Gelapnya malam mulai menyelimuti kota Tokyo, sebentar lagi tepat pukul delapan malam sebuah pesta akan di gelar. Bella sedang sibuk memasak beberapa camilan untuk sekedar menahan laparnya, aroma masakan yang begitu menggoda nikmat, mulai mengusik Brian yang sedang terlelap, entah sudah berapa lamakah matanya terpejam. Pengaruh minuman yang diminumnya membuatnya lupa, akan waktu untuk bangun. Aroma masakan lezat menggodanya membuatnya terbangun, kepalanya sedikit sakit kali ini. Padahal sudah berjam jam dirinya tertidur pulas. Brian duduk bersandar di ranjangnya, sedikit mencengkram kecil sisi kepalanya yang sedikit sakit. Brian mengingat sesuatu, Bella mendorongnya membuatnya jatuh dan pingsan.
"Gadis tempramental menyebalkan!" Lirih Brian.
Suara langkah kaki mendekat, sosok bayangan mulai nampak dari ambang pintu terlihatlah Bella yang datang membawa nampan berisikan makanan, tangannya yang lain membawa segelas susu hangat.
"Kau sudah bangun?"Bella duduk di tepi ranjang, Brian yang bersandar diranjangnya itu, memperhatikan gadis yang kini sedang duduk di hadapannya.
Dengan hati hati Bella meletakkan nampan berisikan makanan itu di atas ranjang.
"Baru saja aku membuat onigiri. Apa kau lapar?"Tanya Bella lembut padanya, tatapan mengintimidasi justru Brian berikan padanya, ketika Bella menyuapkan onigiri padanya, Brian mencengkram kecil pergelangan tangannya.
"Kenapa kau mendorongku hah?" Terkejut mendengar itu, Bella pun mengurungkan niatnya.
"Seharusnya kau berterima kasih padaku! Kau mabuk tadi, dan kau bahkan bersikap aneh padaku! Bukan salahku jika aku ingin melindungi diriku darimu yang begitu aneh!"
Cengkraman tangan Brian sedikit meregang mendengar hal itu, semu merah terlukis di bagian wajahnya. Dirinya sedikit malu akan penuturan yang di sampaikan Bella padanya, begitu bodohnya ia melakukan hal memalukan pada Bella. Brian membuang mukanya ke arah lain.
"Baiklah."Ujar Brian.
"Itu saja? Tidak ada ucapan maaf darimu?"
"Kau berharap?"
"Kau menyebalkan, kau salah! Harusnya kau minta maaf padaku!"
"Aku tidak sadar melakukannya, semua karena pengaruh minuman!"
Brian beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi, baru beberapa langkah melangkah Bella mulai bersuara lagi.
"Tepati janjimu! Pergilah ke pesta dansa denganku malam ini, tepat jam delapan malam." Tanpa berbalik menatap Bella, Brian hanya berdehem saja merespon hal itu.
Guyuran air shower menyejukkan tubuhnya, baru saja sehari dia pulang tapi Bella kembali memerintahnya lagi. Lagi, tak sepatah katapun kata mampu menolaknya, seakan dirinya tak lagi berkuasa. Tangannya mengepal kuat, ada yang salah dengan hatinya. Kata kata dari Eddie tiba tiba teringat, membuat hatinya semakin goyah akan prinsipnya.
...'Jika kau mencintainya, ungkapkanlah. Jika kau membencinya, tinggalkan saja dia! Jika kau begitu kesal padanya, kenapa tidak kau bunuh saja dia? Ingat baik baik, ketika secercah cahaya hadir dalam hidupmu yang gelap. Kejarlah! Jangan biarkan dia pergi! Jangan biarkan kegelapan semakin mengukungmu! Cobalah keluar dari kegelapan dan badai yang hinggap dalam hatimu! Mengikutimu memang bukanlah langkahku, jalan yang kau pilih ada sebagian yang benar, namum tak sepenuhnya benar! Kau membutuhkan sosok yang begitu lembut bijaksana untuk menuntunmu ke jalan yang benar, sosok yang seperti ibu.'...
