebuah simpati. Tetapi pertemuan kami yang kedua, meberiku sebuah fakta menarik. Dan membuat aku begitu tertarik untuk menguak fakta masa lalu kehidupannya." Lirih Bella matanya masih memperhatikan pantai yang tenang itu....

"Dimana kau?" Batinnya, Bella menggelengkan kepalanya tak lama ia menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman kecil.

"Padahal kau orang asing, tapi ketika kau jauh dariku entah rasanya sangat sunyi, sudahlah! Untuk apa aku memikirkan seseorang yang sama sekali tak layak untuk difikirkan?" Ujar Bella seraya beranjak masuk kedalam rumah tua milik Brian.

..._____0_____...

Dilain tempat, sebuah rencana besar sudah jauh hari direncanakan oleh beberapa pihak yang terlibat. Beberapa orang bersenjata dengan pakaian ​berwarna hitam, dan topeng hitam yang menutupi wajah mereka, mereka menyembunyikan identitas mereka dibalik topeng itu.

Sebelum masuk kedalam gedung besar bertuliskan "Bank" mereka mengirim salah seorang pemuda masuk kedalam sana, untuk merusak seluruh sistem CCTV.

Disanderanya beberapa orang didalam sana, dan beberapa orang yang lain sedang dipaksa membuka Brankas​, terbukanya brankas itu memberikan keuntungan, dengan cepat beberapa penyandera mulai mengambil uang itu.

Cukup yakin uang yang ia butuhkan usai diambil, seorang pemuda yang juga menyembunyikan identitasnya menghampiri para bawahannya.

"Bagus, ini sudah cukup! Ayo kita pergi sekarang!" Ucap seorang pemuda pada bawahannya.

"Tuan Brian, tim alpha yang lain sudah menjalankan tugasnya." Mendengar ucapan dari bawahannya, dia yang tak lain adalah Brian tersenyum kecil.

"Bagus, segera pergi dari tempat ini!" Brian memberikan arahan pada anak buahnya untuk segera pergi, tanpa penolakan para bawahan Brian mulai menuruti perintah Brian. Ketika mereka keluar dari dalam bank jejeran FBI Jepang mengepung mereka, Brian memperhatikan mereka. Banyak senjata ditodongkan ke-arahnya, salah satunya ada pemuda yang seumuran dengannya berdiri diantara para FBI, pemuda itu tak lain adalah Inspektur Han.

"Jatuhkan uang itu dan tetap Disana!" Ucap Han lantang, itu adalah sebuah peringatan yang ditujukan pada Brian, justru sebuah seringai licik Brian berikan pada Han. Beberapa bawahan Brian mulai ikut menodongkan senjata ke-arah para FBI.

"Menyerah bukanlah tradisi kami inspektur! Tapi berjuang lalu mati dimedan perang adalah sebuah kebanggaan!" Dengan bangga Brian menjelaskan hal itu pada Han, safir birunya menatap tajam Han. Kening Han berkerut, ia sungguh tidak faham mengenai jalan pemikiran Brian yang begitu aneh menurutnya.

"Jawab pertanyaanku sekarang! Apakah ini medan perang?" Tawa jahat mulai menggema dari lisan seorang Brian diiringi dengan tepukan tangan kecil.

"Dunia ini sudah menjadi medan perang, saat keadilan tak lagi ditegakkan!"

"Apa maksudmu? Keadilan tetap berlaku pada setiap belahan negara!"

Brian tersenyum kecil menanggapi itu, dari atas langit terlihat sebuah helikopter berhenti tepat diatas gedung Bank, perlahan helikopter itu mulai mencari tempat pendaratan. Beberapa agen FBI mencoba menjauh mereka tidak tau bahwa helikopter itu bukanlah sebuah bantuan untuk mereka melainkan untuk Brian.

"Maaf, tapi kami kehabisan waktu! Biarkan kami pergi atau, kejadian yang sama akan terulang kembali!"

Brian memamerkan sebuah remote kecil dengan satu tombol merah. Inspektur Han terkejut melihat itu, tangannya mengepal kuat ingin rasanya ia menghabisi pemuda dibalik topeng hitam itu! Tapi dia tau pasti, remote kecil itu adalah remote Bom, mereka telah memasang Bom dalam Bank sebagai ancaman untuk Han.

Safir biru Brian masih memperhatikan inspektur Han dengan seksama, Brian sudah berada didalam helikopter tepat diantara pintu masuk helikopter. Perlahan helikopter itu mulai naik setelah yakin semua sekutunya telah masuk. Han kehilangan kendali dengan cepat tangannya mengeluarkan pistolnya membidik tepat pada sasarannya diatas.

Dorr

Brian mengelak dari tembakan yang cukup cepat itu, namun nihil bagian kakinya tertembak ia sedikit merintih kecil.

"Siapa mereka ini? Keji sekali perbuatannya?" Gumam Inspektur Han.

Brian yang terluka didalam helikopter itu perlahan mulai mengobati lukanya sendiri.

"Kau tak apa tuan?" Tanya salah seorang bawahan.

"Ya tenang saja, ini hanya luka kecil." Ujar Brian.

"Tuan muda Eddie, sangat ingin bertemu dengan anda, mengapa anda tidak kembali kemarkas?"

"Aku menunggu laporan dari orangku yang kukirim ke Amerika, untuk menyelesaikan sebuah tugas!" Mendengar itu salah seorang bawahan mengangguk kecil, gemuruh petir mulai menggema diatas langit guyuran hujan lebat mulai turun dengan derasnya, Brian menggosok kedua telapak tangannya hawa dingin menguar membuatnya sedikit menggigil.

"Dingin sekali!"Ujar Brian.

"Hari ini hujannya cukup lebat tuan muda." Brian mengangguk mendengar itu.

"Turunkan aku dimarkas pantai!" Perintah Brian.

"Baik Tuan!"

Brian mencoba mengobati lukanya kembali sambil menunggu tempat tujuannya tiba, beberapa menit kemudian tujuan Brian telah tiba. Uluran tali dari dalam helikopter mulai dijatuhkan hingga menyentuh tanah, Brian turun dari atas helikopter menggunakan uluran tali itu. Guyuran hujan masih tetap deras mengiringi langkah Brian berjalan memasuki rumah tua pinggir pantai miliknya.

Hujan diluar masih sangat lebat, Brian menggigil ketika dirinya sudah berada didalam rumah, ia mengunci pintu rumahnya lalu berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang sedikit gontai.

Matanya tak sengaja menangkap seorang gadis yang terlelap diruang makan, hatinya menghangat ketika melihat wajah yang begitu damai itu terlelap terlelap. Brian mendekati Bella yang terlelap, Brian memperhatikan wajah damai yang terlelap itu sejenak​.

"Ini sudah 2 minggu aku tak pulang, tapi mengapa dia masih disini?" Lirih Brian, tangan kekarnya mulai mengangkat Bella menggendongnya masuk kedalam kamar dan membaringkan tubuhnya diatas ranjang, sedangkan Brian membaringkan dirinya sendiri diatas sofa yang letaknya tak jauh dari ranjangnya.

Malam itu hujan badai mengguyur kota Tokyo tanpa henti, hujan yang diiringi gema petir. Dingin yang teramat sangat Brian rasa entah mungkin karena lukanya yang hanya ia obati dengan asal tanpa mengeluarkan peluru didalam kakinya, atau karena diluar sana tadi guyuran hujan membasahi tubuhnya. Jarum jam menunjukkan tepat tengah malam, Bella mulai membuka matanya ia terkejut melihat dirinya sendiri yang berada diatas ranjang banyak pertanyaan dalam fikirannya saat ini, namun pertanyaan itu mulai terjawab ketika matanya menangkap seorang pemuda yang sedang terlelap diatas sofa.