Brian membuka matanya yang terpejam, tak lama ia pun tersenyum kecil. Adiknya benar benar berbeda darinya, ia bersyukur saat ini adiknya sama sekali tak tertarik untuk mengikuti jejaknya. Penilaian Eddie tentangnya sudah cukup membuatnya yakin bahwa Eddie sama sekali tak ingin berada dalam organisasi keji yang di ikutinya.
"Maafkan aku yang telah membawamu masuk dalam ketidakbenaran, aku tidak pernah mendengarkanmu selama ini,Ed! Tapi, kali ini aku akan mencoba mendengarkan apa yang sebenarnya kau inginkan."
...________0________...
Tepat pukul delapan, pesta dansa di gelar di kediaman Detektif Takamura. Brian berjalan beriringan disamping Bella, ia benar benar menepati janjinya. Ini adalah pesta dansa topeng, dimana seluruh tamu undangan menghadiri acara ini dengan memaki topeng. Suasana begitu meriah di dalam sana, sorak tawa bahagia begitu indah mengalun. Irama musik yang menyejukkan hati di mainkan dengan cukup keras.
"Apa tujuanmu kemari bersamaku?" Tanya Brian, mendengar hal itu Bella melirik kecil pemuda disampingnya itu.
"Untuk bersenang senang. Aku akan memperkenalkanmu dengan Inspektur Han dan Detektif Takamura."
"Aku tidak tertarik untuk itu." Ucap Brian malas, Bella menarik lengan Brian ketika netranya menemukan dua sosok orang yang sedang mereka bicarakan. Han dan Detektif Takamura saat ini sedang asyik menikmati, beberapa pasangan muda yang sedang berdansa dengan bahagia.
"Han, Detektif Takamura!" Sapa Bella, baik Han juga Detektif Takamura pun mengalihkan pandangan mereka pada Bella.
"Bella, kau cantik sekali hari ini!" Puji Han.
"Terima kasih Han."
"Nona Bella, apa kabar? Ya tuhan sempat saja aku melupakanmu, karena hampir terlalu lama tak berjumpa! Selamat datang nona."
"Terima kasih, atas sambutannya."
Bella yang asyik mengobrol sama sekali tidak memperhatikan, ada sesuatu yang salah dalam pesta dansa ini, sedaritadi disampingnya Brian sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari segala sudut gedung. Beberapa orang berjas hitam sedang berlalu lalang, lima orang, Brian memastikan ada lima orang di dalam gedung ini yang berniat buruk.
Konsentrasinya terhenti ketika, Han mengulurkan tangannya mengajak Bella berdansa, bagaikan di tusuk ribuan pisau hatinya tak terima pemuda lain menyentuh Bella. Dengan cepat Brian menarik pergelangan tangan Bella, mengajaknya di tengah altar tempat beberapa orang berdansa.
"Berdansalah denganku!" Ujar Brian, Bella terkejut mendengar itu, namun ia menerima tawaran kecil itu. Bella mulai menikmati alunan musik sambil berdansa bersama Brian. Tak menyerah begitu saja Brian memperhatikan gerak gerik pemuda berjas hitam yang ada disana.
"Kenapa tiba tiba kau mengajakku berdansa?" Tak ada jawaban sama sekali dari Brian, Bella benar benar kesal melihat itu.
Apalagi saat ini Brian sama sekali tak menatapnya, pandangannya tertuju ke arah lain. Hingga ketika sebuah remote kecil yang berada di tangan salah seorang pemuda berjas hitam Brian benar benar yakin ada benda berbahaya didalam gedung ini, juga konspirasi yang begitu keji.
"Kita harus pergi sekarang!!!" Ujar Brian pada Bella.
"Kenapa?"
"Jangan mengulur waktu lebih lama lagi Bella!"
"Kau aneh sekali, ada apa?"