Perasaaan senang menghinggapi hatinya, Bella beranjak dari ranjangnya mendekati Brian yang sedang terlelap diatas sofa, ketika dirinya tepat berada dihadapan Brian ia begitu terkejut. Wajah pucat pasi dan kaki dengan balutan kain penuh darah, Bella tau benar balutan kain itu untuk menghentikan pendarahan dari luka dibalik kain itu.

"Ada apa denganmu? Baru saja kau pulang, kenapa kau bisa terluka?" Ujar Bella.

Bella mengambil sebuah selimut yang ada di ranjangnya tak lama ia kembali mendekati Brian memakaikan selimut itu pada Brian yang menggigil. Inisiatif kecil mulai muncul, Bella berjalan kecil kearah dapur mengambil wadah berisikan air hangat juga handuk kecil tak lama ia kembali mendekati Brian yang terlelap, tangannya mulai cekatan merawat Brian dengan penuh kasih.

Handuk kecil hangat yang menempel dikeningnya membuat Brian sedikit terusik, samar-samar Brian membuka matanya mencoba memfokuskan pandangan matanya pada Bella, hatinya benar-benar tersentuh ketika matanya memperhatikan apa yang sedang Bella lakukan, tatapan sendu Brian berikan padanya.

"Apa yang terjadi padamu?" Bella mencoba bertanya pada Brian yang sedang memperhatikannya, Brian memejamkan matanya sejenak tangannya mengepal kuat. Dengan sisa tenaga yang masih ia miliki ia menghentikan tangan Bella yang akan menaruh handuk kecil dikeningnya, Brian merubah posisinya menjadi duduk.

"Cukup!!! Jangan memberikan simpati palsu padaku!" Bella terkejut mendengar itu.

"Untuk apa, aku tidak mengharapkan apapun! Untuk saat ini cukup dengarkan aku dan buang egomu!" Bella mencoba bersikap tegas, mendengar itu Brian membuang nafasnya kasar. Brian mencoba memaksakan dirinya untuk berdiri dan berjalan kearah ranjangnya meski dengan susah payah dan dengan langkah yang gontai.

"Diam dan jangan banyak bicara lagi! Kau tau, kau bukanlah siapa-siapa! Tinggalkan aku biarkan aku istirahat!"

Brian membaringkan tubuhnya diatas ranjang mencoba terlelap, namun tetap saja rasa iba itu ada dalam hati Bella. Keras kepala yang dimilikinya melawan keras kepala Brian, Bella mendekati Brian yang memejamkan matanya diatas ranjang ia duduk disamping Brian.

"Aku akan diam, tapi setidaknya biarkan aku merawatmu! Aku hanya ingin kau baik-baik saja!" Tegas Bella, Brian pasrah mendengar itu, Bella pun mulai merawatnya kembali.

"Kenapa kau tetap disini?" Lirih Brian, matanya masih tetap terpejam merasakan hangatnya handuk kecil yang menempel dikeningnya.

"Janjinya adalah satu bulan kan?" Bella seraya tersenyum.

"Aku meninggalkan rumah ini berminggu-minggu dan kau tak pergi?" Brian mencoba bertanya lagi pada Bella.

"Aku senang kau pulang." Jawaban singkat namun terkesan manis Bella lontarkan, membuat hati Brian tersentuh kembali.

'Tidak ada seorang pun yang begitu peduli padaku, tidak ada satupun orang yang dengan belas kasihnya merawat dan menjagaku sepertinya! Ada apa dengan gadis ini, kenapa simpatinya membuat hatiku begitu hangat?' Batin Brian. Brian menggenggam kecil pergelangan tangan Bella mencoba menuntun telapak tangan Bella kearah wajahnya.

"Apa yang kau lakukan?" Pekik Bella.

"Ibu." Brian mencium lembut tangan halus Bella, mendengar kata kecil dari Brian membuat Bella tersenyum kecil.

"Bisa kukatakan satu hal padamu, Bella?" Bella berdehem pelan menanggapi ucapan Brian.

"Aku merindukanmu." Ujar Brian, Bella terkejut mendengar hal itu dia begitu bahagia.

"Untuk pertama kalinya, ada orang yang sangat peduli padaku, sudah empat belas tahun aku tidak merasakan hal seperti ini, hal yang kau berikan padaku."

Akhirnya Brian mulai terbuka pada Bella. Bella sungguh tidak mengerti tentang apa yang terjadi pada masa lalu Brian, misteri dibalik sifatnya Bella sangat ingin menguaknya. Kadang pemuda didepannya ini begitu acuh dan dingin, kadang peduli, kadang pula sifatnya begitu baik dan hangat, perubahan sifat yang tak menentu membuat Bella begitu yakin bahwa pemuda didepannya ini pernah mengalami guncangan hebat dalam hidupnya.

"Aku faham, dan aku mengerti." Bella, seraya tersenyum​ pada Brian.

Perlahan Brian mulai membuka mata menatap tepat gadis disampingnya yang sedang tersenyum kearahnya. Ditariknya lembut namun cepat gadis itu kearahnya hingga Bella jatuh tepat diatas Brian, tangan kekarnya mulai mengunci Bella, memeluknya.

"Biarkan seperti ini untuk malam ini." Ujar Brian.

Bella masih syok berada dalam dekapan hangat seorang pemuda untuk​ yang pertama kalinya. Mungkin karena kondisi Brian yang tak sehat membuatnya terlelap hanya dengan hitungan menit, perlahan Bella mulai bangun dan melepas pelukan Brian, kembali pada posisi duduk matanya mencoba memandang​ wajah Brian yang begitu damai terlelap.

Tangannya terulur menyentuh atas kepala pemuda itu, menyentuh rambut pirangnya yang menawan. Belaian lembut Bella berikan disana.

"Aku sama sekali tidak mengerti jalan fikiranmu, dan aku sama sekali tidak mengerti mengenai perubahan sifatmu! Tapi aku percaya satu hal, kau pemuda yang baik!" Lirih Bella.

..._____0_____...

Terpopuler

Comments

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Brian kamu ketahuan oleh Bella punya banyak luka dan pendarahan di kaki

2023-02-15

0

Embun

Embun

Brian sdh mencuri sebagian kepalamu bell hahaha

2023-02-02

0

ㄒ丨卂 Ꮯɧմɓɓყ🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

ㄒ丨卂 Ꮯɧմɓɓყ🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

tuuuuuch kaaaaaannnn Bella saja yakin jika brian itu aslinya pria yang baik. cuma lagi tersesat dalam kegelapan saja makanya kejam