"Cepatlah! Aku tidak menginginkan penolakkan darimu! Aku hanya ingin kau selamat!" Bella mengernyitkan dahinya mencoba memahami itu. Brian sudah kehabisan akal saat ini, ia menarik pergelangan tangan Bella memaksanya pergi, namun tiba tiba telapak tangan kekar mendorongnya menjauh dari Bella, hal itu membuat Brian terkejut. Han mendorong Brian menjauh dari Bella.
"Apa yang kau lakukan pada seorang gadis hah?" Ujar Han, Brian benar benar tidak ada pilihan saat ini.
Buaghh
Satu pukulan membuat Han tersungkur, waktunya benar benar tak banyak saat ini. Bella terkejut melihat perlakuan Brian pada Han, rasanya saat ini ia ingin memakinya. Namun entah mengapa tak bisa.
"Jika kau ingin selamat pergi dari sini, pemuda bodoh!" Tanpa sepatah kata pun, Brian menggendong Bella yang terpaku itu keluar dari dalam gedung besar itu. Brian berlari cepat keluar dari dalam gedung itu.
"Kau ini kenapa?" Tanya Bella yang kini berada dalam gendongan Brian, tak ada jawaban yang keluar untuk pertanyaan Bella.
"Aku tidak ingin kau terluka! Aku tidak ingin kau pergi, gadis menyusahkan!?" Bella terkejut mendengar itu, perasaan apakah yang ia rasakan saat ini begitu bahagianya hatinya mendengar ungkapan kecil kasar tetapi cukup manis baginya.
"Masih sempat!!!" Ujar Brian, pintu keluar gedung sudah tepat didepan mereka, Brian membuka pintu itu dengan cepat.
Boommm
Ledakan dahsyat mengiringi langkahnya keluar dari dalam gedung, ledakan yang cukup kuat membuat Brian jatuh menindih Bella.
Ledakan keras itu membuat Bella syok bahkan sangat takut, pemandangan gedung terbakar di depannya itu membuatnya teringat akan kejadian yang menimpa keluarganya.
Brian menjauhkan dirinya dari Bella, duduk menatap gedung yang sudah hancur itu. Bella duduk mematung, masih terpaku pada gedung yang telah hancur itu.
Tangannya gemetar takut! Perasaan yang sama yang ia rasakan ketika melihat kantor polisi Tokyo tempat keluarganya tiada. Perhatian Brian teralih pada gadis disampingnya, yang begitu syok juga takut.
"Kau tak apa?" Brian menepuk bahu Bella.
"Bella, kau tak apa? Apa kau terluka? Mana yang sakit?" Ini adalah kali pertama Brian begitu peduli pada Bella, tangan kekarnya menangkup wajah cantik Bella.
Pandangannya kosong sama sekali tak satupun ada kata terlontar. Brian faham kali ini, gadis ini syok. Perlahan tangannya menuntun pandangan Bella ke arahnya menatapnya, tepat ketika bola mata mereka bertemu air mata turun begitu saja dari mata Bella. Ia mencengkram kuat lengan Brian, sambil menangis.
"Tolong bawa aku pergi!! Kumohon!" Ujar Bella, menangis.
Satu pelukan kecil Brian berikan padanya, gadis yang begitu takut.
"Aku benci orang orang ini, mengapa mereka begitu kejam?!! Katakan padaku?!! Salah apakah mereka ini?!!" Teriak Bella dalam rengkuhan Brian, tangannya meremas kecil jas yang Brian kenakan.
"Tolong!!! Bawa aku pergi dari sini!" Pinta Bella, Brian menjauhkan tubuhnya dari Bella. Brian melepas topeng miliknya dan membuangnya.
"Lepas topengmu, apa kau ingin berjalan dengan menggunakan itu?" Mendengar itu Bella pun melepas topeng yang ia kenakan, Brian berdiri mengulurkan tangannya pada Bella membantunya berdiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Embun
gadis yg menyebalkan yg akan berhasil merebut hatimu
2023-02-22
0
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
apakabar han ni,apa dia gak selamat karena gak sempat keluar
2023-02-08
0
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
cieee brian mulai cemburu ya
2023-02-08
0