2023-01-29

2

lihat semua
Episodes
1 Manusia Berhati Batu
2 Neraka dan Kebebasan
3 Iblis Baik Hati
4 Menaklukan Iblis Kota
5 Iblis yang Melarikan Diri
6 Renungan Cahaya
7 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 1)
8 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 2)
9 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 3)
10 Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 4)
11 Nuansa Samudra Asmara
12 Sesuatu yang Berharga
13 Mencintai Seorang Pembunuh
14 Penebusan Dosa
15 Manusia yang Membawa Kabar
16 Ucapan yang Menamparku
17 Menerima Fakta dan Konsekuensi
18 Menit yang Menghitung Mundur
19 Pencipta yang Menyuruhku Kembali
20 Dari sini, Aku pergi ya!
21 Jembatan Dosa (Trailer) #2
22 Malaikat yang Membuang-ku
23 Pertobatan Pertama
24 Berdetak untuk Satu Nama
25 Sebuah Panggilan Asing
26 Limosin dan Perancis
27 Pejalan Kaki dan Kenangannya
28 Effiel dan Kamu
29 Satu Waktu dan Sakura
30 Rombongan Bodyguard Pengantar
31 Kamu dan Sakura-sakura itu
32 Selamat Datang Pria-ku
33 Butik dan Ambisi
34 Pria dari Masa Lalu
35 Konspirasi Kecil #1
36 Konspirasi Kecil #2
37 Konspirasi Kecil #3
38 Profesi yang Kembali
39 Manusia Bermata Satu
40 Surat atas Namamu
41 Ambisi Berdarah
42 Kedua Ambisi Gelap
43 Sisi Gelap Manusia
44 Wanitaku,Hatiku, Nyawaku
45 Pagi di Rumah Pinggir Pantai
46 Bersamamu
47 Ketenangan dan Kedatangan
48 Durasi Karmamu
49 Menit Pertama Perselisihan
50 Berada di Pelukanmu
51 Menjelang Pernikahan
52 Sosok Penguntit
53 Runyam
54 Peresmian dan Penguakan
55 Pemberantasan dan Misi
56 Jauh namun Dekat
57 Hai Negaraku
58 Seluk Beluk Alcatraz
59 Sebuah Ponsel dan Konspirasi
60 Gengster Penjara Al Capone
61 Hitungan Mundur 3
62 Hitungan Mundur 2
63 Hitungan Mundur 1
64 Sidang Kelicikan
65 Fakta yang Kalah
66 Manusia Dalam Jeruji
67 Manusia yang Curang
68 Perancis dan Dirimu
69 Es Krim
70 Mengantar Kado
71 Pertengkaran dan Lelucon
72 Manusia Kecil
73 Pagi ini
74 Manusia Penyangkal
75 Sebuah Pengakuan
76 Pesta Dansa
77 Pesta Dansa #2
78 Wine dan Dekapan
79 Pagi dan Sepasang Mata
80 Stevan Drew
81 Sebuah Seringai dari Balik Kaca
82 Perjanjian Kecil
83 Mengungkap Fakta
84 Konspirasi Baru
85 Pelukan Malam Ini
86 Manusia yang Diliputi Amarah
87 Manusia Cacing
88 Petang ini dan Sebuah Seringai
89 Tahap Kasus Pertama
90 Ini adalah Sebuah Konspirasi
91 Sebuah Kabar Bahagia
92 Calon Penerus
93 Konspirasi Baru
94 Satu Kali Tangkap
95 Mengenai Satu Ciuman
96 Konspirasi yang Berjalan
97 Memulai Konspirasi
98 Koneksi Pertama
99 Koneksi Pertama #2 (Problem)
100 Kesalahan Fatal
101 Cari Mati
102 Kelicikan Masih Berlanjut
103 Kemarahan Sepihak
104 Satu Sisi Menarik Satu Sisi Suram
105 Meredam Sisi Buruknya
106 Menjalankan Satu Rencana
107 Pada Kenyataannya
108 Sebenarnya ada apa?
109 Mencoba Melupakannya
110 Sebuah Fakta Lain
111 Hal yang Membahagiakan
112 Sedikit Membuat Lupa
113 Mengingat Kembali
114 Kemarilah
115 Sayang Tetaplah Bersamaku
116 Tetap Diam Namun Baik
117 Mata yang Masih Memantau
118 Bolehkah Aku Mengenalmu Lebih Jauh
119 Antara Suram dan Getir
120 Mencoba Menahan Luka
121 Secercah Kesempatan
122 Menjebaknya
123 Pulang Sebentar
124 Pemancar
125 Kita Ringkus Dia Sekarang
126 Penyergapan Malam Ini
127 Mengejarmu
128 Kembalilah
129 Berusaha Membawamu Pulang
130 Pada Akhirnya
131 Arogansi Manusia
132 Negara Orang
133 Waktu Bersamamu
134 Tasya Sialan!
135 Kami Akan Pulang
136 Satu Hal Lagi
137 Lagi-lagi
138 Hukuman apa yang pantas?
139 Ambisi Tasya
140 Aku ingin bertemu!
141 Mencoba Mencari Celah
142 Konspirasi Kedua Dendam
143 Mencoba memecah belah
144 Kembali Berulah
145 Memulainya
146 Sebuah Pesan
147 Bertindak Sendiri
148 Bertindak Sendiri
149 Meringkusnya
150 Keputusan
151 Sebuah Keputusan
152 Setelah Saat Itu
153 Daddy, Bolehkah?
154 Di Sekolahnya
155 Sebuah Panggilan Telepon
156 Kalian ini kenapa?
157 Singgah Sebentar
158 Perbedaan Semacam Apa Ini?
159 Sebenarnya Ada Apa?
160 Tentang Perbedaan Di antara Kami
161 Daddy Aku Mohon!
162 Mata-mata
163 Sebuah Pesan
164 Kebaikan
165 Berbagi itu indah
166 Berat Namun Akan Ku Coba
167 Awal Mulanya
168 Sebuah Kenyataan Pahit
169 Aku Melihatnya
170 Sebelum Rencana Dimulai
171 Menata Rencana
172 Jadi Sebenarnya
173 Hallo Sienna!
174 Pembicaraan Malam Ini
175 Siapa Kau? #1
176 Siapa Kau #2
177 Bernafas Sejenak
178 Valentine Days
179 Aku milikku
180 Mengapa Kami Bersama mu
181 Family Time 1
182 Family Time 2
183 Liburan di Hawai
184 Mereka Pewaris Kami
185 Calon Pewaris
186 Pewaris Kami (Ending)
Episodes

Updated 186 Episodes

1
Manusia Berhati Batu
2
Neraka dan Kebebasan
3
Iblis Baik Hati
4
Menaklukan Iblis Kota
5
Iblis yang Melarikan Diri
6
Renungan Cahaya
7
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 1)
8
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 2)
9
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 3)
10
Iblis Dengan Bunga di Hatinya (Chapter 4)
11
Nuansa Samudra Asmara
12
Sesuatu yang Berharga
13
Mencintai Seorang Pembunuh
14
Penebusan Dosa
15
Manusia yang Membawa Kabar
16
Ucapan yang Menamparku
17
Menerima Fakta dan Konsekuensi
18
Menit yang Menghitung Mundur
19
Pencipta yang Menyuruhku Kembali
20
Dari sini, Aku pergi ya!
21
Jembatan Dosa (Trailer) #2
22
Malaikat yang Membuang-ku
23
Pertobatan Pertama
24
Berdetak untuk Satu Nama
25
Sebuah Panggilan Asing
26
Limosin dan Perancis
27
Pejalan Kaki dan Kenangannya
28
Effiel dan Kamu
29
Satu Waktu dan Sakura
30
Rombongan Bodyguard Pengantar
31
Kamu dan Sakura-sakura itu
32
Selamat Datang Pria-ku
33
Butik dan Ambisi
34
Pria dari Masa Lalu
35
Konspirasi Kecil #1
36
Konspirasi Kecil #2
37
Konspirasi Kecil #3
38
Profesi yang Kembali
39
Manusia Bermata Satu
40
Surat atas Namamu
41
Ambisi Berdarah
42
Kedua Ambisi Gelap
43
Sisi Gelap Manusia
44
Wanitaku,Hatiku, Nyawaku
45
Pagi di Rumah Pinggir Pantai
46
Bersamamu
47
Ketenangan dan Kedatangan
48
Durasi Karmamu
49
Menit Pertama Perselisihan
50
Berada di Pelukanmu
51
Menjelang Pernikahan
52
Sosok Penguntit
53
Runyam
54
Peresmian dan Penguakan
55
Pemberantasan dan Misi
56
Jauh namun Dekat
57
Hai Negaraku
58
Seluk Beluk Alcatraz
59
Sebuah Ponsel dan Konspirasi
60
Gengster Penjara Al Capone
61
Hitungan Mundur 3
62
Hitungan Mundur 2
63
Hitungan Mundur 1
64
Sidang Kelicikan
65
Fakta yang Kalah
66
Manusia Dalam Jeruji
67
Manusia yang Curang
68
Perancis dan Dirimu
69
Es Krim
70
Mengantar Kado
71
Pertengkaran dan Lelucon
72
Manusia Kecil
73
Pagi ini
74
Manusia Penyangkal
75
Sebuah Pengakuan
76
Pesta Dansa
77
Pesta Dansa #2
78
Wine dan Dekapan
79
Pagi dan Sepasang Mata
80
Stevan Drew
81
Sebuah Seringai dari Balik Kaca
82
Perjanjian Kecil
83
Mengungkap Fakta
84
Konspirasi Baru
85
Pelukan Malam Ini
86
Manusia yang Diliputi Amarah
87
Manusia Cacing
88
Petang ini dan Sebuah Seringai
89
Tahap Kasus Pertama
90
Ini adalah Sebuah Konspirasi
91
Sebuah Kabar Bahagia
92
Calon Penerus
93
Konspirasi Baru
94
Satu Kali Tangkap
95
Mengenai Satu Ciuman
96
Konspirasi yang Berjalan
97
Memulai Konspirasi
98
Koneksi Pertama
99
Koneksi Pertama #2 (Problem)
100
Kesalahan Fatal
101
Cari Mati
102
Kelicikan Masih Berlanjut
103
Kemarahan Sepihak
104
Satu Sisi Menarik Satu Sisi Suram
105
Meredam Sisi Buruknya
106
Menjalankan Satu Rencana
107
Pada Kenyataannya
108
Sebenarnya ada apa?
109
Mencoba Melupakannya
110
Sebuah Fakta Lain
111
Hal yang Membahagiakan
112
Sedikit Membuat Lupa
113
Mengingat Kembali
114
Kemarilah
115
Sayang Tetaplah Bersamaku
116
Tetap Diam Namun Baik
117
Mata yang Masih Memantau
118
Bolehkah Aku Mengenalmu Lebih Jauh
119
Antara Suram dan Getir
120
Mencoba Menahan Luka
121
Secercah Kesempatan
122
Menjebaknya
123
Pulang Sebentar
124
Pemancar
125
Kita Ringkus Dia Sekarang
126
Penyergapan Malam Ini
127
Mengejarmu
128
Kembalilah
129
Berusaha Membawamu Pulang
130
Pada Akhirnya
131
Arogansi Manusia
132
Negara Orang
133
Waktu Bersamamu
134
Tasya Sialan!
135
Kami Akan Pulang
136
Satu Hal Lagi
137
Lagi-lagi
138
Hukuman apa yang pantas?
139
Ambisi Tasya
140
Aku ingin bertemu!
141
Mencoba Mencari Celah
142
Konspirasi Kedua Dendam
143
Mencoba memecah belah
144
Kembali Berulah
145
Memulainya
146
Sebuah Pesan
147
Bertindak Sendiri
148
Bertindak Sendiri
149
Meringkusnya
150
Keputusan
151
Sebuah Keputusan
152
Setelah Saat Itu
153
Daddy, Bolehkah?
154
Di Sekolahnya
155
Sebuah Panggilan Telepon
156
Kalian ini kenapa?
157
Singgah Sebentar
158
Perbedaan Semacam Apa Ini?
159
Sebenarnya Ada Apa?
160
Tentang Perbedaan Di antara Kami
161
Daddy Aku Mohon!
162
Mata-mata
163
Sebuah Pesan
164
Kebaikan
165
Berbagi itu indah
166
Berat Namun Akan Ku Coba
167
Awal Mulanya
168
Sebuah Kenyataan Pahit
169
Aku Melihatnya
170
Sebelum Rencana Dimulai
171
Menata Rencana
172
Jadi Sebenarnya
173
Hallo Sienna!
174
Pembicaraan Malam Ini
175
Siapa Kau? #1
176
Siapa Kau #2
177
Bernafas Sejenak
178
Valentine Days
179
Aku milikku
180
Mengapa Kami Bersama mu
181
Family Time 1
182
Family Time 2
183
Liburan di Hawai
184
Mereka Pewaris Kami
185
Calon Pewaris
186
Pewaris Kami (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!